MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

dokumen-dokumen yang mirip
Meningkatkan Kemampuan Siswa Mengelompokan Hewan Berdasarkan Makanannya Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD Negeri 2 Wombo

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievment Division

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

PENERAPAN METODE JIGSAW LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN SISWA KELAS V SD NEGERI TEBING TINGGI

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Hasil Belajar, Pembelajaran PKn.

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 8 ISSN X. Budianti, Vanny Maria, dan Ratman

Andriani, Mestawaty, AS.A. dan Ritman Ishak Paudi. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Gaya Dengan Menggunakan Metode Eksperimen PadaPelajaran IPA Kelas IV SDN No.

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA2 SDN 12 Palu pada Mata Pelajaran Matematika

Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS di SDK Despot Petunasugi Kecamatan Bolano Lambunu

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIIIA SMP NEGRI 1 LABUAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

Meningkatkan Hasil Blajar Mata Pelajaran IPS Melalui Metode Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas III SDN 1 Laemanta

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai

Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Pada Mata Pelajaran PKn di SDN 05 Lakea Kabupaten Buol

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Endang Susilowati SMP N 3 Semarang. Abstrak

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 3 ISSN X. Ni Ketut Mirniati

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Penggunaan Metode Demontrasi Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Puisi Murid Kelas II SD Taba

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SDN 2 Donggulu Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Pemberian Tugas Individu Di Kelas IV

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS V SDN NO. 1 OTI MENULIS SURAT DINAS MELALUI PENERAPAN METODE LATIHAN TERBIMBING

Bab III Metode Penelitian

Penerapan Metode Penugasan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda dalam Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 21 Ampana

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Diskusi di SDN Siney

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Dengan Menggunakan Metode Pemberian Tugas Kelas IV SDN Tolole

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS IV SDN 1 BALE DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran PKn Di SDK Lengaruh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP POSITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIII A SMPN 2 MARAWOLA ABSTRAK

Tugiyana 2 SDN 1 Kalitinggar Kecamatan Padamara Kabupaten Purbalingga

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN KELAS V MELALUI METODE DISKUSI DI SDN NO 1 LOLI DONDO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: AENUN NIM.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GLOBALISASI DI KELAS IV SDN NO.

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 1 Binangga Kecamatan Marawola Palu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

Arun Haryanto, Siti Nuryanti, dan Minarni R.J. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB III METODE PENELITIAN. 10 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Kaliawi Bandar Lampung.

Penerapan Model Pembelajaran Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Di Kelas V SDN 3 Tompoh

Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ips Dengan Menggunakan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SD Inpres Laemanta

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Taopa Kabupaten Parigi Moutong

BAB III METODE PENELITIAN. di dalamnya, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat reflektif

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGISI FORMULIR MELALUI METODE LATIHAN TERBIMBING SISWA KELAS VI SDN NO.1 OTI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Gunungterang,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini yaitu siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 10

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN No. 1 Enu Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok

Upaya Guru Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran PKn Dengan Menggunakan Peta Konsep Di Kelas IV SDN 1 Bale

BAB III METODE PENELITIAN. dengan jumlah siswa 20 anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11. Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas V SD Inpres Salabenda Kecamatan Bunta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

Trisnawati Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun Pelajaran 2013/2014. Tabel rencana pelaksanaan penelitian

Transkripsi:

1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA Oleh Bustaman Asis Abstrak Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Gimpubia pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Terdiri beberapa aspek perlakuan dan pengamatan utama yaitu peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan McTaggart yang terdiri atas dua siklus dan setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Gimpubia dengan melibatkan 16 orang siswa terdiri atas 6 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tindakan siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 50% dan daya serap klasikal 65,25%. Pada tindakan siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 93,75% dan daya serap klasikal 71,75%. Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan dengan nilai daya serap klasikal minimal 70% dan ketuntasan belajar klasikal minimal 80%. Berdasarkan nilai rata-rata daya serap klasikal dan ketuntasan belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, hasil penelitian bahwa perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran IPS di SDN 1 Gimpubia. Kata kata Kunci : Hasil belajar; IPS; Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pendahuluan Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), pendidikan nasional berakar dari kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada khususnya, guru senantiasa dituntut untuk mampu mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan profesi dan kompetensi yang dimilikinya. Guru IPS dituntut mampu dan terampil dalam menciptakan suasana belajar yang mendukung dan menciptakan pembelajaran siswa aktif untuk mendorong keberhasilan belajar siswa. Pembelajaran siswa yang aktif serta menciptakan suasana belajar yang sehat dan menyenangkan, perlu membutuhkan profesionalisme seorang guru. Guru harus mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam merancang suatu pembelajaran dan cara mengajarkannya kepada siswa. Pembelajaran siswa aktif dalam hal ini adalah pembelajaran yang dapat

