BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

I. PENDAHULUAN. Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti ini, internet telah menjadi sesuatu hal yang tidak asing

ANALISIS EKSPERIMEN ELABORATION LIKELIHOOD MODEL PADA SIKAP WISATAWAN MAHASISWA TERHADAP SITUS WEB DESTINASI PARIWISATA (STUDI KASUS DI

NUNUNG NURYARTONO RETNANINGSIH

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 ( 5 April 2016).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LESTARI BRIEF EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. yang ada. Sebagai contoh laporan World Wild Fund (WWF) pada tahun 2005

I. PENDAHULUAN. mereposisikan ekonominya dari brand-based economy, yaitu perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat boleh berbangga dengan Kota Bandungnya dimana baru-baru ini

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami. peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

DAFTAR ISI Halaman. BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian xviii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Tempat-tempat wisata di kota ini selalu ramai dikunjungi wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan aset dan potensi pariwisata. Sumatera Barat yang terletak

I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi dimana menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata termasuk ke dalam kelompok industri terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. atau melihat pemandangan semata, akan tetapi wisatawan juga ingin mencari dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber : 2 Sumber : Media Indonesia Edisi Selasa, 14 November 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara. Terbukti pada tahun 2013 pariwisata di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kian meningkat pesat setiap

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Gambar 1.1 Logo UNKL347

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. internet dalam kebutuhan masyarakat sehari-hari. Hampir setiap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara berkembang yang berinvestasi jutaan dollar untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. online. Membahas mengenai tingkat kepuasan online atau dikenal dengan istilah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dengan baik. Kegiatan-kegiatan pengembangan Sumber Daya Manusia harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP PEMASARAN KAWASAN WISATA TEMATIK

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan sumber daya alam laut di Indonesia memiliki kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB V KESIMPULAN. Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab

BAB I PENDAHULUAN. maksimal guna mempertahankan keberadaan perusahaan di tengah persaingan.

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata bagi rombongan study tour anak-anak PAUD (Pendidikan Anak

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. target pada tahun 2014, penerimaan devisa dari sektor pariwisata mencapai US$10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Grafik Jumlah Pengguna Smartphone di Indonesia Sumber : id.techinasia.com (4 Mei 2016)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu dari lima Taman Nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980 oleh Menteri Pertanian dan ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 meliputi luas 15.196 ha. Pada tahun 2003 melalui SK Menteri kehutanan No. 174/KPTS-II/2003 dilakukan perluasan dari 15.196 ha menjadi 21.975 ha. Perluasan dilakukan mengingat kawasan disekitar TNGGP merupakan habitat dan daerah jelajah beberapa jenis satwa langka dan dilindungi seperti Surili, Owajawa, Macan Tutul dan beberapa jenis burung yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Departemen kehutanan telah menunjuk 21 Taman Nasional sebagai Taman Nasional Model, dan salah satunya adalah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Sebagai Taman Nasional Model, diharapkan suatu saat TNGGP menjadi taman nasional yang mandiri, yang mampu mengelola secara langsung Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pemasukan yang sah, sehingga dapat dikelola secara lestari, efektif dan efisien. Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh Balai TNGGP dalam upaya menuju kemandiriannya. Terdapat tiga hal penting yang merupakan fokus perencanaan berkaitan dengan keberadaan TNGGP sebagai taman nasional model yaitu ekowisata, pendidikan konservasi dan penelitian.

