BAB 1 PENDAHULUAN. gigi secara bersamaan, dan dapat melakukan penggerakan gigi yang tidak mungkin

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi 4 jenis yaitu nikel titanium, kobalt-kromiun-nikel, stainless steel dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodonti terbagi atas beberapa jenis di pasaran, antara lain copper nickel titanium,

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dilepas oleh operator yaitu ortodontis. Komponen alat cekat terbagi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga didapatkan fungsi dan estetik geligi yang baik maupun wajah yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Alat ortodontik cekat meliputi beberapa komponen dasar yaitu braket,

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03, No. 02, juli 2015

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada adalah teknik Begg. Kawat busur yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGENDALIAN LAJU KOROSI BAJA St-37 DALAM MEDIUM ASAM KLORIDA DAN NATRIUM KLORIDA MENGGUNAKAN INHIBITOR EKSTRAK DAUN TEH (Camelia sinensis)

Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb)

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan

Pengaruh Ekstrak Daun Trembesi (Samanea Saman (Jacq.) Merr.) Sebagai Bahan Inhibitor Terhadap Laju Korosi Baja Plat Hitam (Base Plate) A36

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Mei 2015 di

EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT. Abstralc

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kali diperkenalkan pada tahun Alat ortodontik cekat yang pertama kali

PENGARUH INHIBITOR EKSTRAK DAUN PEPAYA TERHADAP KOROSI BAJA KARBON SCHEDULE 40 GRADE B ERW DALAM MEDIUM AIR LAUT DAN AIR TAWAR

BAB I PENDAHULUAN. gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi

BAB I PENDAHULUAN. labialis, premature loss gigi decidui, prolonged retension gigi decidui,

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

BAB 1 PENDAHULUAN. archwire, dan cincin. Braket merupakan salah satu komponen penting. Agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat

1. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

DEA JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS

PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak dikonsumsi di dunia setelah air, dengan konsumsi per

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Abad 20 merupakan abad baru stainless steel dengan ditemukannya HIPASS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kendaraan bermotor di Indonesia telah mencapai lebih dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013

EFISIENSI INHIBISI INHIBITOR EKSTRAK DAUN TEH (Camelia sinensis) TERHADAP BAJA St-37 DALAM MEDIUM ASAM DAN GARAM

Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN X

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA

Korosi merupakan efek yang paling merusak pada logam, oleh karena itu untuk melindungi bagian-bagian logam dari korosi dapat digunakan banyak cara,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. stomatognatik tidak akan berjalan baik (Mc Laughlin dkk., 2001). Perawatan

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas dan Kecepatan Kematian. Tingkat mortalitas walang sangit pada aplikasi kontak dengan konsentrasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki maloklusi gigi, kelainan -

I. PENDAHULUAN. terjadi pada permukaan peralatan penukar panas yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu minuman terpopuler di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiurma Sagita Roselina Siahaan, 2013

PENGARUH KONSENTRASI INHIBITOR EKSTRAK DAUN KAKAO (Theobroma cacao) TERHADAP LAJU KOROSI BAJA HARDOX 450

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN BIO INHIBITOR DAUN SUKUN TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN 3,5 % NaCl DAN 1 M H 2 SO 4

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

I. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR KALSIUM KARBONAT DAN TAPIOKA TERHADAP TINGKAT LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA TANGKI BALLAST AIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. dengan gigi semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap penampilan. Tuntutan dan kebutuhan perawatan gigi estetik masa kini

IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohon Arak (salvadora persica) (Almas,2002). dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur (Zaenab dkk,2004)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2014 STUDI OPTIMASI PEMBUATAN KOMBUCHA DARI EKSTRAK TEH HITAM SERTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kuat. Resin komposit terdiri atas dua komponen utama, yaitu matriks resin dan filler

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS TERHADAP PENURUNAN LAJU KOROSI BAJA ST-37

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

KLASIFIKASI ZAT. 1. Identifikasi Sifat Asam, Basa, dan Garam

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia adalah cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh adalah salah satu minuman terkenal di dunia, termasuk di

