BAB V PEMBAHASAN. Pembiayaan Syariah (KSPPS) Baitul Izza Sejahtera ini bertujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB V PEMBAHASAN. kegiatan operasional yang berlangsung di kantor Koperasi Simpan Pinjam

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Dari hasil wawancara langsung yang penulis lakukan pada pihak BNI

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

maka dalam bab ini penulis akan menganalisis praktek denda pada pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, investasi yang telah direncanakan.

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Murabahah di BPRS Bangun Drajat Warga

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD DI BMT MUDA SURABAYA. keuntungannya sudah diperjanjikan diawal akad. Artinya pihak BMT tidak dapat

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

BAB I PENDAHULUAN. sekundernya, contohnya keinginan memiliki mobil, motor, HP dan lain-lain, hal pokok yang melekat pada setiap manusia.

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

Rizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak hanya lembaga keuangan perbankan, namun juga dijalankan oleh lembaga

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif

Pembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1

BAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).

BAB V PENUTUP. Yogyakarta secara umum telah memenuhi ketentuan hukum syariah baik. rukun-rukun maupun syarat-syarat dari pembiayaan murabahah dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Karakteristik Pembiayaan Produk Flexi ib Hasanah BNI Syariah Kantor

BAB I PENDAHULUAN. beragama Islam, bank juga telah mengeluarkan sejumlah produk yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN JAMINAN. A. Analisis Pembiayaan Murabahah di KJKS BMT EL Amanah Kec. KENDAL Kab.

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mulai bermunculan di Indonesia yaitu Baitul Ma>l wat. BMT adalah singkatan dari Baitul Ma>l wat Tamwi>l yaitu

Apriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul Jannah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. 1. Firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 130:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Profil Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Baitul Izza

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

SKRIPSI PENERAPAN PRINSIP KEKELUARGAAN DALAM PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BMT AL-AMIN MAKASSAR KALYISAH BAHARUDDIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB IV ANALISIS SITEM PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA KJKS BMT AMANAH USAHA MULIA MAGELANG. A. Sistem dan Prosedur Pemberian pembiayaan

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MURA<BAH{AH BERMASALAH DI BPRS BAKTI MAKMUR

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Persyaratan dalam Mengadakan Akad Murabahah di BMT-UMY

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudarabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV PENERAPAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN PENSIUN

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen risiko menurutbank Indonesia adalah. serangkaianprosedur dan metode yang digunakanuntuk mengidentifikasi,

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Pengertian, Dasar Hukum, Rukun Dan Syarat Murabahah. satunya adalah akad murabahah. Akad Murabahah sama dengan bentuk

Mura>bah}ah oleh BMT Dana Mentari, sebagaimana diterbitkan dalam

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Praktek Pembiayaan Murabahah Praktek pembiayaan murabahah di Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Baitul Izza Sejahtera ini bertujuan untuk membebaskan anggota dari riba. Prosesnya diawali dengan anggota yang membutuhkan suatu barang kemudian datang ke koperasi untuk mengajukan pembiayaan beserta membawa persyaratan yang diperlukan seperti fotocopy KTP, Fotocopy KK, Fotocopy BPKB/sertifikat tanah, dan slip gaji. Dalam prakteknya ada 3 pihak yang terlibat yaitu pihak koperasi sebagai penjual, anggota sebagai pembeli dan suplier sebagai penyedia barang untuk koperasi. Kemudian sighat yaitu ijab dan qabul antara anggota dengan pihak koperasi menggunakan form pembiayaan akad murabahah (lampiran 3), dalam form ini tertulis margin atau keuntungan yang disepakati, barang yang dijadikan objek jual beli, barang jaminan, serta tanggal jatuh tempo pembayaran anggota. Selanjutnya pihak koperasi memeriksa kelengkapan data dan apabila sudah lengkap akan dilanjutkan dengan survei kelayakan anggota. Jika pengajuan ini diterima maka koperasi akan membelikan barang yang dibutuhkan oleh anggota. 86