Taman nasional seperti sumber daya lingkungan lainnya dan barang-barang publik yang digunakan oleh manusia bisa mendapatkan keuntungan dengan berbagai cara. Sumber daya lingkungan memiliki banyak fungsi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi ekologis.mereka juga menawarkan sumber daya rekreasi untuk semua orang yang mengunjungi taman ini. Taman nasional yang ditawarkan sebagai situs ekowisata dapat meningkatkan pendapatan nasional, dan memiliki dampak ekonomi kepada masyarakat di sekitar kawasan taman nasional. Kemudian, hal itu dapat membuat pertumbuhan ekonomi nasional.gunung Gede Pangrango National Park (TNGP) telah lama dikenal sebagai situs ekowisata populer di Indonesia, dalam kurun waktu 8 tahun terakhir (2002 2009), TNGGP mampu menarik lebih dari 19% dari rata-rata total pengunjung seluruh TN di Indonesia per tahun. Dibandingkan dengan TN lainnya, jumlah kunjungan wisata alam TNGGP berada pada posisi ketiga setelah TN Bomo Tengger Semeru di Provinsi Jawa Timur yang menarik lebih dari 30% pengunjung TN di Indonesia per tahun dan TN Gunung Rinjani di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menarik lebih dari 20% pengunjung TN di Indonesia per tahun (Badan Planologi Kehutanan, 2007). Tujuan kunjungan ke TNGGP didominasi untuk kegiatan rekreasi alam (47,82%), pendakian gunung (40,52%), sisanya berkemah (4,35%), widyawisata (2,12%), penelitian (0,66%), dan kegiatan lainnya (4,53%). Tetapi jumlah pengunjung TNGGP dari tahun 2006 sampai 2009 mengalami fluktuasi kurang stabil, bahkan cenderung mengalami penurunan. Fluktuasi kunjungan ini tentunya tidak diinginkan terjadi pada TN model yang diharapkan dapat dikelola secara mandiri. (Gambar 1).

85.000 83360 80000 75000 69937 68735 70000 67980 65000 60000 2006 2007 2008 2009 Sumber : Olahan Data Balai Besar TNGGP Gambar 1.1 Tren Pengunjung Wisata Alam TNGGP dalam Empat Tahun Terakhir (2006-2009) Hasil observasi singkat di TNGGP menunjukkan bahwa rata-rata pengunjung wisata alam TNGGP selama 8 tahun terakhir (2002-2009) mencapai lebih dari 66.526 orang per tahun (98,64% wisatawan domestik) dengan harga tiket masuk Rp 2.500 per orang per hari (wisatawan mancanegara). Berdasarkan dari informasi Sub Direktorat Kawasan Pelestarian dan Taman Buru, Direktorat jenderal PHKA, Departemen kehutanan, pembiayaaan kawasan konservasi di Indonesia rata-rata baru berkisar antara US$ 5 sampai US$ 6 per ha/tahun. Sebagai perbandingan, di negaranegara maju, pengelolaan dipandang telah efektif bila rata-rata pembiayaan sebesar US$ 20 ha/tahun.

Hal penting untuk pengembangan, perencanaan dan pengelolaan destinasi wisata pegunungan adalah pengelolaan sumber daya berkelanjutan dan konservasi daerah alami. Pembangunan berkelanjutan di destinasi menyiratkan bahwa sumber daya alam, budaya dan lainnya dilestarikan untuk membawa manfaat bagi masyarakat saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa depan. Destinasi dapat membantu dalam membenarkan dan membayar untuk konservasi sumber daya alam dan budaya jika sumber daya wisata pegunungan benar dikembangkan berdasarkan konsep kelestarian.sumber daya membutuhkan komitmen langsung dari individuindividu dan masyarakat.untuk menjadi komitmen, orang gunung harus memiliki keyakinan dalam kapasitas mereka sendiri dan pengetahuan untuk menangani lingkungan tantangan yang mereka hadapi.mekanisme untuk berbagi manfaat menggunakan pengetahuan tradisional, inovasi, dan praktek perlu dibentuk. Di sisi lain, terdapat kontradiksi perkembangan pariwisata Indonesia yang dapat digambarkan pada salah satu contoh kasus yang tergambarkan dari pengumuman Singapore Tourism Board (STB) pada 2 Oktober 2011, yang mengumumkan jumlah kunjungan wisatawan ke Singapura yang mengalami peningkatan sekitar 20 persen, dari 9,7 juta tahun 2009 menjadi 11,6 juta orang tahun 2010. Menariknya, dari jumlah itu, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asal Indonesia meningkat besar sekitar 32 persen dari 1.745.000 orang pada 2009 menjadi 2.305.000 orang pada tahun 2010. Peningkatan itu cukup signifikan, mengingat pada tahun 2008 ke 2009 sempat mengalami penurunan sekitar 1 persen. Jumlah itu mengukuhkan Indonesia menjadi penyumbang wisatawan nomor 1 terbanyak ke Singapura, mengalahkan China (1.171.000), Australia (1.037.000), Malaysia (880.000) dan India (829.000).Tak hanya Singapura, Indonesia juga ternyata masih menjadi penyumbang utama kedua ke Malaysia tahun 2010 lalu. Data yang diperoleh

