BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk atau yang biasa di singkat PT. Telkom merupakan Badan Usaha Milik Negara dan penyedia layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. Sebagai BUMN, Pemerintah Republik Indonesia merupakan pemegang saham mayoritas yang menguasai sebagian besar saham biasa Perusahaan sedangkan sisanya dimiliki oleh publik. Saham Perusahaan diperdagangkan dibursa Efek Indonesia ( BEI ), New York Stock Exchange ( NYSE ), London Stock Exchange ( LSE ) dan Tokyo Stock Exchange (tanpa listing). Komitmen PT.Telekomunikasi Indonesia,Tbk untuk mendukung mobilitas dan konektivitas tanpa batas diyakini akan meningkatkan kepercayaan pelanggan ritel maupun korporasi terhadap kualitas, kecepatan, dan kehandalan layanan serta produk yang ditawarkan. Hal itu terbukti dengan kontinuitas peningkatan di sisi jumlah pelanggan PT. Telkom, yakni mencapai 120,5 juta pelanggan per 31 Desember 2010, atau meningkat sebesar 14,6%. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8,3 juta pelanggan merupakan pelanggan telepon kabel tidak bergerak, 18,2 juta pelanggan telepon nirkabel tidak bergerak, dan 94,0 juta pelanggan telepon seluler. Sepanjang keberadaanya PT.Telekomunikasi Indonesia,Tbk melayani bangsa dan sukses mendekatkan jarak melalui komunikasi di negara
Indonesia. Didukung oleh pengalaman sebagai pemain utama di Indonesia, potensi dan kapabilitas Telkom yang masih sangat besar serta peluang pasar asia pasifik yang masih terbuka lebar, mengantarkan Telkom untuk mencanangkan Visi dan Misi sebagai berikut : Vision: To become a leading Telecommunication, Information, Media & Edutainment (TIME) Player in the Region Mission: 1. To Provide TIME Services with Excellent Quality & Competitive Price. 2. To be the Role Model as the Best Managed Indonesian Corporation. Telkom menyadari bahwa kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan dimasa mendatang. Selain itu, gaya hidup masyarakat pun juga terus berubah seiring dengan perkembangan teknologi dan juga perkembangan gaya hidup (Tren) global. Peta persaingan di pasar Telecommunication, Information, Media dan Edutainment (TIME) pun senantiasa berubah. Dengan adanya persaingan global, perusahaan dihadapkan pada penentuan strategi dalam pengelolaan usahanya. Penentuan strategi ini akan dijadikan sebagai dasar dan kerangka kerja untuk mewujudkan sasaran sasaran kerja yang telah ditentukan oleh manajemen. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alat untuk mengukur kinerja yang dapat mengetahui sejauh mana strategi dan sasaran yang telah ditentukan tercapai.
Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa PT. Telkom Indonesia memiliki kinerja keuangan yang bagus sehingga dapat memberikan rasa percaya kepada publik untuk menanamkan sahamnya. Sistem manajemen yang dilaksanakan oleh banyak perusahaan sekarang ini lebih memfokuskan pada kinerja keuangan yang diukur secara periodik. Pengukuran kinerja dengan sistem ini menyebabkan perusahaan hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek saja tanpa memikirkan kelangsungan hidup perusahaan. Pengukuran kinerja dengan cara ini juga kurang mampu bercerita banyak mengenai masa lalu perusahaan, kurang memperhatikan sektor eksternal, serta tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik (Kaplan dan Norton,1996) dalam Hanuma dan Kiswara (2011). 1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat menyebabkan perubahan besar dalam hal persaingan, produksi, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara perusahaan dengan konsumen dan perusahaan dengan perusahaan lain. Hanya perusahaan yang mempunyai keunggulan yang mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen, mampu menghasilkan produk bermutu, dan cost effective (Srimindati,2004 dalam Hanuma dan Kiswara,2011). Dengan adanya persaingan global, perusahaan dihadapkan pada penentuan strategi dalam pengelolaan usahanya. Menurut Mulyadi (2007) Strategi adalah pola pengerahan dan pengarahan untuk perwujudan visi dan misi perusahaan. Dalam lingkungan binis kompetitif strategi memainkan peran penting dan menentukan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Strategi membentuk
pola pengambilan keputusan dalam mewujudkan visi perusahaan. Dengan pola tertentu, perusahaan mengerahkan seluruh sumber daya ke perwujudan visi perusahaan. Penentuan strategi ini akan membantu manajemen untuk menentukan sasaran sasaran kerja yang ditentukaan oleh manajemen. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alat untuk mengukur kinerja, sehingga dapat diketahui sejauh mana strategi dan sasaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Dengan dilakukannya penilaian kinerja dapat diketahui efektivitas dari penetapan suatu strategi dan penerapannya dalam kurun waktu tertentu. Penilaian kinerja dapat mendeteksi kelemahan dan kekurangan yang masih terdapat dalam perusahaan untuk selanjutnya dilakukan perbaikan di masa mendatang. Selama ini yang umum digunakan dalam perusahaan adalah pengukuran kinerja tradisional yang hanya menekankan pada aspek keuangan sehingga banyak mengabaikan fakta performance lain yang sebenarnya juga penting. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Nany, Raharjo, dan Kartika (2008) pada Rumah Sakit Umum daerah x yang hanya mengukur kinerja secara keuangan saja, Rumah Sakit tersebut kurang memperhatikan pelayanan terhadap pasien, sehingga mengakibatkan pendapatan Rumah Sakit tersebut menurun. Pengukuran kinerja tradisional menyebabkan perusahaan hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek dan cenderung melupakan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Pengukuran kinerja tradisional berbahaya dalam kerangka pemikiran strategis perusahaan, karena perilaku ini bisa berbahaya dalam jangka panjang, contohnya nilai perusahaan akan turun, kepuasan pelanggan akan menurun, dan tidak mampu bersaing akibat rendahnya motivasi inovasi. Pengukuran kinerja tradisional kurang mampu mengukur kinerja harta tak tampak (intangible asset) dan harta intelektual (Sumber Daya manusia). Selain itu pengukuran kinerja seperti ini juga kurang mampu menceritakan