87 Hal ini menunjukkan bahwa rukun dari akad murabahah sudah terpenuhi. 112 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Anam di PT. FIF Syariah juga sama. 113 Selain rukun dari akad murabahah diatas ada beberapa poin yang perlu dianalisis, meliputi: 1. Penentuan keuntungan Dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah penawaran harga disampaikan secara detail dan transparan, anggota mengetahui harga pokok dan margin keuntungan yang diinginkan oleh pihak KSPPS Baitul Izza Sejahtera sebagai total biaya yang harus ditanggung oleh koperasi sesuai kesepakatan bersama. Penentuan margin atau keuntungan murabahah pihak koperasi menentukan keuntunagan di bawah 2% dari biaya perolehan, yang mana anggota akan membayar secara konstan besaran angsuran untuk setiap bulannya, dan penentuan margin ini pihak koperasi mematok sebesar 1,5% sampai dengan 2% kemudian dikali lama tempo pembiayaan, misalkan 12 bulan. 114 112 Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi antara lain; (1) pelaku akad, yaitu ba I (pejual) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang memelukan dan akan membeli barang. Objek akad, yaitu mabi (barang dagangan) dan tsaman (harga). Shighah, yaitu ijab dan qabul. (Dikutip dari buku karangan Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah halaman 82) 113 Khoirul Anam, Analisis Praktek Pembiayaan Murabahah Di PT Federal International Finance (FIF) Syariah Demak dalam http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=19884, diakses 7 Juni 2017 114 Wawancara dengan Arianto Lubis selaku Analis Officer, Tanggal 13 Mei 2017 di Kantor KSPPS Baitul Izza Sejahtera

88 Hal ini sesuai dengan ketentuan fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN- MUI/IV/2000 tentang murabahah. 115 Begitu juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Dayat dijelaskan bahwa begitu keuntungan disepakati dan pembayaran dilakukan secara tangguh maka pembagian pokok, keuntungan atau margin dan angsuran dilakukan secara merata dan tetap selama jangka waktu angsuran. 116 2. Pengadaan Barang Dalam pengadaan barang pihak koperasi membelikan barang yang diinginkan anggota setelah pengajuan di acc oleh pengurus kopsya dan anggota juga diperkenankan untuk ikut berbelanja jika menghendaki. Baru setelah kepemilikan barang menjadi milik koperasi secara penuh dalam artian koperasi membeli barang dengan harga tunai/penuh barulah barang ini dijual kepada anggota. Jadi barang pesanan yang diajukan dalam pembiayaan harus dimiliki oleh pihak koperasi terlebih dahulu baru dijual kembali kepada anggota. 117 Untuk pengadaan barang yang dilakukan KSPPS Baitul Izza Sejahtera sudah sesuai dengan teori yang ada. Dalam jual beli, penjual harus menjadi pemilik barang yang akan dijual, subjek dari barang juga 115 Dalam fatwa tersebut dijelaskan terkait ketentuan umum murabahah dalam bank syariah pada poin 6, yaitu: Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 116 Dayat Irawan, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Murabahah di PT. Al Ijarah Indonesia Finance Cabang Semarang dalam http://eprints.walisongo.ac.id/4838/ 1/082311004.pdf, diakses 7 Juni 2017 117 Wawancara dengan Arianto Lubis selaku Analis Officer, Tanggal 13 Mei 2017 di Kantor KSPPS Baitul Izza Sejahtera