2 mewujudkan keaktifan peserta didik dalam suatu pembelajaran. Untuk mewujudkan hal tersebut, guru harus dapat memberikan motivasi kepada siswa, membangkitkan minat belajar siswa dan guru harus dapat merangkul semua siswa dalam pembelajaran yang menyenangkan sehingga terciptanya proses pembelajaran yang baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Pembelajaran sebagai perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan belajar. Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid. Pengajaran bisa dikatakan berjalan dan berhasil dengan baik bila guru mampu menumbuh kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pembelajaran dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan pribadi. Pembelajaran akan lebih bermakna jika guru memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi murid-muridnya. Apabila murid-murid berbeda secara individual dalam cara belajar perbedaan individual ini harus dipertimbangkan dalam strategi mengajar agar setiap anak dapat sepenuhnya menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Perbedaan kemampuan siswa dalam belajar memang tidak dapat dipungkiri, tentunya dalam hal ini seorang guru harus mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya agar siswa yang menjadi murid belajarnya dapat belajar dengan baik dan memiliki pemahaman. Jika tidak maka sebagian siswa yang memiliki kemampuan rendah tidak akan berhasil dalam pembelajaran. Menurut pengalaman penulis, pembelajaran yang dilaksanakan di SDN 1 Gimpubia khususnya di kelas IV, guru cenderung menggunakan metode konvensional (berpusat pada guru) pada setiap pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut menyebabkan kurangnya keaktifan siswa untuk belajar dan bermuara pada hasil belajar yang rendah. Terlihat bahwa kemampuan siswa sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Ini terlihat dari anak yang mempunyai kemampuan rendah kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar pada awal proses pembelajaran, siswa yang kemampuannya kurang terlihat belum siap belajar. Hal ini ditandai siswa tersebut tidak membawa buku paket, tidak mengumpulkan Pekerjaan Rumah (PR) dan tidak menjawab pertanyaan tes awal dengan benar. Menurut siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya tugas-tugas yang diberikan oleh guru terlalu sulit. Karena siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan maka ia merasa enggan untuk belajar dan tidak termotivasi untuk belajar.

3 Oleh karena itu, penulis bertujuan untuk menerapkan salah satu metode pembelajaran yaitu model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Model pembelajaran Kooperatif Jigsaw bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa aktif mengeluarkan pendapat dan berpikir kritis. Penggunaan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dalam pembelajaran juga akan memotivasi siswa sehingga mereka tidak bosan dan siswa yang kurang mampu dapat bertanya kepada teman-temannya. Selain itu, langkah-langkah dalam model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw tidak terlalu membebani siswa seperti halnya metode diskusi yang memerlukan siswa yang bisa menjadi moderator atau menyampaikan gagasan yang harus didengar oleh seluruh siswa, jadi sangat cocok diterapkan di sekolah yang berada daerah pedalaman. Aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah, dimana dilakukan antara guru dengan murid merupakan sebuah usaha untuk penerjemahan ilmu pengetahuan kepada siswa ajar, sehingga siswa ajar mampu menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan. Beragam metode dan usaha penyampaian materi pada proses pembelajaran tersebut merupakan cara untuk mentransformasi dari guru kepada murid, dengan tujuan mendapatkan metode yang tepat, sehingga murid dapat menyimak materi dengan baik dan maksimal. Dengan kata lain, melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, siswa akan merasa materi yang diberikannya lebih jelas bila dibandingkan hanya dengan membaca buku atau mendengarkan penjelasan guru, suatu hal yang keliru apabila seorang guru mengajar hanya dengan cara mentransfer ilmu pengetahuan dari buku teks, tanpa memperhatikan penggunaan sumber belajar. Penggunaan model pembelajaran kooperatif yaitu siswa dibagi ke dalam kelompokkelompok belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang yang beragam kemampuan dan jenis kelaminnya, kemudian guru memberikan pelajaran dan memastikan bahwa semua siswa-siswa dalam kelompok tersebut memahami pelajaran yang diberikan guru setelah itu siswa diberikan kuis perseorangan tentang materi yang dipelajari dan tidak diperbolehkan membantu satu sama lain, dengan demikian ada pembiasaan kemandirian kepada siswa untuk percaya diri dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, setelah kuis siswa diberikan nilai individu dan penghargaan kelompok. Tentunya hal ini akan mengaktifkan siswa selam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Keunggulan model pembelajaran kooperatif dibanding dengan yang lain yaitu karakteristik kelompok yang heterogen menjadikan siswa termotivasi untuk belajar sebab tidak ada siswa yang merasa didiskriminasikan, semua siswa bertanggungjawab serta adanya tutor sebaya antara teman sekelompok.