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan tersebut bertujuan untuk memperbaiki abnormalitas susunan gigi dan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodonti saat ini menjadi pertimbangan penting bagi masyarakat karena perawatan tersebut bertujuan untuk memperbaiki posisi gigi dan memperbaiki maloklusi yang salah satunya adalah dengan menggunakan alat ortodonti cekat. 1 Alat ortodonti cekat memiliki beberapa keunggulan seperti kemampuan retensi yang baik, memungkinkan dilakukannya pergerakan beberapa gigi secara bersamaan, dan dapat melakukan penggerakan gigi yang tidak mungkin dilakukan dengan alat ortodonti lepasan. 2 Terdapat tiga komponen utama yang digunakan dalam perawatan dengan alat ortodonti cekat antara lain lekatan (attachment) yang berupa breket (bracket), cincin (band), kawat (arch wire), dan penunjang (accessoris atau auxillaries). 3 Kawat merupakan komponen penting dalam alat ortodonti cekat. Salah satu contoh bahan kawat yang biasa digunakan adalah kawat Stainless Steel. Kawat Stainless Steel digunakan pada tahap pertama sampai ketiga dari empat tahap perawatan ortodonti yaitu aligning, kontrol tumpang gigit, penutupan celah dan koreksi jarak gigit sehingga penggunaan kawat Stainless Steel ortodonti akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan penggunaan kawat jenis Nickel Titanium, Cobalt Chromium, maupun Beta Titanum. 4 Kawat Stainless Steel ortodonti memiliki beberapa kelebihan seperti pengembangan sifat yang lebih baik jika dibandingkan dengan kawat ortodontik emas dan harga yang lebih terjangkau. 5 Di balik keunggulannya, kawat Stainless Steel ortodonti dapat menyebabkan efek 1

negatif pada individu tertentu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huang dkk (2002), mengungkapkan bahwa kawat Stainless Steel ortodonti memiliki potensi terjadi korosi pitting lebih tinggi dibandingkan kawat ortodonti berbahan Nickel Titanium. 6 Mirjalili dkk (2013), dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa tidak terjadi perilaku korosi pada kawat Nickel Titanium pada saliva sintetik sedangkan pada kawat Stainless Steel menunjukkan pitting korosi. 7 Hasil penelitian Konda dkk (2013), menunjukkan bahwa berdasarkan analisis melalui Scanning Electron Microscope (SEM) kawat Stainless Steel lebih korosif dibandingkan Beta Titanium dan Nickel Titanium. 8 Penelitian oleh Pulikkottil (2016), menunjukkan Stainless Steel memiliki ketahanan terhadap korosi paling rendah dibandingkan dengan Nickel Titanium, Titanium Molidenum Alloy, dan Ion-implanted Titanium Molybdenum Alloy. 9 Adanya proses korosi dapat menimbulkan dampak yang merugikan baik bagi kesehatan maupun bagi kawat Stainless Steel ortodonti itu sendiri. 10 Pada proses korosi, terjadi pelepasan ion nikel yang merupakan salah satu bahan dasar dari kawat ortodonti, sehingga menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan bersifat toksik. 11 Dampak korosi bagi kawat ortodonti sendiri dapat menyebabkan perubahan warna pada permukaan logam, berkurangnya kekuatan dan dimensi logam yang dapat mengakibatkan patahnya logam tersebut. 12 Korosi tidak dapat dihindari namun laju prosesnya dapat dikurangi. Salah satu cara mengurangi laju korosi adalah dengan penambahan inhibitor. Inhibitor korosi sendiri didefinisikan sebagai suatu zat yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit ke dalam lingkungan akan menurunkan serangan korosi terhadap logam. 13 Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa - senyawa organik dan anorganik. 14 Senyawa inhibitor yang berasal dari bahan anorganik seperti nitrit,

kromat, fosfat, dan urea cukup efektif dalam menghambat laju korosi, namun senyawa tersebut merupakan bahan kimia yang berbahaya, mahal, tidak ramah lingkungan. Selain itu sifat racun dapat menyebabkan kerusakan sementara atau permanen pada sistem organ tubuh makhluk hidup seperti gangguan pada ginjal, hati, dan sistem enzim. Hal ini berbeda dengan inhibitor organik yang selain dapat menghambat laju korosi juga bersifa non-toksik, murah, berasal dari alam, mudah diperbaharui dan tidak merusak lingkungan. 15 Inhibitor korosi secara organik dapat berupa penambahan bahan alam yang mengandung zat antioksidan karena memiliki kemampuan membentuk senyawa kompleks. Pada zat antioksidan terdapat unsur-unsur yang memiliki pasangan bebas yang berfungsi sebagai pendonor elektron terhadap logam. 16 Menurut penelitian Emriadi dkk (2007), menunjukkan daun surian (Toona sinensis) memiliki kandungan antioksidan yang terbukti dapat mengihibisi reaksi korosi mild steel pada media HCl. 17 Kandungan zat antioksidan, seperti polifenol, tanin, alkaloid, saponin, minyak atsiri, dan asam amino dapat membentuk senyawa kompleks yang mampu menghambat korosi logam. 18 Salah satu inhibitor organik lain yang dapat digunakan adalah ekstrak daun teh. Daun teh terkenal akan manfaatnya yang kaya antioksidan yang salah satunya dapat berfungsi sebagai inhibitor korosi. Loto dkk (2011) telah melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa ekstrak daun teh dapat menginhibisi laju korosi Duplex (α β) Brass. 19 Ludiana (2012) juga melakukan penelitian tentang Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Ekstrak Daun Teh (Camelia Sinensis) terhadap Laju Korosi Baja Karbon Schedule 40 Grade B ERW. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak daun teh dapat digunakan sebagai inhibitor korosi Baja Karbon