dari tourism.gov.my, wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Malaysia pada tahun 2010 mulai Januari-November berjumlah 2.247.938 orang, dan diperkirakan mencapai 2,5 juta -2,6 juta orang jika ditambah bulan Desember 2010. Jumlah ini sangat timpang dengan jumlah wisatawan asal Singapura dan Malaysia yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2009 dan 2010. BPS mengumumkan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia tahun 2010 sebanyak 7 juta, dan target 2011 adalah 7,5 juta; jauh lebih kecil dibandingkan target Malaysia yang sudah menargetkan 25 juta dan Singapura 12 juta orang. Bukti ini menjadi salah satu bentuk kegagalan Indonesia dalam membangun destinasi wisata dalam negeri dan kurang berhasilnya melakukan promosi yang benar untuk mendatangkan wisatawan asing ke destinasi unggulan.dalam konteks ini, selama ini pembahasan sering lebih disibukkan bicara wisatawan intra-asean, intra-pasific dan seterusnya, tapi tidak menaruh perhatian lebih pada sesuatu yang lebih riil yang menghidupkan industri pariwisata kita yakni pariwisata intra-indonesia atau intra-nusantara. Dalam era kompetitif saat ini, maka Indonesia perlu mendorong pemasaran dalam negeri ini lebih agresif, memberikan dorongan baru untuk mempermudah mobilisasi wisatawan nusantara itu, dan mendorong pertumbuhan destinasi secara lebih agresif dan nyata, dengan cara, meningkatkan promosi pariwisata dalam negeri. Kenyataan lain diketahui bahwa jumlah wisatawan nusantara (wisnus) tetap lebih banyak dan meningkat berkembang dari 115.335.000 dari tahun 2007 menjadi 122.312.000 di tahun 2010, dengan total pengeluaran 114,64 trilyun rupiah dan rata-rata perjalanan 1,96 hari. Sedangkan apabila disimak dari data kujungan wisatawan diketahui mayoritas kunjungan destinasi adalah wisatawan remaja (usia 15 24 tahun berpenghasilan dibawah 1,5 juta rupiah) misalnya pada 2010 di Kebun Raya Bogor = 61%, pada 2011 di Gunung Mas = 57%, pada 2011 di Ecopark Ancol = 73%.

Kotler et al. (2010) menyebutkan bahwa pemasaran online adalah suatu sarana pemasaran langsung dengan perkembangan tercepat dan akan segera menggantikan alat promosi lainnya seperti majalah, koran, dll.perkembangan web telah merubah pemikiran konsumen dalam hal kenyamanan, kecepatan, harga, serta informasi produk dan jasa. Terkait dengan hal ini, diindonesia telah terjadi kemajuan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi, makaberbagai pihak sebenarnya telah berusaha untuk memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana mempromosikan pariwisata Indonesia sehingga memungkinkan calon wisatawan memperoleh akses informasi terkini mengenai tujuan wisata di Indonesia.Sedangkan media internet tersebut sangat berpengaruh pada konsumen dan wisatawan terutama pada usia remaja, seperti yang dikemukakan dari hasil penelitian Yahoo dan Taylor Nelson Sofres (TNS ) Indonesia yang dilakukan terhadap 2.000 responden yang mengikuti survey ini menunjukkan pengakses terbesar di Indonesia yaitu 64 % adalah mereka yang berusia antara 15-19 tahun. Menanggapi kondisi ini, maka diperlukan suatu kajian yang membahas tentang pengaruh analisis eksperimen informasi web destinasi pariwisata terhadap sikap wisatawan mahasiswa, dalam kaitannya untuk mengembangkan pemasaran destinasi wisata alam di Indonesia. Melihat dari penjabaran diatas, tentunya akan sangat menarik dan berguna bagi berbagai pihak. Hal tersebutlah yang melatar belakangi penulis memilih judul ANALISIS EKSPERIMEN ELABORATION LIKELIHOOD MODEL PADA SIKAP WISATAWAN MAHASISWA TERHADAP SITUS WEB DESTINASI PARIWISATA (STUDI KASUS DI TN. GUNUNG GEDE PANGRANGO).