4 Menurut Arends (Sumiati, 2008:67) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah Suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Selanjutnya dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain. Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan anggota selesai, para anggota kelompok kemudian kembali kepada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Seandainya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Pendidikan IPS ini sangat penting dalam menunjang proses perkembangan siswa secara utuh, karena melibatkan segenap aspek psikologis anak yang meliputi kognitif, efektif, dan psikomotor oleh karena itu, pembelajaran IPS menuntut seorang guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal penggunaan model-model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar IPS pada SDN 1 Gimpubia. Kemudian yang terjadi pada siswa kelas IV SDN 1 Gimpubia, masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPS yang terlihat pada hasil belajar yang diperoleh siswa secara klasikal yaitu rata-rata 54, perolehan tersebut belum mencapai KKM yang ditetapkan disekolah yaitu 65, sedangkan untuk ketuntasan belajar siswa secara klasikal dari 16 orang siswa hanya 8 orang siswa yang tuntas atau 50%. Kemungkinan hal itu bisa terjadi karena guru dalam mengajar kurang menggunakan berbagai media, metode yang bervariasi, strategi atau alat ukur yang digunakan kurang sesuai pula. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 1 Gimpubia. Hal itulah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul,

5 Meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas IV SDN 1 Gimpubia. Metode Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Gimpubia, pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 16 orang. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berlangsung dua siklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi spiral yang dicantumkan Kemmis dan McTaggart (Dahlia, 2012:29). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah dalam rencana tindakan adalah: (a) penelitian ini diawali dengan melakukan observasi kelas IV dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPS dari awal hingga akhir pembelajaran. Dari hasil observasi yang dilakukan diketahui bahwa dalam proses pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga kondisi sistem belajar masih belum produktif secara maksimal yang akhirnya bermuara pada hasil belajar siswa yang rendah. (b) Peneliti bersama guru kelas IV berdiskusi mengenai tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa. Hasil dari diskusi antara peneliti bersama guru kelas IV adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dipilih karena model pembelajaran tersebut dipandang sangat cocok digunakan di sekolah dasar khususnya sekolah yang berada di daerah pedalaman. Tindakan ini berlangsung selama dua siklus. (c) Menyusun RPP. (d) Menyusun lembar observasi guru dan siswa. (e) Menyusun tes hasil belajar, tes hasil belajar disusun dalam bentuk essay. Langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan adalah: (a) Membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar menjadi empat kelompok asal. (b) Meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok masing-masing dan memilih satu topik yang telah disediakan dan disetujui oleh anggota kelompok. (c) Guru menyuruh siswa membaca buku untuk memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi. (d) Guru membuka diskusi kelompok ahli dimana siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut. (e) Selanjutnya guru membimbing siswa melakukan diskusi kelompok dimana ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya. (f) Setelah siswa selesai melakukan diskusi, guru memberikan tugas mengerjakan tes yang telah disiapkan. (g) Pada akhir pembelajaran guru memberikan penjelasan singkat terhadap materi yang belum dipahami oleh siswa sekaligus memberi kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan.

6 Selama pelaksanaan tindakan, dilaksanakan observasi terhadap guru dan siswa yang dilakukan oleh observer atau teman sejawat. Selanjutnya semua hasil observasi dievaluasi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan selama pelaksanaan tindakan. Hasil observasi siklus pertama dievaluasi dan direfleksikan yang kemudian digunakan sebagai bahan perbaikan pada siklus kedua. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi dan tes. Teknik observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang telah dilakukan. Teknik tes dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Data tentang hasil belajar siswa dianalisis dengan menghitung daya serap individu, nilai rata-rata, daya serap klasikal, dan persentase ketuntasan belajar, selanjutnya dikategorikan menggunakan kriteria yang ditetapkan. Hasil Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Gimpubia yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 16 orang. Sebelum melakukan penelitian tindakan siklus I, peneliti terlebih dahulu melakukan tes awal terhadap materi yang akan diajarkan. Tes awal dilakukan untuk menganalisis kemampuan awal siswa terhadap materi IPS yang akan diajarkan yakni kegiatan ekonomi. Dari tes awal tersebut diperoleh daya serap klasikal 63,5%, ketuntasan belajar klasikal 37,5% atau 6 orang siswa yang tuntas, dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 63,5, skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80 dan skor terendah yang diperoleh siswa adalah 36. Berdasarkan hasil pada tes awal, peneliti membentuk kelompok kooperatif yang heterogen. Dalam pembentukan kelompok siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan yang tinggi, sedang, dan rendah. Pada tahap selanjutnya peneliti melakukan tindakan pembelajaran dengan skenario pembelajaran yang akan diterapkan pada siswa kelas IV SDN 1 Gimpubia dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hasil belajar pada siklus I daya serap klasikal yang diperoleh adalah 65,25% dan ketuntasan belajar klasikal diperoleh 50%, serta nilai rata-rata perolehan siswa yakni 65,25. Pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai 65 keatas atau yang dinyatakan tuntas sebanyak 8 orang (50%), sedangkan siswa yang mendapatkan nilai 64 ke bawah atau yang dinyatakan tidak tuntas sebanyak 8 orang siswa (50%).