Schedule 40 Grade B ERW. 13 Fouda dkk (2013) melakukan penelitian serupa terhadap ekstrak daun teh hijau dan didapatkan hasil bahwa ekstrak daun teh hijau dapat menginhibisi korosi mild steel dalam larutan alumunium sulfat dan larutan sodium klorida. 20 Berdasarkan proses pengolahannya, produk teh dibedakan menjadi 3 jenis yaitu teh hijau, teh oolong dan teh hitam. 21 Urutan kandungan polifenol mulai dari yang tertinggi sampai terendah terdapat pada teh hijau, teh oolong kemudian teh hitam. 22 Teh hijau merupakan teh yang paling alami (tidak mengalami proses oksidasi enzimatis) sehingga zat-zat yang dikandung teh hijau masih murni dan belum mengalami proses perubahan. Teh hijau juga memiliki kandungan polifenol yang lebih tinggi. Kelebihan lainnya adalah daun teh hijau mudah didapat, harganya murah, ramah lingkungan, dan dibudidayakan di lebih dari 30 negara. 23 Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ekstrak daun teh hijau dalam menginhibisi korosi kawat ortodonti berbahan Stainless Steel. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Umum 1. Apakah terdapat pengaruh penambahan ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis) terhadap laju korosi pada kawat Stainless Steel ortodonti? 2. Apakah ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis) dapat menghambat laju korosi pada kawat Stainless Steel ortodonti? 3. Konsentrasi berapa yang terbaik dalam menghambat laju korosi kawat Stainless Steel ortodonti?

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus 1. Apakah terdapat pengaruh terhadap laju korosi pada kawat Stainless Steel saliva sintetik dicampur ekstrak daun teh hijau 1 %? 2. Apakah terdapat pengaruh terhadap laju korosi pada kawat Stainless Steel saliva sintetik dicampur ekstrak daun teh hijau 2 %? 3. Apakah terdapat pengaruh terhadap laju korosi pada kawat Stainless Steel saliva sintetik dicampur ekstrak daun teh hijau 4 %? 4. Apakah terdapat pengaruh terhadap laju korosi pada kawat Stainless Steel saliva sintetik dicampur ekstrak daun teh hijau 8 %? 5. Apakah terdapat pengaruh terhadap laju korosi antar kawat Stainless Steel ortodonti yang direndam dengan saliva sintetik dicampur ekstrak daun teh hijau 1 %, 2 %, 4 %, 8 %? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum 1. Mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis) terhadap laju korosi pada kawat Stainless Steel ortodonti. 2. Mengetahui apakah ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis) dapat menghambat laju korosi pada kawat Stainless Steel ortodonti.

3. Mengetahui konsentrasi berapa yang terbaik dalam menghambat laju korosi kawat Stainless Steel ortodonti. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengaruh terhadap laju korosi pada kawat Stainless Steel saliva sintetik dicampur ekstrak daun teh hijau 1 %. 2. Mengetahui pengaruh terhadap laju korosi pada kawat Stainless Steel saliva sintetik dicampur ekstrak daun teh hijau 2 %. 3. Mengetahui pengaruh terhadap laju korosi pada kawat Stainless Steel saliva sintetik dicampur ekstrak daun teh hijau 4 %. 4. Mengetahui pengaruh terhadap laju korosi pada kawat Stainless Steel saliva sintetik dicampur ekstrak daun teh hijau 8 %. 5. Mengetahui pengaruh terhadap laju korosi pada kawat Stainless Steel ortodonti yang direndam dengan saliva sintetik dicampur ekstrak daun teh hijau 1 %, 2 %, 4 %, 8 %. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sebagai bahan masukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu ortodonti, dental material kedokteran gigi dan untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai pengaruh ekstrak daun teh hijau dalam menghambat laju korosi kawat ortodonti berbahan Stainless Steel. 1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data untuk penelitian selanjutnya. 1.4.4 Bagi Pasien Pengguna Alat Ortodonti Cekat Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi manfaat ekstrak daun teh hijau dalam menghambat laju korosi kawat Stainless Steel ortodonti pada pasien pengguna alat ortodonti cekat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun teh hijau dalam menghambat laju korosi kawat Stainless Steel.