RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim I. PEMOHON Teguh Satya Bhakti, S.H., M.H. selanjutnya disebut Pemohon. II. POKOK PERKARA Pengujian Pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum dan Pasal 24 ayat (6) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon dalam permohonan sebagaimana dimaksud menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji adalah : 1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang dibawahnya dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi 2. Pasal 24C ayat (1) UUD Tahun 1945 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenanganya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. IV. KEDUDUKAN PEMOHON ( LEGAL STANDING) Pemohon adalah perorangan warga negara dan berprofesi sebagai Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara, yang merasa dirugikan hak-hak konstitusionalnya atas berlakunya ketentuan Pasal 25 ayat (6) Undang- Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum dan Pasal 24 ayat (6) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DIUJI A. NORMA MATERIIL Norma yang diujikan, adalah : 1. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara - Pasal 25 ayat (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji pokok, tunjangan, dan hak-hak lainnya beserta jaminan keamanan bagi ketua, wakil ketua, dan hakim pengadilan diatur dengan peraturan perundangundangan. 2. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum - Pasal 25 ayat (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji pokok, tunjangan, dan hak-hak lainnya beserta jaminan keamanan bagi ketua, wakil ketua, dan hakim pengadilan diatur dengan peraturan perundang-undangan. 3. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama - Pasal 24 ayat (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji pokok, tunjangan, dan hak-hak lainnya beserta jaminan keamanan bagi ketua, wakil ketua, dan hakim pengadilan diatur dengan peraturan perundangundangan.
B. NORMA UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Norma yang dijadikan sebagai penguji, yaitu : Pemohon tidak menyebutkan secara khusus pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjadi norma penguji dalam permohonan ini. VI. Alasan-alasan Pemohon Dengan diterapkan UU a quo Bertentangan Dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, karena : 1. Bahwa Pemohon adalah seorang Hakim di Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang, dan atas pekerjaannya tersebut Pemohon menyatakan bahwa Pemohon berhak atas gaji pokok, tunjangan, dan hak-hak lainnya beserta jaminan keamanan. 2. Bahwa menurut Pemohon Pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum dan Pasal 24 ayat (6) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama terutama pada frasa diatur dengan peraturan perundang-undangan merupakan norma hukum yang tidak jelas, bias dan menimbulkan multitafsir. Ketentuan dalam pasal-pasal dalam undang-undang a quo tidak menyebutkan secara jelas bentuk peraturan yang tepat untuk mengatur lebih lanjut perintah dari undangundang a quo. 3. Bahwa pengaturan gaji Pemohon saat ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2000 tentang Peraturan Gaji Hakim Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Agama. Dan Pengaturan mengenai tunjangan diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2001 tentang Tunjangan Hakim pada lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Agama. 4. Bahwa ketentuan Pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum dan Pasal 24 ayat (6) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama terutama pada frasa diatur dengan peraturan perundang-undangan harus dimaknai diatur dengan Peraturan Pemerintah. 5. Bahwa terhadap hak-hak Pemohon atas gaji dan tunjangan seharusnya semua diatur dalam Peraturan Pemerintah,tidak ada lagi pengaturan gaji dan tunjangan dalam bentuk Keputusan Presiden. VII. PETITUM 1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. 2. Menyatakan: - Pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 160 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5079, sepanjang frasa diatur dengan peraturan perundangundangan adalah inkonstitusional kecuali frasa diatur dengan peraturan perundang-undangan dalam pasal a quo diartikan diatur dengan peraturan pemerintah ; - Pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 158 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5077, sepanjang frasa diatur dengan peraturan perundang-undangan adalah inkonstitusional kecuali frasa diatur dengan peraturan perundang-undangan dalam pasal a quo diartikan diatur dengan peraturan pemerintah ;
3. Menyatakan: - Pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 160 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5079, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya sepanjang frasa diatur dengan peraturan perundang-undangan. Sehingga bunyi Pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 menjadi Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji pokok, tunjangan dan hak-hak lainnya beserta jaminan keamanan bagi ketua, wakil ketua, dan hakim pengadilan diatur dengan peraturan pemerintah. - Pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 158 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5077, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya sepanjang frasa diatur dengan peraturan perundangundangan. Sehingga bunyi Pasal 25 ayat (6) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 menjadi Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji pokok, tunjangan dan hak-hak lainnya beserta jaminan keamanan bagi Ketua, Wakil Ketua, dan hakim pengadilan diatur dengan peraturan pemerintah. - Pasal 24 ayat (6) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 159 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5078, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya sepanjang frasa diatur dengan peraturan perundangundangan. Sehingga bunyi Pasal 24 ayat (6) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 menjadi Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji pokok, tunjangan dan hak-hak lainnya beserta jaminan
keamanan bagi Ketua, Wakil Ketua, dan hakim pengadilan diatur dengan peraturan pemerintah. 4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. Atau apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).