BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB III METODE PENELITIAN. beserta desain penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB V PENUTUP. hasil evaluasi peneliti dari penelitian ini. menyimpulkan, yang pertama, jenis- jenis dan fungsi tindak tutur yang

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. informasi tetapi juga untuk tindakan. Tindakan melalui tuturan ini disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia. untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Baby Blues terdapat tiga permasalahan yang menjadi tujuan penelitiannya.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ARTIKEL. Oleh Rini Saroza Nim Medann 16 Februarr20l6 Menyetujui: Dosen Pembimbing Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG NASKAH DRAMA NYARIS

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci dalam penelitian ini. 1.1 Latar Belakang Pemahaman dan pengkajian terhadap kegiatan komunikasi dan bahasa harus terus dilakukan. Tidak hanya sebagai upaya pengembangan keilmuan kebahasaan itu sendiri, namun juga sebagai upaya-upaya mengatasi permasalahan yang berkenaan dengan komunikasi dan hubungan sosial manusia pada umumnya. Dalam ilmu linguistik, permasalahan komunikasi dapat dikaji melalui pisau bedah pragmatik, yakni sebuah upaya pemaknaan bahasa yang mempertimbangkan aspek pengguna dan penggunaannya. Teori tindak tutur merupakan salah satu kajian penting dalam pragmatik. Austin (1962) dalam How to do Things with Words mengemukakan bahwa mengujarkan sebuah kalimat tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan (act), selain memang mengucapkan kalimat tersebut. Ia membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi merupakan tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna kata itu (di dalam kamus) dan makna kalimat itu sesuai dengan kaidah sintaksisnya. Ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu, berkenaan dengan maksud dan fungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, serta 1

untuk apa ujaran itu dilakukan. Sementara perlokusi mengacu pada efek yang ditimbulkan oleh ujaran yang dihasilkan. Teori tindak tutur Austin ini kemudian dikembangkan oleh Searle (1969) yang kemudian membagi tindak ilokusi ke dalam beberapa jenis tindak tutur, yakni tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Namun hal yang paling menarik dari kajian tindak tutur ini adalah bahwa satu tindak tutur ternyata dapat memiliki bentuk-bentuk tuturan yang mencerminkan maksud dan fungsi komunikasi yang bermacam-macam. Leech (1983) meyakini bahwa satu fungsi bahasa dapat dinyatakan dengan bentuk-bentuk tuturan yang bermacammacam. Atas dasar teori-teori inilah kajian terhadap tindak tutur banyak dilakukan dalam rangka mengkaji makna ujaran. Adakalanya untuk menyuruh seseorang, seseorang menyampaikannya dengan ragam meminta atau menyindir. Hal inilah yang kemudian menjadi intisari kajian tindak ilokusi dalam rangka mendapatkan makna ujaran dan menghindari penyesatan makna ujaran. Makna tindak ilokusi tersebut dapat dikaji melalui penelusuran konteks tuturan. Konteks dalam tindak tutur meliputi identitas partisipan, parameter ruang dan waktu dalam situasi tutur, dan kepercayaan, pengetahuan serta maksud partisipan di dalam situasi tutur Levinson (1983: 22-23). Salah satu bentuk tindak tutur yang banyak diujarkan oleh guru kepada siswa adalah tindak tutur direktif. Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan agar mitra tutur melakukan tindakan yang dimaksudkan dalam tuturan. Tuturan seperti memaksa, mengajak, meminta, menyuruh, menagih, mendesak, menyarankan, memerintah, memberikan aba-aba, dan menantang 2

termasuk ke dalam tindak tutur direktif. Trosborg (1994) mengetengahkan hasil penelitiannya mengenai tindak tutur meminta, dan menunjukkan bahwa tindak tutur meminta merupakan tindak tutur yang paling banyak ditemukan dalam strategi komunikasi di lingkungan sekolah. Tindak tutur meminta menduduki peringkat kesatu dalam frekwensi ujaran pada situasi inisiasi, respons, dan follow up. Permasalahannya adalah bagaimana guru merealisasikan tindak tutur meminta tersebut sehingga dapat memberikan efek kepada siswa. Selain itu, sejauh mana guru, melalui tindak tutur meminta mampu membuat siswa bertindak seperti yang dikehendakinya. Faktanya adalah tidak semua tindak tutur meminta guru berhasil. Dilaporkan dalam Kompasiana tanggal 9 Desember 2011, pada tahun 2006, penelitian yang dilakukan UNICEF di Jawa Tengah menunjukkan bahwa 80% guru mengaku pernah menghukum murid-muridnya dengan berteriak di depan kelas. Sebanyak 55% guru mengaku pernah menyuruh murid mereka berdiri di depan kelas. Pada penelitian di Sulawesi Selatan, diketahui bahwa 90% guru mengaku pernah menyuruh murid berdiri di depan kelas, selain itu 73% guru pernah berteriak kepada murid, dan 54% guru pernah menyuruh murid untuk membersihkan toilet. Sedangkan pada penelitian di Sumatera Utara, lebih dari 90% guru menyatakan pernah menyuruh murid mereka berdiri di depan kelas, sedangkan 80% guru pernah berteriak pada murid-muridnya. Fakta ini cukup membuktikan adanya kegagalan komunikasi antara guru dengan siswa yang sangat memprihatinkan. 3