7 Hasil belajar siswa pada siklus II, daya serap klasikal adalah 71,75%, ketuntasan belajar klasikal yakni 93,75% serta nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 71,75. Jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I maka terjadi peningkatan yang cukup baik yaitu daya serap klasikal pada siklus I 65,25% meningkat menjadi 71,75% pada siklus II, dan ketuntasan belajar klasikal pada siklus I yaitu 50% meningkat menjadi 93,75% pada siklus II. Selain memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa, peneliti juga menyediakan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh observer atau teman sejawat. Adapun aspek-aspek yang diamati oleh observer kegiatan guru yaitu (1) Pendahuluan yang mencakup apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi kepada siswa, (2) Kegiatan inti, yang mencakup pembagian kelompok dan langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. (3) Kegiatan penutup yang mencakup pemberian tes dan penyimpulan materi yang telah diajarkan. Dan (4) Suasana kelas dalam proses belajar mengajar. Pada lembar observasi siswa observer mengamati aktifitas-aktifitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hasil observasi guru pada siklus I diperoleh 64,28% yang masuk kategori cukup. Pada siklus II terjadi peningkatan, hasil observasi guru yang diperoleh yaitu 92,85% yang masuk kategori sangat baik. Hasil observasi siswa pada siklus I yaitu 66,07% atau masuk kategori cukup dan pada siklus II mengalami peningkatan yakni diperoleh 91,07. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas siswa sudah berada dalam kategori sangat baik. Pembahasan Pada siklus I, pembelajaran telah dilaksanakan dengan mengacu pada skenario pembelajaran dan rencana pembelajaran, namun terjadi kekurangan di dalamnya. Hal ini dapat dilihat pada lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam KBM. Guru belum mampu menjelaskan tujuan pembelajaran dengan maksimal, guru belum mampu menyediakan alat bantu pembelajaran dan sumber belajar yang diperlukan, guru belum menguasai materi dengan baik dan belum mampu menjelaskan materi yang akan diajarkan, guru kurang memotivasi siswa sehingga siswa kurang antusias dalam belajar dan guru belum mampu memanfaatkan waktu dengan baik. Adanya kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran, berdampak langsung pada aktivitas siswa, dimana siswa kurang bersungguhsungguh mengikuti pembelajaran, kurang memperhatikan informasi yang disampaikan oleh guru, kurang menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, demikian pula pada saat