89 harus ada pada saat penjualan, dan subjek penjualan harus berada dalam penguasaan fisik atau konstruktif penjual pada waktu penjualan. 118 Hal ini sesuai dengan penelitian Fatmawaty dalam skripsinya bahwa pengadaan barang di BMT Al-Amin adalah dengan cara pihak BMT yang membelikan barang untuk nasabah. Namun, biasanya juga nasabah ikut berbelanja bersama pihak BMT. Pihak BMT Al-Amin berusaha sebisa mungkin untuk bisa membelikan secara langsung barang yang diminta nasabah. 119 3. Uang Muka Penentuan uang muka, KSPPS Baitul Izza Sejahtera menentukan uang muka sebesar 30% dari harga jual namun ini masih bisa ditawar oleh anggota. Akan tetapi tidak semua pembiayaan yang diajukan mengenakan uang muka, melainkan uang muka hanya diperuntukan khusus pembiayaan kendaraan ataupun pembiayaan rumah atau tanah. 120 LKS boleh memberlakukan uang muka, hal ini telah dijelaskan juga pada fatwa DSN Nomor 13/DNS-MUI/IX/2000 tentang uang muka 118 Penguasaan konstruktif berarti pembeli belum menerima penyerahan fisik atas barangnya, tapi risiko kepemilikan atas barang tersebut telah dialihkan kepadanya: barang tersebut berada di bawah kendalinya dan semua hak serta kewajiban atas barang tersebut telah berada padanya. Misalnya, A membeli mobil dari B, B belum menyerahkan mobil tersebut secara fisik ke A, tapi telah menempatkannya di garasi yang berada di bawah kendali A, yang memiliki akses bebas atasnya risiko mobil tersebut secara praktis telah diserahkan ke A, mobil tersebut dengan demikian berada dalam "penguasaan konstruktir A dan ia dapat menjual mobil tersebut ke pihak ketiga mana pun. (Dikutip dari buku karangan Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, halaman 355) 119 Sri Fatmawaty Tahir, Analisis Risiko Pembiayaan Murabahah Pada Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Di Makassar dalam http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/12345 6789/12206/SKRIPSI%20-%20Sri%20Fatmawaty%20Tahir%20%28A31110262%29.pdf?seque nce=1, diakses 2 Mei 2017 120 Wawancara dengan Arianto Lubis selaku Analis Officer, Tanggal 13 Mei 2017 di Kantor KSPPS Baitul Izza Sejahtera

90 dalam murabahah. 121 Dalam penelitian yang dilakukan Fatmawaty di BMT Al-Amin juga menerapkan uang muka, tapi uang muka biasanya dipakai kalau misalnya barang yang ingin dibeli itu nilainya besar kemudian BMT memberikan batasan. 122 4. Jaminan Sesuai dengan prosedur pembiayaan murabahah KSPPS Baitul Izza Sejahtera juga menggunakan jaminan untuk setiap pembiayaan. Untuk menjamin keamanan pembiayaan koperasi mensyaratkan anggota untuk memberikan jaminan mulai dari pembiayaan yang berjumlah besar maupaun pembiayaan berjumlah kecil. Jaminan yang sering diterima oleh koperasi berupa BPKB sepeda motor maupun sertifikat tanah. 123 Dalam hal jaminan juga sudah dijelaskan pada fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah. Bahwa jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. 124 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati jaminan yang diberlakukan di BMT Al-Amin adalah sesuai dengan jumlah pembiayaan yang diambil. Adapun jaminan yang diminta adalah BPKB kendaraan bermotor dan sertifikat tanah. Sedangkan untuk pembiayaan dibawah 1 juta rupiah tidak disyaratkan untuk memberikan jaminan. 125 121 Dalam fatwa ini dijelaskan pada poin 1, yaitu Dalam akad pembiayaan murabahah, Lembaga Keuangan Syari'ah (LKS) dibolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak bersepakat. 122 Sri Fatmawaty Tahir, Analisis Risiko Pembiayaan Murabahah,...diakses 2 Mei 2017 123 Wawancara dengan Arianto Lubis selaku Analis Officer, Tanggal 13 Mei 2017 di Kantor KSPPS Baitul Izza Sejahtera 124 Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 125 Sri Fatmawaty Tahir, Analisis Risiko Pembiayaan Murabahah,...diakses 2 Mei 2017

