BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas (z-score) antara -3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu sasaran

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan. angaka kematian yang tinggi dan penyakit terutama pada kelompok usia

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

1

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB 1 : PENDAHULUAN. terutama dalam masalah gizi. Gizi di Indonesia atau negara berkembang lain memiliki kasus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. janin guna memenuhi peningkatan kebutuhan gizi selama kehamilan. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembanguan manusia Indonesia (Saputra dan Nurrizka, 2012).

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan ibu hamil dan balita sangatlah penting, sehingga Notoatmodjo (2003)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan pembangunan sumber daya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dimana Indonesia sekarang berada pada peringkat 108 dari 169 negara di seluruh dunia. Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia yang ditunjukkan dengan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per seribu kelahiran hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) sebesar 44 per seribu kelahiran hidup dan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228 per seratus ribu kelahiran hidup (SDKI 2007 dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010). Tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu di tersebut menunjukkan hasil yang belum maksimal pada upaya perbaikan atau pemerataan pelayanan kesehatan di Indonesia. Begitu pula pada upaya perbaikan kondisi ekonomi yang berarti meningkatkan pendapatan penduduk sehingga upaya perbaikan gizi dapat diperbaiki dalam rangka peningkatan daya tahan tubuh terhadap infeksi penyakit. Kekurangan gizi dapat terjadi akibat kemiskinan, akan tetapi memperbaiki gizi di masa awal kehidupan manusia sebenarnya dapat membangun fondasi yang kuat dalam membantu meningkatkan individu, keluarga dan bangsa keluar dari kemiskinan. Sejak 1000 hari antara kehamilan sampai di usia dua tahun merupakan Window of Opportunity, yakni kesempatan yang singkat untuk melakukan sesuatu yang menguntungkan. Diet makanan yang kaya zat gizi akan membantu anak-anak tumbuh untuk memenuhi kebutuhan potensi fisik dan kognitif yang optimal (Barker et al., 2007). Stunting atau gangguan pertumbuhan merupakan dampak dari masalah gizi kurang yang terjadi pada anak-anak di negara berkembang. Stunting mengindikasikan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya resiko morbiditas dan mortalitas, penurunan perkembangan fungsi motorik dan mental serta mengurangi kapasitas fisik (Administrative Committee on Coordination/Sub-Committee on Nutrition [ACC/SCN], 2000). Stunting disebabkan oleh akumulasi episode stress yang sudah berlangsung lama, yang kemudian tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar tumbuh). Hal ini mengakibatkan menurunnya pertumbuhan apabila dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Kusharisupeni, 1997). Kejadian stunting pada balita akan mempengaruhi kondisi balita pada periode siklus kehidupan berikut. 1