8 dilaksanakannya diskusi, kemampuan siswa mengajukan dan menyanggah pertanyaan dinilai masih kurang bahkan kurang aktif dalam diskusi kelompok. Kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran pada siklus I, yang telah diuraikan di atas, mengakibatkan kurang maksimalnya hasil belajar siswa. Dari hasil tes pada siklus I, nilai tertinggi 80 dicapai hanya 2 orang siswa atau 12,5%, nilai 72 dicapai 5 orang siswa atau 31,25%, nilai 68 dicapai 1 orang siswa atau 6,25%, nilai 64 dicapai 1 orang siswa atau 6,25%, nilai 60 dicapai 4 orang siswa atau 25%, nilai 56 dicapai 2 orang siswa atau 12,5%, dan nilai 40 dicapai 1 orang siswa atau 6,25%. Dengan demikian ada 8 orang yang tuntas dan ada 8 orang yang tidak tuntas. Sebagian siswa yang tidak tuntas secara tidak langsung mempengaruhi persentase ketuntasan belajar klasikal yakni 50% dan masuk dalam kategori cukup, namun peneliti tidak hanya berhenti sampai disitu saja, meskipun pada siklus I masuk dalam kategori cukup peneliti harus tetap melakukan perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik lagi. Sehingga dilakukan refleksi tindakan yang kemudian menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan siklus II. Pada siklus II, guru lebih meningkatkan kinerjanya, memperbaiki segala kekurangan pada siklus I, seperti guru menggunakan kalimat sederhana dalam menyampaikan tujuan pembelajaran sehingga dapat dipahami oleh siswa, sebelum pembelajaran dilaksanakan guru terlebih dahulu mengkaji materi pembelajaran dan memilih media yang sesuai dengan materi yang diajarkan,. Memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan-partanyaan yang dapat membuka pemikiran siswa, sehingga pada siklus II siswa lebih siap menerima pelajaran, semakin memperhatikan informasi yang disampaikan, dan intensitas menjawab pertanyaan guru serta kemampuan siswa menjawab dan menyanggah pertanyaan pada saat diskusi meningkat, sehingga semua siswa aktif dalam diskusi. Adanya peningkatan kinerja guru dan aktivitas siswa pada siklus II berpengaruh langsung pada hasil belajar siswa, dimana skor tertinggi mencapai nilai 80 oleh 3 orang siswa, nilai 76 dicapai 2 orang siswa atau 12,5%, nilai 72 dicapai 4 orang siswa atau 25%, nilai 68 dicapai 6 orang siswa atau 37,5%, dan nilai terendah 60 dicapai 1 orang siswa atau 6,25%. Meskipun masih ada siswa yang belum tuntas tetapi secara klasikal hasil yang diperoleh telah mencapai standar ketuntasan belajar klasikal yang berada dalam kategori sangat baik yaitu 93,75%. Pada siklus II semua aspek kegiatan guru dan kegiatan aktivitas siswa dinilai baik bahkan ada yang dinilai sangat baik dengan perolehan skor total pada aktivitas siswa diperoleh persentase 91,07% yang masuk dalam kategori sangat baik. Sedangkan persentase yang diperoleh guru yaitu 92,85%. Hasil penelitian dengan menerapkan model

9 pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 1 Gimpubia. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN No. 1 Gimpubia. Hasil aktivitas guru siklus I diperoleh persentase 64,28%, pada siklus II 92,85% persentase peningkatan aktivitas guru yaitu 28,95%. Untuk aktivitas siswa siklus I diperoleh persentase 66,07% dan meningkat menjadi 91,07% pada siklus II sehingga persentase peningkatan aktivitas siswa 26,56%. Ini menunjukan bahwa pada aktivitas guru dan siswa pada siklus I masuk kategori cukup sedangkan pada siklus II aktivitas guru dan siswa berada dalam kategori sangat baik. Hasil belajar pada siklus I, diperoleh persentase ketuntasan belajar klasikal 50%, hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 93,75%. Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti mengemukakan saran-saran yakni model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak hanya dapat diterapkan pada mata pelajaran IPS saja, tetapi dapat pula diterapkan pada mata pelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa, selain itu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga dapat mengembangkan kreatifitas berpikir siswa, jadi sangat baik diterapkan oleh guru-guru yang mengajar di daerah pedalaman. Daftar Rujukan A. Buku Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Semarang: Rineka Cipta Dahlia. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Palu: Edukasi Mitra Grafika Daryanto dan Mulyo. R. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media Depdiknas. 2004. Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Jakarta. Dimyati dan Moejino. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Ibrahim. 2004. Aspek-aspek dalam Tujuan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2006. Muatan Kurikulum. Jakarta: Depdiknas Muslich. 2010. Melaksanakan PTK itu Mudah (Clasroom Action Research). Jakarta: Bumi Aksara.

10 Nurgiantoro. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Gadja Mada University Press Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: PT Raja Grafindo Sadiharjo. 2007. Cakrawala Pengetahuan Sosial. Solo: Tiga Serangkai Slameto. 2005. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sumiati. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima Suryanto. 2009. Evaluasi Pembelajaran di SD. Cetakan Kedua. Jakarta: Universitas Terbuka. Trianto. 2011. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Cetakan Kedua Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya. Tukiran. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta Winataputra. 2010. Model Pembelajaran IPS. Cetakan Kelima. Jakarta: Universitas Terbuka. B. Internet Arief Ahmad. 2005. Pembelajaran IPS di SD. (Online). Tersedia: http://re.searchengier.com/0805arief7.html. (20 Februari 2013) Budairi, Ahmad. 2012. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif. (Online).Tersedia:http://www.Budairi.com/2012/11/pendidikan-kelebihankekurangan.html. (6 April 2013)