91 5. Jangka Waktu Pembiayaan KSPPS Baitul Izza Sejahtera dalam penetapan jangka waktu berdasarkan kemampuan anggota dalam pembayaran, namun pihak koperasi juga memberikan batasan maksimal 2 tahun. Hal ini dikarenakan jumlah pembiayaan yang relatif kecil dan jika semakin lama jangka waktu pembiayaan murabahah yang diberikan koperasi akan meningkatkan risiko macet dalam pelunasan angsuran oleh anggota. 126 Dalam fatwa DSN Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 dijelaskan terkait penetapan jangka waktu atau tempo pembiayaan harus sesuai dengan kesepakatan bersama. 127 Begitu pula dalam penelitian Fatmawaty dijelaskan bahwa Penentuan jangka waktu pembiayaan murabahah di ketiga BMT yang menjadi objek penelitian adalah sama yakni berdasarkan kesepakatan dengan pihak BMT dan kemampuan nasabah dalam melunasi angsuran. 128 B. Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Untuk menangani pembiayaan bermasalah KSPPS Baitul Izza Sejahtera menerapkan 3 cara sebagai berikut: 1. Denda KSPPS Baitul Izza Sejahtera akan memberikan sanksi kepada anggotanya apabila mereka sengaja untuk tidak membayar angsuran 126 Wawancara dengan Arianto Lubis selaku Analis Officer, Tanggal 13 Mei 2017 di Kantor KSPPS Baitul Izza Sejahtera 127 Dalam fatwa ini dijelaskan pada poin 7 pada ketentuan umum murabahah dalam bank syariah bahwa nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. (Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000) 128 Sri Fatmawaty Tahir, Analisis Risiko Pembiayaan Murabahah,...diakses 2 Mei 2017

92 sedangkan mereka mampu. Denda disini sebagai kafaroh, agar anggota lebih disiplin dalam membayar angsurannya. Penggunaan dana kafaroh ini tidak dimasukkan kedalam keuntungan koperasi namun dana kafaroh akan diserahkan ke sabilillah. Menurut peraturan hukum syariah kasus kegagalan pembayaran yang disengaja tidaklah berbeda dengan perampasan kekuasaan yang diharuskan mengembalikan semua keuntungan, bersamaan dengan harta bendanya, yang dilakukan atas harta benda yang dirampas secara paksa. Oleh sebab itu, para cendekiawan syariah memperbolehkan pengenaan sanksi dalam kasus kegagalan nasabah. Menurut pandangan beberapa ahli hukum maliki, peminjam yang menunda pembayaran seharusnya diwajibkan membayar yang ditujukan untuk aktifitas kedermawanan. 129 Dijelaskan juga dalam fatwa DSN No. 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran. 130 Dalam hal ini KSPPS Baitul Izza Sejahtera sudah menjalankan seperti ketentuan ketentuan yang telah diberlakukan seperti diatas. Memang pada dasarnya semua lembaga keuangan akan menjumpai nasabah yang curang dalam pembayaran. Untuk mengantisipasi hal 129 Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance,... hal. 258-259 130 Dalam fatwa ini dijelaskan: (1) Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan disengaja. (2) Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi. (3) Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi. (4) Sanksi didasarkan pada prinsip ta'zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. (5) Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani. (6) Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial.

93 tersebut lembaga keuangan harus memberlakukan denda, sebagai salah satu bentuk usaha untuk meningkatkan kedisiplinan anggota. Selain itu juga sama dengan strategi yang dilakukan oleh BMT Al-Amin dalam skripsi Sri Fatmawati Tahir, yaitu pihak BMT sangat meminimalisir pengambilan denda dalam pembiayan yang bermasalah. Nasabah yang dikenakan denda adalah nasabah yang teridentifikasi kredit macet dan setelah pihak BMT melakukan survey nasabah yang bersangkutan memiliki kemampuan membayar namun tidak mau membayar. Denda berupa dana yang dikenakan kepada nasabah yang mempunyai karakter kurang baik dalam pelunasan. Denda ini tidak dimasukkan dalam pendapatan BMT melainkan dimasukkan dalam dana sosial. Besarnya denda ditentukan berdasarkan kesepakatan. 131 2. Revitalisasi Upaya dalam revitalisasi meliputi rescheduling dan reconditioning yang telah dipraktekkan KSPPS Baitul Izza Sejahtera juga telah memenuhi ketentuan secara umum. Koperasi juga memberikan keringanan kepada anggotanya, apabila pembiayaan masih dapat diharapkan akan berjalan baik kembali, maka koperasi akan memberikan keringanan dengan menunda jadwal angsuran. 132 Terkait hal ini juga sudah dijelaskan pada surat Al-Baqorah ayat 280 sebagai berikut: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan 131 Sri Fatmawaty Tahir, Analisis Risiko Pembiayaan Murabahah...diakses 2 Mei 2017 132 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,... hal. 260