Kegagalan komunikasi antara guru dan siswa dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adalah perbedaan nilai-nilai. Railton (2003) menjelaskan bahwa nilai (value) adalah prinsip-prinsip etika yang dipegang dengan kuat oleh individu atau kelompok dan sangat berpengaruh pada perilakunya. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkungan sosial budaya yang memberlakukan adanya nilainilai yang diacu oleh warga masyarakat penghuninya. Melalui suatu proses belajar secara berkesinambungan setiap manusia akan menganut suatu nilai yang diperoleh dari lingkungannya. Nilai itu diadopsi dan kemudian diimplementasikan dalam suatu bentuk kebiasaan, yakni pola sikap dan perilaku sehari hari. Dengan demikian pola perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, akan dipengaruhi oleh nilai yang diperoleh dari sosial budaya (Railton, 2003:153) Guru dan siswa memiliki nilai personal yang berbeda, dan perbedaan inilah yang dapat mempengaruhi proses komunikasi diantara keduanya. Perbedaan nilai antara guru dan siswa kerap menuai konflik. Hansson (2004) menegaskan bahwa nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang termasuk guru merupakan hasil internalisasi sistem nilai budaya yang panjang, meresap dan berakar kuat dalam jiwa guru sehingga sulit untuk diganti dan diubah dalam waktu yang singkat. Sementara itu, Hansson meyakini, dari masa ke masa, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu muncul nilai-nilai baru yang berpengaruh besar pada seseorang terutama remaja. Konflik nilai antara guru dan siswa pun kemudian terjadi. Nilai-nilai dipahami dan diaktualisasikan oleh guru dan siswa dengan cara-cara yang berbeda. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi pola interaksi dan tindak tutur guru terhadap siswa. Tindak- 4

tindak tutur guru pada situasi dan konteks tertentu bisa saja diterima atau diabaikan, bahkan ditolak karena tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dipahami siswa. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman mengenai perbedaan nilai antara guru dan siswa sehingga komunikasi diantara keduanya dapat berjalan semestinya. Penelitian mengenai tindak ilokusi sudah banyak dilakukan. Penelitianpenelitian tersebut umumnya menganalisis bentuk-bentuk tindak ilokusi dan realisasi linguistiknya. Kesantunan, kesopanan, penolakan, dan kajian tindak tutur imperatif menjadi favorit para peneliti bahasa. Penelitian tindak tutur meminta yang paling banyak dijadikan landasan untuk berbagai penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan Blum-Kulka (1989) melalui proyek CCSARP (Cross-Cultural Speech Act Realization Patterns). Penelitian ini menghasilkan strategi dan beberapa kategori dalam tindak tutur meminta. Studi ini kemudian banyak dikembangkan, salah satunya adalah oleh Trosborg (1994) yang mereformulasi ulang strategi tindak tutur meminta dan Illocutionary Force dalam tindak tutur meminta. Penelitian yang berjudul Tindak Tutur Meminta dan Personal Values (Kajian Pragmatik Tentang Personal values Guru dan Siswa dalam Realisasi Tindak Tutur Meminta Guru dan Respons Siswa) ini menganalisis kontek dan strategi tindak tutur meminta yang diujarkan guru di lingkungan sekolah serta respons siswa terhadap tindak tutur meminta tersebut. Analisis dilanjutkan pada identifikasi Personal values yang muncul dalam tindak tutur meminta guru dan respons siswa. 5

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penelitian ini merumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apa saja strategi yang digunakan guru dalam merealisasikan tindak tutur meminta terhadap siswa di sebuah sekolah menengah kejuruan di Purwakarta? 2. Bagaimana respons siswa terhadap tindak tutur meminta yang direalisasikan oleh guru? 3. Apa saja Personal values yang diasosiasikan dengan realisasi tindak tutur meminta guru dari sudut pandang guru dan siswa? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Mengidentifikasi strategi tindak tutur meminta yang digunakan oleh guru terhadap siswa. 2. Menganalisis respons siswa terhadap tindak tutur meminta yang direalisasikan guru. 3. Menganalisis dan menggambarkan Personal values yang diasosiasikan dengan realisasi tindak tutur meminta guru dari sudut pandang guru dan siswa. 1.5 Manfaat Penelitian Selain menambah dan memperkuat keilmuan linguistik khususnya bidang pragmatik, melalui analisis dan deskripsi dalam penelitian ini, guru diharapkan 6

memahami peranannya sebagai individu yang memiliki perbedaan personal values dengan siswa. Adapun hambatan-hambatan komunikasi yang terdeteksi dapat menjadi landasan untuk membangun komunikasi yang baik antara guru dan siswa. Dalam cakupan yang lebih luas, penelitian ini bermanfaat bagi peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran khususnya, dan pendidikan pada umumnya 1.6 Istilah-istilah Kunci Berikut ini merupakan beberapa penjelasan singkat mengenai istilah-istilah kunci yang menjadi fokus penelitian. a. Tidak Tutur Meminta Tindak ilokusi yang menunjukkan seorang penutur (requester) menyampaikan kepada mitra tuturnya (requestee) bahwa ia menginginkan mitra tutur untuk melakukan sesuatu, yaitu berupa permintaan atas barang, kegiatan atau tindakan,dan jasa verbal, seperti: permintaan akan informasi. b. Konteks Konteks ujaran meliputi tempat, waktu, situasi dan latar belakang penutur dan mitra tutur, peristiwa yang membangun tindak tutur, maksud dan tujuan para partisipan, serta pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai budaya partisipan. c. Makna ujaran Makna ujaran yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah makna pragmatis tindak tutur direktif dengan mempertimbangkan konteks. 7

d. Respons Respons yang dimaksud dalam penelitian ini berupa reaksi langsung siswa terhadap tindak tutur meminta guru. Respons tersebut dapat berupa ujaran/verbal, maupun non verbal. Respons tersebut berupa respons penerimaan (preferred) yang berarti suka,atau penolakan (dispreferred) yang berarti tidak suka atau tidak setuju atas tindak tutur meminta guru. e. Personal Values Personal Values dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai-nilai personal yang dimiliki oleh setiap individu. 8