1.2. Formulasi Masalah Jenis dan bentuk informasi situs web www.gedepangrango.org dalam format manakah yang paling sesuai untuk merubah sikap wisatawan remaja terhadap Iklan/Informasi TNGGP, apakah berbentuk informasi yang bersifat sentral dibandingkan dengan peripheral atau kondisi Kontrol? Jenis dan bentuk informasi situs web www.gedepangrango.org dalam format manakah yang paling sesuai untuk merubah sikap wisatawan remaja terhadap Merek TNGGP, apakah berbentuk informasi yang bersifat sentral dibandingkan dengan peripheral atau kondisi Kontrol? Jenis dan bentuk informasi situs web www.gedepangrango.org dalam format manakah yang paling sesuai untuk merubah sikap wisatawan remaja terhadap Ekowisata TNGGP, apakah berbentuk informasi yang bersifat sentral dibandingkan dengan peripheral atau kondisi Kontrol? Jenis dan bentuk informasi situs web www.gedepangrango.org dalam format manakah yang paling sesuai untuk merubah sikap wisatawan remaja terhadap Intensi Pembelian TNGGP, apakah berbentuk informasi yang bersifat sentral dibandingkan dengan peripheral atau kondisi Kontrol? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari pembahasan ini, yaitu: Untuk mengetahui jenis dan bentuk informasi dalam format manakah yang paling sesuai untuk merubah sikap wisatawan remaja sesuai tingkat kepedulian lingkungannya, apakah informasi yang bersifat sentral

dibandingkan dengan peripheral dalam pilihan kemasan isi pesan, kualitas, warna, music, ambassador, dll. Untuk mengetahui sikap wisatawan mahasiswa sesuai tingkat kepedulian lingkungannya terhadap informasi web site destinasi ekowisata apabila destinasi telah dikenal sebelumnya. Hasil penelitian ini adalah formula dan pengayaan bagi upaya pengembangan pemasaran destinasi wisata alam melalui media virtual. Diharapkan akan bermanfaat baik ditinjau dari sudut pandang akademis maupun praktis (kebijakan), diantaranya adalah: 1. Manfaat dari sisi akademis : Penelitian akan menghasilkan inovasi baru persuasi destinasi via webserta pengembangan destinasi wisata alam, yaitu dengan menggunakan pendekatan eksperimental. Sebagai sumbangsih peneliti terhadap pengembangan ilmu elaboration likelihood model khususnya pada destinasi wisata alam. 2. Manfaat dari sisi praktis/terapan : Menjadi perangkat penting dan kajian yang berguna dalam merencanakan pengelolaan pengembangan promosi destinasi wisata alam dan untuk meningkatkan mutu kebijakan pengembangan pemasaran destinasi wisata alam

Memberikan nilai tambah pada produk/jasa wisata alam dan mendorong peningkatan kinerja promosi wisata alam 1.4. Hipotesis Menurut Kerlinger dan Lee (2000) dalam Seniati et al (2011).menyebutkan bahwa penelitian psikologis melibatkan lebih dari sebuah hipotesis. Secara umum ada dua hipotesis dalam penelitian eksperimental, yaitu hipotesis ilmiah (scientific hypothesis)dan hipotesis statistic (statistical hypothesis). Hipotesis ilmiah memiliki dua bentuk, yaitu hipotesis umum (general hypothesis) dan hipotesis eksplisit (explicit hypothesis). Berdasarkan berbagai kajian teori dapat diasumsikan bahwa akan terjadi hubungan struktural perubahan sikap wisatawan mahasiswa terhadap informasi situs web destinasi wisata alam, yang dapat dihipotesiskan sebagai berikut : Ho1 TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh ELM terhadap sikap pada iklan/informasi. Ha1 TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh ELM terhadap sikap pada iklan/informasi. Ho2 TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh ELM terhadap sikap pada merek.