94 (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 133 Hal ini sesuai dengan penelitian penyelesaian pembiayaan bermasalah di BPRS Metro Madani Kota Metro dalam jurnal Suhairi dan Fatmawati dengan cara musyawarah dan mufakat memberikan alternatif penyelesaian berupa rescheduling kepada nasabah dengan harapan nasabah lancar dalam membayar kewajibannya. Dengan demikian, alternatif penyelesaian berupa rescheduling merupakan cara yang efektif sebab nasabah mendapat keringan waktu untuk membayar utang tapi semua keputusan tersebut melalui jalur musyawarah terlebih dahulu antara kedua belah pihak sehingga tidak ada kedzaliman dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaian perjanjian pembiayaan tersebut. 134 LKS boleh melakukan melakukan penjadwalan kembali tagihan murabahah bagi anggota yang tidak bisa menyelesaikan atau melunasi pembayaran sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati bersama. 3. Eksekusi Jaminan Langkah terakhir untuk mengatasi pembiayaan bermasalah kategori macet adalah mengeksekusi/menjual jaminan. Dalam proses eksekusi KSPPS Baitul Izza Sejahtera seperti yang tertera dalam kontrak 133 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur an dan Terjemahan,...hal. 47 134 Suhairi dan Fatmawati Maryan Ali, Efektifitas Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS Metro Madani Kota Metro, (Metro: Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 2, 2014)

95 akad pasal 6. 135 Dalam pasal 6 tersebut dijelaskan bahwa maka dengan tanpa sesuatu yang dikecualikan jadi KSPPS Baitul Izza Sejahtera tidak serta merta mengeksekusi jaminan anggota yang mengalami pembiayaan bermasalah. Jika pembiayaan masih dapat diselamatkan maka pihak koperasi akan menerapkan langkah recheduling dan reconditioning terlebih dahulu. Baru setelah langkah tersebut tidak dapat ditempuh oleh anggota, maka satu-satunya cara adalah dengan eksekusi jaminan. Kalaupun dengan terpaksa harus melakukan penyitaan, maka penyitaan dilakukan kepada anggota memang nakal dan tidak mengembalikan pembiayaan. Namun tetap dilakukan dengan cara-cara sebagaimana yang diajarkan oleh agama islam, seperti: 1) Simpati: sopan, menghargai, dan fokus ketujuan penyitaan. 2) Empati: menyelami keadaan nasabah, bicara seakan untuk kepentingan nasabah, membangkitkan kesaadaran nasabah untuk mengembalikan utangnya. 3) Menekan: tindakan ini dilakukan jika kedua tindakan sebelumnya tidak diperhatikan. 136 Langkah-langkah dalam pasal 6 tersebut sudah memenuhi ketentuan seperti halnya dalam fatwa DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang penyelesaian piutang bagi nasabah tidak mampu membayar. 137 135 Apabila PIHAK II selama Dua periode angsuran tidak memenuhi kewajiban angsurannya, maka dengan tanpa sesuatu yang dikecualikan, PIHAK I akan menarik barang jaminan dan atau untuk menjualnya kepada pihak manapun.(dokumen KSPPS Baitul Izza Sejahtera) 136 Muhammad, Manajemen Perbankan Syariah,... hal 316

