BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diasumsikan bahwa seseorang yang profesional memiliki kepintaran, profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

BAB I PENDAHULUAN. diaudit dapat dihandalkan dan manajemen juga akan mendapat keyakinan dan. melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BABI PENDAHULUAN. yang menggunakan jasa kantor akuntan publik yang keprofesionalismenya sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini telah menjadi sorotan bagi akuntan publik. Banyaknya kasus

BAB I PENDAHULUAN. tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah suatu proses sistematik untuk

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penilai yang bebas terhadap seluruh aktivitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat ini memicu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. bisnispun semakin ketat pula. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pihak perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan. memiliki kompetensi yang memadai. Menurut Statement of Financial

BAB I PENDAHULUAN. bekerja dengan baik dalam melakukan audit. Salah satu yang merupakan pekerjaan

1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan profesi akuntan sejalan dengan perkembangan perusahaan dan berbagai jenis badan hukum lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era dimana kita hidup sekarang ini merupakan zaman yang berubah

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar sangat diperlukan, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan jasa audit yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntansi merupakan profesi yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini tentang kewajaran laporan keuangan serta memberi keyakinan

BAB I PENDAHULUAN. auditor sebagai pihak yang dianggap independen dan memiliki profesionalisme

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan dibidang usaha pada saat ini semakin meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sendiri terdapat banyak kantor akuntan publik yang memberikan jasa audit pada

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak ( absolute assurance) mengenai. hasil akhir proses audit yaitu laporan auditor.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah media komunikasi yang diperlukan bagi pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlaku di Indonesia dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan

PENGARUH TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP AUDIT JUDGMENT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor independen

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi ini menyadarkan. harus melakukan pemeriksaan laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Semakin kompleks perekonomian perusahaan, semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pasal 1 ayat 2 Kode Etik Akuntan Indonesia menyatakan bahwa

ARUM KUSUMAWATI B

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan bersaing untuk menjadi yang terbaik di antara. dan tidak menyesatkan pemakainya dalam pengambilan keputusan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik yang dianggap terpercaya dan independen, menyebabkan profesi akuntan publik di tuntut untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya demi menghasilkan produk jasa yang dapat di andalkan dan dipercaya bagi pihak konsumen. Hal tersebut dapat meningkatkan skeptisme profesionalisme seorang auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan, semestinya para akuntan publik memiliki pengalaman yang cukup dalam melakukan audit serta dilengkapi dengan pemahaman yang baik mengenai kode etik profesi. Seorang yang profesional dianggap memiliki kepintaran, pengetahuan, dan pengalaman yang baik untuk memahami dampak aktifitas yang dilakukan. Oleh sebab itu profesi akuntan dalam melaksanakan pekerjaannya harus berlandaskan kode etik profesi untuk dapat mempertahankan profesionalisme, objektifiaas dan kesalahan yang material dalam melaksanakan tugasnya. Auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak sematamata bekerja hanya untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk kepentingan pihak lain yang memiliki kepentingan atas laporan keuangan yang di audit. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya, auditor dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai. 1

2 Selain menjadi seorang auditor yang professional, setiap profesi auditor diharapkan dapat memegang teguh etika profesi itu sendiri yang sudah diatur dan ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), agar tidak terjadi segala sesuatu yang melanggar aturan dan ketetapan tersebut. Setiap auditor harus selalu mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan integritas, auditor akan bertindak jujur, tegas dan tanpa pretense. Dengan mempertahankan objektifitas, auditor akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan/permintaan pihak tertentu/kepentingan pribadinya. Ada dua sasaran dalam kode etik ini, yaitu pertama, kode etik ini bermaksud untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian, baik secara sengaja maupun tidak sengaja dari kaum profesional. Kedua, kode etik ini bertujuan untuk melindungi keluhuran profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk orangorang tertentu yang mengaku dirinya professional. Dengan demikian, Etika Profesi merupakan nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh organisasi profesi akuntan yang meliputi kepribadian, kecakapan professional, tanggung jawab, pelaksanaan kode etik dan penafsiran dan penyempurnaan kode etik (Nurmayanti 2013). Prinsip etika profesi dalam Kode Etik IAI menurut Standar Profesioanal Akuntan Publik adalah sebagai berikut, Tanggung Jawab Profesional, kepentingan publik, integritas, objektivitas, kompetensi, kerahasiaan, perilaku profesioanal, standar teknis.

3 Selain menjadi seorang yang memiliki sikap profesionalisme dan berpengalaman setiap auditor juga diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), agar situasipersaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Di Indonesia, etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Hal ini seiring dengan terjadinya beberapa planggaran etika yang dilakukan oleh akuntan, baik akuntan independen, akuntan intern perusahaan, maupun akuntan pemerintah (Intan, 2013). Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu ( Mulyadi, 2002) dalam Nurmayanti (2013). Dalam SPAP (Standar Profesionalisme Akuntan Publik) (2011:312) memuat bahwa : pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan professional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilhat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau memengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut.

