BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya mencapai visi Indonesia Sehat 2010 dan diharapkan akan mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan yang sehat, mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mampu menyediakan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga memiliki derajat kesehatan yang tinggi (Depkes RI, 2003). Adapun usaha peningkatan derajat kesehatan diupayakan melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), serta upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, dilaksanakan terhadap tempat-tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan meliputi penyehatan air, tanah, udara, pengamanan limbah padat, cair, gas, radiasi, kebisingan, pengendalian vektor penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya (Depkes RI, 2005). Sejalan dengan perubahan dan perkembangan sosial ekonomi, penyakitpenyakit yang termasuk kelompok kardiovaskuler dan sistem pernafasan yang non infeksi yang semakin berkembang. Berbagai faktor resiko telah diidentifikasi seperti 1
faktor kegemukan, kebiasaan merokok, konsumsi pangan tertentu. Beberapa faktor lingkungan seperti halnya pencemaran udara juga berperan seperti NO x, karbonmonoksida, sulfurdioksida, dan lain-lain. Pencemaran udara merupakan kondisi terjadinya perubahan (pengurangan atau penambahan komposisi udara) dibandingkan keadaan normal dalam waktu, tempat dan konsentrasi tertentu sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan dan kesehatan masyarakat (Achmadi, 2008). Secara global WHO (2006), menyebutkan bahwa polusi udara di dalam rumah bertanggung jawab terhadap 1,6 juta kematian manusia setiap tahunnya dan dalam 59% dari semua kematian akibat polusi udara di dalam ruangan dialami perempuan dan anak-anak sebagai efek pemakaian bahan bakar tradisional (Sukar ; Tugaswati Tri, 2003). Perempuan yang terpajan pada asap dari pembakaran bahan bakar arang dan kayu bakar (biomasa tradisional) tiga kali lebih tinggi mempunyai resiko untuk terkena penyakit paru obstruksi kronik (chronic obstructive pulmonary disease/copd) bronkhitis kronis, dibandingkan perempuan yang memasak menggunakan kompor dan pemanas berbahan bakar listrik dan gas. Berdasarkan hasil survei tentang peningkatan kualitas udara lingkungan rumah oleh Ditjen PPM dan PL tahun 2001, di Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa 57,6% balita terindikasi terkena ISPA. Adapun faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita antara lain kepala keluarga merokok
di dalam rumah (62,6%) ibu rumah tangga memasak dengan kayu bakar (93,5%) dan (68,5%) dapur tidak memiliki cerobong asap (Depkes, 2005). Menurut Survai Kesehatan Rumah Tangga pada tahun 1995, menunjukkan bahwa proporsi kematian bayi di Indonesia akibat penyakit sistem pernafasan mencapai 32,1% dan pada balita 38,8%. Hasil penelitian International Energy Agency (2002), menyatakan bahwa ada 155 juta jiwa penduduk Indonesia pada tahun 2000 masih menggunakan bahan bakar arang dan kayu bakar untuk memasak dan menghangatkan. Tak heran jika saat ini penyakit infeksi saluran pernafasan akut mencatat jumlah tertinggi di puskesmas kota maupun desa di Indonesia (Kasnodihardjo, 2007). Hal ini terlihat dari kondisi dapur yang sederhana yang materialnya terbuat dari anyaman bambu, tanah dan hanya sebagian tembok tidak dapat dipungkiri masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup dalam wilayah tradisional dan menggunakan bahan bakar tradisional seperti kayu bakar (Kartika ; Sofi, 2002). Penelitian dampak pencemaran dalam ruang terhadap kesehatan telah dilakukan di Jawa Barat pada tahun 1997, yang menyimpulkan bahwa ventilasi di dapur aktivitas memasak dan merokok membuktikan adanya toksisitas di dapur terhadap ibu dan balitanya saat memasak di dapur (Agustina, 1997). Untuk Kabupaten Serdang Bedagai angka Kesakitan Infeksi Saluran pernafasan akut masih tinggi yakni 22717 kasus pada tahun 2008. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kondisi kualitas udara yang tidak sehat (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai, 2008).
Berdasarkan survai awal penulis pada bulan April tahun 2009, di Kecamatan Dolok Masihul menunjukkan masih banyaknya masyarakat yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak, menghangatkan dan keluhan pernafasan seperti batuk. Hal ini tampak didukung dari data puskesmas kecamatan Dolok Masihul dimana angka kesakitan infeksi saluran pernafasan akut masih tinggi yaitu 3688 kasus (Profil Puskesmas Dolok Masihul, 2008). Atas pertimbangan inilah maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul perilaku penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan pada ibu rumah tangga di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai. 1.2. Perumusan Masalah Masih banyaknya penduduk desa Bantan yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan angka kesakitan gangguan pernafasan ISPA di Kec.Dolok Masihul tinggi yaitu 3688 kasus (Profil Puskesmas Dolok Masihul, 2008). Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana perilaku penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan pada ibu rumah tangga di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perilaku ibu rumah tangga terhadap penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai Tahun 2009. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu rumah tangga berdasarkan umur, pendidikan, pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul Kab.Serdang Bedagai. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya keluhan saluran pernafasan pada ibu rumah tangga akibat penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak. 3. Untuk mengetahui frekuensi memasak ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak. 4. Untuk mengetahui lamanya waktu memasak ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak. 5. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan. 6. Untuk mengetahui sikap ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan. 7. Untuk mengetahui tindakan ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak dan keluhan saluran pernafasan.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Untuk mengetahui karakteristik ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakarsebagai bahan bakar untuk memasak di Desa Bantan Kec. Dolok Masihul. 2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi ibu rumah tangga tentang bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan kayu bakar bagi kesehatan. 3. Menambah bahan informasi untuk dapat dijadikan referensi untuk pengembangan ilmu.