96 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Majid mekanisme eksekusi jaminan ini ditempuh jika nasabah sudah benar-benar sudah tidak mampu lagi untuk membayarkan kewajiban angsurannya. Biasanya barang jaminan telah diikat secara formal melalui bantuan notaris dalam membuat aktanya. Proses penyitaan ini biasanya melalui persetujuan pihak nasabah, kemudian dari hasil penjualan barang jaminan tersebut digunakan untuk pelunasan angsuran pembiayaan. 138 C. Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Praktek Pembiayaan Murabahah dan Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada KSPPS Baitul Izza Sejahtera 1. Klaim Menurut Pihak KSPPS Baitul Izza Sejahtera tentang Praktek Pembiayaan Murabahah Murabahah adalah penjual dengan jelas menyebutkan spesifikasi dan harga perolehan barang yang diminta oleh pembeli, yang kemudian pembeli menentukan keutungannya dan pembeli akan membayar secara dicicil. Dalam praktek pembiayaan murabahah di KSPPS Baitul Izza Sejahtera ada tiga pihak yang terlibat, yaitu koperasi, anggota dan suplier. Agar jual beli yang terjadi secara sah barang yang dibutuhkan 137 Dalam fatwa ini dijelaskan bahwa: (1) Obyek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada atau melalui LKS dengan harga pasar yang disepakati. (2) Nasabah melunasi sisa utangnya kepada LKS dari hasil penjualan. (3) Apabila hasil penjualan melebihi sisa utang maka LKS mengembalikan sisanya kepada nasabah. (4) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa utang tetap menjadi utang nasabah. (5) Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa utangnya, maka LKS dapat membebaskannya. 138 Abdul Majid, Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BMT El Amanah Kendal dalam http://eprints.walisongo.ac.id/4380/1/112503064.pdf, diakses 2 Mei 2017

97 anggota harus menjadi milik pihak koperasi terlebih dahulu. Pihak koperasi akan membelikan barang sesuai spesifikasi yang dibutuhkan anggota, Selain itu barang, keuntungan, jangka waktu itu secara jelas. Barang yang dijadikan objek pembiayaan adalah barang halal, keuntungan maupun jangka waktu, kita juga berdasarkan kesepakatan dengan anggota yang mengajukan pembiayaan. Ketika barang sudah menjadi milik anggota, anggota juga bebas menggunakannya atau menjualnya kemanapun karena jika ada syarat dalam akad itu tidak sah. Dalam buku karangan Muhammad Ayub dijelaskan bentukbentuk bai yang disetujui mencerminkan prinsip-prinsip utama kesepakatan bersama dari semua pihak dan keadilan. Kesepakatan bersama dapat muncul jika ada kemauan dan kejujuran. Keadilan mencangkup perintah seperti pemenuhan janji dan kontrak, timbangan dan ukuran yang tepat, penentuan harga yang tepat dan jujur, serta ketulusan. 139 Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Dayat dalam skripsinya, syarat murabahah penjual memberitahu secara transparan mengenai harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 140 139 Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance,... hal. 212 140 Dayat Irawan, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Murabahah,... diakses 7 Juni 2017

98 2. Klaim Menurut Pihak KSPPS Baitul Izza Sejahtera tentang Penanganan Pembiayaan Bermasalah Dalam penanganan pembiayaan bermasalah KSPPS Baitul Izza Sejahtera menggunakan denda untuk anggota yang telat bayar karena sengaja, padahal sesungguhnya anggota mampu tapi tidak mau membayar angsuran. Pemberian denda dilakukan agar anggota lebih disiplin lagi dalam membayar angsuran. 141 Dijelaskan dalam fatwa DSN No. 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran. 142 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fatmawaty ditemukan juga bahwa nasabah yang dikenakan denda adalah nasabah yang teridentifikasi kredit macet dan setelah pihak BMT melakukan survey nasabah yang bersangkutan memiliki kemampuan membayar namun tidak mau membayar. 143 Keterlambatan dalam pembayaran merupakan salah satu risiko yang sering muncul dalam pembiayaan. Melalui transaksi yang dilakukan oleh anggota, koperasi menentukan dalam akad bahwa anggota harus membayar sejumlah dana sebagai amal kebajikan apabila terjadi kelalaian. Namun pendapatan dari pemberlakuan denda tersebut hanya digunakan untuk tujuan kedermawanan saja. 141 Wawancara dengan Arianto Lubis selaku Analis Officer, Tanggal 13 Mei 2017 di Kantor KSPPS Baitul Izza Sejahtera 142 Dalam fatwa ini dijelaskan: (4) Sanksi didasarkan pada prinsip ta'zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. (5) Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani. (6) Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial. 143 Sri Fatmawaty Tahir, Analisis Risiko Pembiayaan Murabahah...diakses 2 Mei 2017