Faktor dari orang tua yang menjadi penyebab stunting dilihat pada kondisi ibu saat hamil yaitu ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) yang menggambarkan Kurang Energi Kronik atau KEK (Shrimpton and Kachondham, 2003), Indeks Massa Tubuh (Mbuya et al., 2010) dan Tinggi Badan (Adair dan Guilkey, 1997). Pendidikan dan pekerjaan ibu dinyatakan oleh Hizni (2010) turut mempengaruhi kejadian stunting. Rahayu (2011) juga menyatakan Tinggi Badan, pendidikan dan pekerjaan ayah mempengaruhi kejadian stunting. Dengan dipengaruhi oleh pendapatan dan jumlah anggota keluarga akan berdampak pada penerapan pola asuh seperti yang diungkapkan oleh Wahdah (2012). Sedangkan faktor yang mendasar adalah asupan gizi anak diantaranya pemberian Inisiasi Menyusui Dini dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu atau MP-ASI (Ergin et al., 2007). Tak lupa pula ASI Eksklusif sebagaimana penelitian Umeta et al. (2003) serta penyakit infeksi seperti diare yang dinyatakankan oleh Fikree et al. (2000) dan Taguri et al. (2008). Berbagai penelitian diantaranya Ricci dan Becker di Filipina tahun 1996, Chopra di Afrika Selatan tahun 2003, Taguri et al. di Libya tahun 2008 dan Ergin et al. di Turki tahun 2007 menyatakan berat badan lahir rendah (BBLR) pada bayi mempunyai risiko lebih besar menyebabkan kejadian stunting dibandingkan bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal. Adair dan Guilkey (1997) yang meneruskan penelitian Ricci dan Becker di atas menekankan BBLR sebagai penyebab stunting paling banyak terjadi pada 6 bulan pertama. Begitu pula dengan penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Rahayu tahun 2008 di Kota Tangerang menyatakan BBLR sebagai faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada bayi 6-12 bulan. Sedangkan Nabuasa tahun 2011 di Propinsi Nusa Tenggara Timur menyatakan BBLR masih sebagai penyebab stunting pada anak usia 24-59 bulan. Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka BBLR di Indonesia yang diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap tahunnya (Hadi, 2005). Menurut Soekirman et al. (2010) kekurangan gizi yang terjadi pada ibu hamil trimester I dapat mengakibatkan janin mengalami kematian dan bayi berisiko lahir prematur. Jika kekurangan gizi terjadi pada trimester II dan III, janin dapat terhambat pertumbuhannya dan tak berkembang sesuai dengan umur kehamilan ibu. Ibu hamil yang terpapar anemia mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke sel tubuh maupun otak sehingga menimbulkan gejala-gejala letih, lesu, cepat lelah dan gangguan nafsu makan, sehingga berdampak kepada keadaan gizi ibu, yang tercermin dalam berat badannya. Bila hal ini terjadi pada saat trimester III, maka risiko melahirkan prematur ataupun BBLR 3,7 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil trimester III non anemia (Hidayati et al., 2005). Rachmawati pada tahun 2006 dalam penelitiannya di Aceh Besar pasca tsunami tahun 2

2004 juga menyatakan ibu hamil yang anemia mempunyai resiko 3,74 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Bahkan hasil penelitian Sutjipto dan Hadi tahun 2000 di Propinsi Jawa Tengah menyatakan risiko 6,91 kali, sedangkan risiko sebesar 3,17 kali ibu hamil anemia melahirkan bayi dengan BBLR dinyatakan oleh Syarifudin tahun 2011 dalam penelitian di Kabupaten Bantul. Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010) terjadi penurunan prevalensi anak pendek pada balita dari 36,7% tahun 2007 menjadi 35,7% tahun 2010. Penurunan terjadi pada prevalensi balita pendek yaitu 18% tahun 2007 menjadi 17,1% tahun 2010. Sedangkan prevalensi balita sangat pendek sedikit menurun yaitu 18,8% tahun 2007 menjadi 18,5% tahun 2010. Menurut laporan Riskesdas 2007, prevalensi anemi masih menunjukkan angka yang tinggi yaitu 24,5% yang disebabkan oleh pendidikan ibu yang rendah, pekerjaan ibu yang berat dan tingkat pengeluaran perkapita keluarga yang masih rendah. Sedangkan kejadian BBLR sebesar 11,5% dan menurun menjadi 11,1% berdasarkan laporan Riskesdas 2010 (Kemenkes, 2010). Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas wilayah yang kecil akan tetapi mempunyai kepadatan penduduk tinggi dibandingkan dengan luas wilayahnya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2011, beberapa permasalahan kesehatan khususnya gizi yang terjadi di Kota Yogyakarta yaitu balita BGM yang masih menunjukkan angka 4,7%, masih tingginya angka BBLR 4,68%, rendahnya cakupan penimbangan balita di posyandu 67,2%, cakupan gizi kurang dengan indikator BB/U 1,01% serta presentase balita stunting mencapai 15,11% dan meningkat menjadi 15,92% pada tahun 2012. Pada ibu hamilpun terjadi masalah anemia terutama disebabkan kekurangan zat besi sebesar 25, 38% pada tahun 2011, yang berarti terjadi peningkatan karena pada tahun 2010 prevalensi anemia sebesar 22,45%, disebabkan oleh asupan gizi terutama zat besi dan tingkat kepatuhan minum tablet tambah darah yang kurang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana hubungan Anemia ibu hamil dengan kejadian Stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian 3