mengenai masa lalu perusahaan, kurang memperhatikan sektor eksternal, serta tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik (Kaplan dan Norton,1996) dalam Hanuma dan Kiswara (2011). Menurut Kaplan dan Norton melalui data empiris mereka, pada tahun 1990 yaitu tentang pengukuran Kinerja Organisasi Masa Depan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di masa depan diperlukan ukuran komprehensif yang meliputi empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, yang disebut dengan Balance ScoreCard. Dari percobaan penggunaan Balance Scorecard pada tahun 1990-1992, perusahaan perusahaan yang ikut serta dalam penelitian tersebut menunjukan pelipat gandaan kinerja keuangan perusahaan. Keberhasilan ini disadari sebagai akibat dari penggunaan ukuran kinerja Balance Scorecard yang komprehensif. Dengan menambahkan ukuran kinerja nonkeuangan, seperti kepuasan pelanggan, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan, eksekutif dipacu untuk memperhatikan dan melaksanakan usaha-usaha yang merupakan pemacu sesungguhnya untuk mewujudkan kinerja keuangan (Mulyadi,2001). Majalah SWA menulis (2007), Group Soho sebelum menggunakan Balance Scorecard pada tahun 2003 anak-anak perusahaannya berjalan sendiri-sendiri, transparasi sangat kurang, orang-orang di level menengah kurang memahami tujuan perusahaan akan dibawa kemana. Lalu pada pemilik perusahaan mencari metode yang tepat dan menemukan konsep Balance Scorecard. Keinginan menerapkan Balance Scorecard semakin kuat karena pemilik perusahaan ingin kelompok bisnisnya menjadi pemain di tingkat regional dan menjadi pemain ekspor yang terbaik di
bidang farmasi. Setelah berjalan selama dua tahun, pendapatan Group Soho meningkat rata-rata 25% sejak 2004, disaat bersamaan industri farmasi malah pernah mengalami pertumbuhan minus pada tahun 2006. Laba sebelum pajak juga meningkat dari 8% menjadi 11%. Berdasarkan data IMS, pangsa pasar Group Soho meningkat tajam dari 4,6% menjadi 7,9%. Berdasarkan uraian pada beberapa paragraf sebelumnya maka peneliti ingin meneliti mengenai kinerja keuangan dan non keuangan PT.Telekomunikasi Indonesia,Tbk. Peneliti tertarik mengambil PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk dikarenakan ingin menganalisis kinerja perusahaan tersebut sesuai konsep Balance Scorecard. Perusahaan tersebut sudah banyak diketahui oleh publik bahwa kinerja perusahaan tersebut dilihat dari sisi keuangan menunjukan hasil yang bagus namun sebagai mana penulis menguraikan beberapa paragraf sebelumnya bahwa kinerja tidak cukup dinilai dari sisi keuangannya saja. Oleh karena itu penulis mengambil judul Balance Scorecard sebagai alat Ukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus PT.Telekomunikasi Indonesia,Tbk). 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja PT.Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang diukur dengan a. Perspektif Pertumbuhan dan pembelajaran? b. Perspektif Proses Bisnis internal? c. Perspektif Pelanggan?
d. Perspektif Keuangan? 2. Bagaimana hubungan antar perspektif Balance Scorecard pada PT. Telekomunikasi Indonesia,tbk? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang ada maka tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis kinerja PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang diukur dari Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. 2. Untuk menganalisis kinerja PT.Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang diukur dari Perspektif Proses Bisnis Internal 3. Untuk menganalisis kinerja PT.Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang diukur dari Perspektif Pelanggan 4. Untuk menganalisis kinerja PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang diukur dari Perspektif Keuangan 5. Untuk menganalisis hubungan antar Perspektif Balance Scorecard pada PT.Telekomunikasi Indonesia,Tbk 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis 1. Bagi penulis melalui penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai pengukuran kinerja berbasis Balance Scorecard. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.5.2 Aspek Praktis 1. Bagi Manajemen dapat digunakan sebagai masukan dengan menggunakan konsep Balance Scorecard untuk mengevaluasi kinerjanya. 2. Bagi Investor dapat digunakan dalam membuat keputusan untuk berinvestasi atau tidak yang dapat dilihat dari kinerja keuangannya. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi gambaran umum penelitian, latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU Bab Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu berisi tentang rangkuman teori, penelitian terdahulu sejenis, kerangka pemikiran teoritis BAB III METODE PENELITIAN Bab Metode Penelitian berisi tentang jenis penelitian, variable operasional penelitian yang digunakan, tahap penelitian, pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang objek penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab Kesimpulan dan Saran berisi tentang kesimpulan yang diberikan berkaitan dengan penelitian ini dan saran yang akan diberikan.