99 Untuk mengatasi pembiayaan bermasalah yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti banjir, tanah longsor, penyakit musiman dan lain-lainm, KSPPS Baitul Izza Sejahtera menerapkan revitalisasi, berupa rescheduling dan reconditioning. Dicontohkan peternak ayam yang kehabisan modal pokok karena terserang penyakit aratan, dalam kasus seperti ini menyebabkan ayam peliharaan mati dalam tempo singkat. Untuk mengatasi hal semacam ini langkah awal yang dilakukan pihak koperasi adalah memastikan dulu kebenaran yang terjadi dilapangan atau menyurveinya. Selanjutnya menilai besaran kerusakan yang ditimbukan, dan hasil dari penilaian ini akan dimusyawarahkan bersama pengelola dan pengurus koperasi. Apabila kondisi di lapangan memungkinkan untuk dilakukan rescheduling maka akan dilakukan penjadwalan kembali dengan memperpanjang jangka waktu, yang membuat jumlah angsuran anggota menjadi turun. 144 Akan tetapi setelah pemberian keringanan berupa rescheduling dalam tempo tertentu anggota kembali mengalami kesulitan dalam pembayaran, maka pihak koperasi akan melakukan survei dan menilai kondisi di lokasi lagi untuk menganalisis kemampuan anggota untuk membayar angsuran. Kemudian jika masih memungkinkan anggota akan diberikan keringanan berupa reconditioning yaitu penurunan besaran 144 Wawancara dengan Arianto Lubis selaku Analis Officer, Tanggal 13 Mei 2017 di Kantor KSPPS Baitul Izza Sejahtera

100 margin. Misalkan margin yang semula 2% akan diturunkan menjadi 1,8%. 145 Revitalisasi ini merupakan penyelamatan pembiayaan macet. Koperasi tidak serta merta menjual barang jaminan jikalau anggota mengalami kesulitan dalam pembayaran angsuran. Melainkan koperasi akan membuat kesepakatan-kesepakatan dengan anggota untuk menyelesaikan permasalahan. Penjualan barang jaminan merupakan langkah akhir yang dilakukan KSPPS Baitul Izza Sejahtera dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah. Jika setelah pemberian keringanan gagal dijalankan anggota. Dalam buku karangan Muhammad dijelaskan ada beberapa cara yang harus dilakukan untuk menangani pembiayaan bermasalah, yaitu: menganalisa sebab kemacetan, menggali potensi peminjam, melakukan perbaikan akad, rescheduling, dan memperkecil margin keuntungan. 146 Menurut penelitian yang dilakukan Majid hasil penelitian menunjukkan bahwa penanganan yang dilakukan di BMT El Amanah menggunakakan strategi Reshceduling, Reconditioning, dan Eksekusi. 147 Begitu pula dalam penelitian yang dilakukan Aqim dijelaskan juga bahwa ketika waktu pelunasan hutang tiba, sedangkan pihak muqtaridh belum mampu melunasi hutang, sangat dianjurkan oleh agama islam agar pihak muqridh Mei 2017 145 Ibid. 146 Muhammad, Manajemen Perbankan Syariah,... hal 311-312 147 Abdul Majid, Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah,... diakses 2

101 berkenan memberi kesempatan dengan memperpanjang waktu pelunasan, sekalipun demikian ia berhak menuntut pelunasannya. 148 148 Muhamad Aqim Adlan, Penyelesaian Kredit Macet Perbankan...hal. 165