Tujuan Umum Mengetahui hubungan Anemia Ibu Hamil dengan kejadian Stunting pada anak usia 6 24 bulan di Kota Yogyakarta. Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan Anemia Ibu Hamil dengan kejadian BBLR pada anak usia 6 24 bulan di Kota Yogyakarta 2. Mengetahui hubungan BBLR dengan kejadian Stunting pada anak usia 6 24 bulan di Kota Yogyakarta D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dan Instansi terkait dalam pengambilan kebijakan dan perencanaan program intervensi perbaikan gizi terutama dalam hal penanganan anemia ibu hamil dan BBLR untuk mencegah terjadinya stunting. 2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang pentingnya pencegahan anemia ibu hamil yang bisa menyebabkan kejadian BBLR, yang nantinya bisa mengakibatkan terjadinya stunting. 3. Bagi peneliti dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan anemia ibu hamil, BBLR dan stunting. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini sepanjang pengetahuan peneliti adalah 1. Kurang Energi Kronis dan Anemia Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Kota Mataram Propinsi NTB (Hidayati et al., 2005). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara Kurang Energi Kronis dan Anemia pada Ibu Hamil dengan kejadian BBLR dengan menggunakan rancangan kasus kontrol. Variabel terikat adalah kejadian BBLR, sedangkan variabel bebasnya adalah kurang energi kronik (KEK), anemia, umur, paritas, tinggi badan ibu dan jarak kelahiran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang anemia mempunyai risiko 3,7 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan ibu hamil yang tidak anemia. Persamaan dengan penelitian ini pada rancangan penelitian yang digunakan, sedangkan perbedaannya pada variabel bebas dan terikat. 4

2. Analysis the Causes of Child Stunting in DPRK (Shrimpton and Kachondam, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor penyebab kejadian stunting pada anak di bawah 2 tahun di Republik Korea dengan menggunakan rancangan cross sectional bersifat observasional analitik. Variabel terikat adalah status stunting, sedangkan variabel bebasnya adalah temporal predictors (status gizi ibu saat hamil dan bayi yang dilahirkan), immediate predictors (penyakit dan asupan gizi), serta underlying causes (higiene dan sanitasi, perawatan kesehatan ibu dan anak, keamanan pangan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar faktor-faktor di atas behubungan dengan kejadian stunting, tetapi anemia ibu hamil tidak. Persamaan dalam penelitian ini adalah variabel terikat dan beberapa variabel bebas dan luar yang digunakan serta sampel penelitian, sedangkan perbedaannya dalam hal rancangan penelitian. 3. Nutritional Status and Risk Factors of Chronic Malnutrition in Children Under Five Years of Age in Aydin, a Western City of Turkey (Ergin et al., 2007). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya prevalensi dan faktor risiko kurang gizi kronik pada anak di bawah 5 tahun di propinsi Aydin, Turki dengan menggunakan rancangan cross-sectional. Variabel terikatnya adalah masalah gizi kurang yaitu stunting, wasting dan underweight. Sedangkan variabel bebasnya adalah sosial ekonomi keluarga, keadaan ibu saat hamil, berat lahir, ASI, MP-ASI dan penyakit infeksi. Hasil penelitian diantaranya menunjukkan bayi yang lahir dengan berat rendah mempunyai risiko 2,52 kali lebih besar untuk menjadi stunting dibandingkan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Persamaan penelitian pada beberapa variabel bebas dan variabel terikatnya. Perbedaan terletak pada rancangan penelitian dan subyek penelitiannya. 4. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Umur 6-36 Bulan di Wilayah Pedalaman Kecamatan Silat Hulu Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat (Wahdah, 2012) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko terjadinya stunting pada anak umur 6-36 bulan di Kalimantan Barat dengan menggunakan rancangan cross-sectional bersifat observasional analitik. Variabel terikat adalah stunting, sedangkan variabel bebasnya 5

adalah beberapa variabel yang dianggap berhubungan dengan kejadian stunting diantaranya sosial ekonomi, pola asuh dan pola makan, pemberian ASI, penyakit infeksi dan tinggi badan orang tua. Hasil penelitian diantaranya menunjukkan kejadian stunting berhubungan dengan pekerjaan ibu, pola asuh, pendapatan keluarga, jumlah anggota rumah tangga, tinggi badan orang tua dan ASI Ekslusif. Persamaan dalam penelitian ini dalam beberapa variabel penelitian yang digunakan, sedangkan perbedaannya pada rancangan dan sampel penelitian. 6