Ha2 TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh ELM terhadap sikap pada merek. Ho3 :Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh ELM terhadap intensi pembelian. Ha3 TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh ELM terhadap intensi pembelian. Ho4 TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh ELM terhadap sikap pada ekowisata Ha4 TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh ELM terhadap sikap pada ekowisata Ho5 TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh Control Procedure terhadap sikap pada iklan/informasi. Ha5 TNGGP, makadapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh Control Procedure terhadap sikap pada iklan/informasi.

Ho6 TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh Control Procedure terhadap sikap pada merek. Ha6 TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh Control Procedure terhadap sikap pada merek. Ho7 : Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh Control Procedure terhadap intensi pembelian. Ha7 TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh Control Procedure terhadap intensi pembelian. Ho8 :Dengan terpaan informasi dari situs web destinasi ekowisata pegunungan TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa tidak terdapat pengaruh Control Procedure terhadap sikap pada ekowisata. Ha8 TNGGP, maka dapat diprediksi bahwa terdapat pengaruh Control Procedure terhadap sikap pada ekowisata. 1.5. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi meliputi dua bagian pokok, yaitu: Metode Studi Pustaka, dan Metode Analisis.

a. Metode Studi Pustaka Dalam skripsi ini digunakan metode studi pustaka dengan mempelajari buku- buku panduan yang berhubungan dengan topik dan penulisan laporan skripsi sebagai landasan teori. b. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan adalah MANOVA (GLM Multivariat) yang merupakan program IBM SPSS statistics v20. dengan model ELM. Analisis sistem dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu : (1) Melakukan pemgamatan terhadap website TNGGP www.gedepangrango.org, (2) Memberikan stimulan iklan peripheral,dan kelompok control, (3) Membagikan kuesioner central,iklan kepada wisatawan mahasiswa. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini disusun dengan urutan sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, formulasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi yang dilakukan, serta sistematika penulisan untuk menjelaskan pokok-pokok pembahasan. BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan tentang teori-teori yang mendukung dalam penulisan skripsi, yang menjadi dasar bagi pemecahan masalah dan didapat dengan melakukan studi pustaka sebagai landasan dalam melakukan penulisan skripsi ini. BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai Metode yang dipakai untuk melakukan analisis Eksperimen, menjelaskan keterkaitan antara variabel Independent dengan variabel dependent, pemecahan masalah dengan merancang hipotesis, serta menjelaskan metode MANOVA GLM Multivariat yang dipakai untuk program IBM SPSS. Beberapa tahapan yang dilakukan pada bab ini adalah menganalisis permasalahan yanga ada dengan menggunakan metode Elaboration Likelihood Model pada iklan central, iklan peripheral, dan kelompok control, untuk mengetahui sikap wisatawan remaja terhadap situs web destinasi yaitu sikap pada produk, sikap merek, sikap ekowisata, dan intemsi pembelian. BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Bab ini membahas mengenai gambaran umum perusahaan, sarana yang dibutuhkan, dan penyelesaian hasil kuesioner yang dibagikan kemudian diproses dengan program IBM SPSS statistics v20. dan hasil perhitungan setiap pertanyaan pada variabel bebas apakah

berpengaruh pada variabel terikat. Dengan metode MANOVA (GLM Multivariat) untuk mengukur sikap wisatawan remaja mengenai informasi di situs website destinasi TNGGP yaitu perubahan sikap terhadap produk, merek, ekowisata, dan intensi pembelian. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Bab ini mengemukakan simpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang diusulkan kepada stakeholders untuk pengembangan lebih lanjut agar tercapai hasil yang lebih baik.