4 Contoh kasus materialitas, Departemen Keuangan dalam pengumuman yang diterima di Jakarta menyebutkan penetapan sanksi pembekuan izin usaha berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan N0.171/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan public kepada Drs. Hans Burhanuddin Makarao, yang dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena tidak mematuhi Standar Auditing. Standar Profesional Akuntan Publik dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon pada tahun 2008, dimana auditor tersebut tidak menjelaskan tingkat salah saji yang dianggap material yang dinilai berpotensi berpengruh cukup signifikan terhadap hasil akhir Laporan Auditor yang Independen (www.antara.co.id) Dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) (SA240.5) Paragraf 18 : Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan SA (Standar Audit) bertanggung jawab untuk memperoleh keyakinan memadai apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan. Para pemilik kepentingan yang menggunakan laporan keuangan, mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah selesai diaudit oleh akuntan publik (auditor) dapat terhindar dari salah saji yang material, dan dapat dipercaya kebenarannya, sehingga data tersebut dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan yang telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia. Oleh sebab itu, diperlukannya jasa professional berpengalaman yang independen dan objektif untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang di sajikan oleh pihak manajemen.

5 Auditor seharusnya menetapkan materialitas secara standar, artinya dalam menentukan tingkat materialitas dan pemeriksaan laporan keuangan, antar auditor harus sama tanpa ada pengaruh antara lain, umur ataupun gender. Pada kenyataannya dalam menentukan tingkat materialitas antar auditor berbeda-beda sesuai dengan aspek situasionalnya. Aspek situasional adalah aspek yang sebenarnya terjadi, yaitu profesionalisme auditor itu sendiri. Auditor sering menghadapi dilema etika dalam menjalani karier bisnis (Mulyadi,2002) Menurut penelitian yang dilakukan oleh Iryandi dan Vannywati (2011) yang diperoleh hasil bahwa profesionalisme dan etika profesi berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas, karena menurutnya dalam proses pengauditan dibutuhkan profesionalisme sekaligus etika profesi agar manajemen biaya yakin akan pendapat yang dinyatakan oleh seorang auditor yang bertugas mengaudit laporan keuangan yang bersangkutan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Intan Puspita Sari (2013) yang diperoleh bahwa profesionalisme dan pengalaman auditor berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingakt materilaitas. Responden dalam penelitian ini adalah auditor dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bekerja mengaudit laporan keuangan perusahaan klien. Alasan dipilihnya auditor dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai responden karena para auditor tersebut yang memiliki latar belakang pada variabel yang saya uji, seperti skeptisme professional, pengalaman dan etika profesi yang hanya dapat saya temukan dalam auditor independen.

6 Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis akan melakukan penelitian dengan mengambil judul : Pengaruh Pengalaman, Skeptisme Profesional Auditor dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Studi Kasus Kantor Akuntan Publik Jakarta Selatan). B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, bahwa pengalaman, skeptisme profesional auditor dan etika profesi mempunyai peran penting terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Maka pokok permasalahan dalam penelitian ini akan dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas? 2. Apakah skeptisme professional auditor berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas? 3. Apakah etika profesi auditor berpengaruh pertimbangan tingkat materialitas? C. Pembatasan Masalah Pertimbangan Tingkat Materialitas suatu laporan keuangan tentunya akan sangat mempengaruhi pendapat yang akan diberikan oleh auditor. Pertimbangan tingkat materialitas ini didukung oleh pengalaman, skeptisme professional auditor dan etika profesi, berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini akan dibatasi oleh faktor-faktor yang kemungkinan mempengaruhi Pertimbangan Tingkat Materialitas Auditor yaitu Pengalaman,

7 Skeptisme Profesional Auditor dan Etika Profesi. Penelitian ini hanya dilakukan pada auditor yang bekerja di KAP Wilayah Jakarta Selatan. D. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah dan batasan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mendapatkan bukti empiris atas : 1. Menganalisis pengaruh Pengalaman, Skeptisme Profesional Auditor dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. 2. Menganalisis variabel yang paling dominan antara Pengalaman, Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor dan Etika Profesi yang berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. 2. Kontribusi Penelitian Berdasarkan hal yang dijelaskan di atas, penelitian yang penulis lakukan mempunyai beberapa manfaat baik bagikontribusi teoritis dan kontribusi praktis, adapun manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut : a. Kontribusi Teoritis Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pengalaman, skeptisme professional, etika profesi dan pertimbangan tingkat materialitas. Serta dapat menambah ilmu yang sebelumnya sudah

8 pernah dipelajari dalam mata kuliah auditing mengenai tanggung jawab auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. Dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta juga dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya sehingga dapat mempermudah dalam mengembangkan hasil penelitian ini di kemudian hari. b. Kontribusi Praktis Diharapkan penelitian ini dapat membantu memberikan kontribusi hal yang positif kepada auditor dalam membuat perencanaan audit atas laporan keuangan klien sehingga dengan pemahaman tentang materialitas laporan keuangan tersebut, auditor eksternal dapat meningkatkan kepercayaan para pemakai jasa audit dan meningkatkan rasa tanggung jawab profesi akuntan publik di dunia bisnis serta dapat memberikan pertimbangan yang lebih baik dan menjaga kepercayaan penuh masyarakat terhadap profesi auditor itu sendiri.