BAB I PENDAHULUAN. dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product

PERBEDAAN SELF DISCLOSURE TERHADAP PASANGAN MELALUI MEDIA FACEBOOK DI TINJAU DARI JENIS KELAMIN

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia perlu berkomunikasi (Cangara, 1998). yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Konseling dan Pendidikan ISSN Cetak:

ANALISIS TINGKAT SELF DISCLOSURE SISWA SMP MAARIF NU PANDAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Pelita Salatiga kelas XI Tahun ajaran 2012/2013 :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. Suatu desain penelitian menyatakan struktur masalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

JURNAL KEEFEKTIFAN TEKNIK SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GROGOL TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006). Ketika mahasiswa

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Penelitian. melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Riau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. (2010), variabel adalah konstrak yang diukur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.1 Sampel penelitian dilihat dari usia (N=134)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang terdiri dari variabel independen yaitu pemberian reward dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: menjadi dua ketegori pada tingkat kedalaman self disclosure yaitu, 4 siswa

mereka. Menurut Schouten (2007), Facebook merupakan salah satu media yang dapat menstimuli terjadinya self disclosure (pengungkapan diri) Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. harus dicapai oleh anak. Menurut Polmalato (Wardhani, 2008), salah satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB III METODE PENELITIAN. data dan diakhiri dengan menjelaskan waktu dan tempat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. analisis kuantitaif data penelitian. Identitas responden meliputi jenis kelamin,

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006; 12).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan perubahan.salah satunya adalah perubahan

BAB III METODE PENELITIAN. yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

HUBUNGAN KETERBUKAAN DIRI DALAM TA ARUF DAN KEPUTUSAN MENIKAH KELOMPOK TARBIYAH PKS CABANG POLOKARTO

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai calon pemimpin bangsa dan intelektual muda. Komunikasi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan. B. Variabel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV LAPORAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

Berikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

III. METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Metode penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam eksperimen ini peneliti menggunakan dua variabel, yang. terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat).

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Karena penelitian ini termasuk penelitian korelatif yang melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

DAFTAR ISI Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Segala sesuatu di muka bumi ini diciptakan Allah secara berpasangan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

Bab 3 Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan sekitarnya. Dalam rangka mengetahui gejala di lingkungannya ini menuntut manusia untuk berkomunikasi. Untuk mewujudkan komunikasi ini harus membuka diri dan membuka diri orang lain. Sehingga dalam hidup bermasyarakat dapat mengerti satu sama lain dan mendapatkan informasi yang diinginkan, seseorang akan terisolasi jika tidak pernah terbuka dengan orang lain. Akibat keterisolasian ini dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks. Remaja merupakan kondisi perubahan masa anak-anak menuju kedewasaan. banyak perubahan dan degradasi yang dialami oleh seseorang di masa ini. baik perubahan fisik maupun psikologis seseorang. Mau tidak mau hal tersebut mempengaruhi pola pikir dan mental. Diperlukan komunikasi yang baik oleh Orang Tua kepada anak. Komunikasi yang baik ditunjang dengan pendekatan yang efektif, sehingga terjalin hubungan baik yang mengkondisikan sikap dan perilaku anak. Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak sudah tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi 1

2 dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dariperiode perkembangan ini. Siswa sekolah menengah pertama merupakan bagian dari remaja yang berumur 11 hingga 15 tahun. Siswa yang menginjak usia remaja ini juga bagian dari masyarakat dituntut dapat terbuka dengan orang lain di lingkungan dimana siswa berinteraksi. Lingkungan yang dimaksud adalah sekolah. Karena hampir sebagian waktu siswa, banyak digunakan untuk berinteraksi di sekolah.dalam berkomunikasi dengan teman dan lingkungan disekitarnya, siswa pada dasarnya melakukan keterbukaan diri karena akan lebih efektif jika ada keterbukaan antara siswa dengan teman sebayanya. Komunikasi ini akan lebih menyenangkan dan lancar apabila individu mempunyai sikap terbuka dalam menyampaikan pemikirannya. Dalam bersosialisasi siswa tidak lepas dari interaksi sosial. Interaksi sosial dapat dilakukan dengan verbal dan non verbal. Informasi yang disampaikan dalam komunikasi dapat berupa identitas diri, pikiran, perasaan, penilaian terhadap keadaan sekitar, pengalaman masa lalu dan rencana masa depan yang sifatnya rahasia maupun yang tidak. Proses penyampaian informasi yang berhubungan dengan diri sendiri kepada orang lain oleh Jourard (1964 : 5) disebut sebagai pengungkapan diri atau

3 self disclosure. Self disclosure bisa mengandung informasi maupun mengungkap perasaan, melalui tindakan interpersonal dan bergantung pada kepercayaan sehingga komunikasi akan lebih efektif. DeVito (1997) bahwa jenis kelamin merupakan salah satu faktor penentu self-disclosure. Lebih lanjut DeVito menjelaskan bahwa laki-laki cenderung kurang terbuka daripada wanita. perempuan cenderung lebih mengembangkan ketrampilan verbal dibandingkan dengan kaum laki-laki. Adanya kemampuan untuk mengembangkan hubungan dengan komunikasi verbal akan memungkinkan lebih berkembang pula selfdisclosure. Dilihat dari struktur genetis memang ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, demikian juga dalam hormonalnya (Goldberg dalam York, 2004). Dari sisi genetis, ada perbedaan kromosom antara laki-laki dan perempuan yang akan membawa karakteristik tertentu dan membuat kedua jenis kelamin mengembangkan strategi-strategi tertentu untuk menjalani kehidupannya. Kadar testosteron yang tinggi pada kaum lelaki memungkinkan lelaki lebih menunjukkan dominansi, keagresifan dibandingkan kamu perempuan yang lebih tampak menunjukkan kelembutan. Penelitian Tannen (dalam Brenzedine, 2006) menemukan bahwa anak perempuan lebih sering mengajukan usulan yang bersifat kolaboratif, biasa menggunakan bahasa untuk mencapai konsensus. Sedangkan pada laki-laki, bahasa digunakan lebih untuk meminta segala sesuatu,

4 mengancam, dan mematahkan upaya saling berbicara. Sementara itu, Edwards et al (2006) menyatakan bahwa perkembangan hubungan pada anak perempuan akan bertambah melalui kegiatan verbal sementara lakilaki pada permainan yang menekankan persaingan dan menuntut munculnya pihak yang menang kalah. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian Papini, Farmer, Clark, Micka dan Barnett (1990) maupun penelitian Dindia dan Allen (1992). Dari pengamatan peneliti di SMP Negeri 19 Surabaya pada tanggal 14 Desember 2014 menunjukkan perilaku saat berinteraksi dengan lawan bicara atau diskusi, para siswa tidak mau mengungkapkan diri. Padahal pengungkapan diri tersebut akan sangat membantu dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh para siswa/siswi tersebut dan membantu interaksi sosial mereka. Proses interaksi sosial sehari-hari baik guru maupun orang tua sebenarnya menginginkan agar semua anak mereka bisa melakukan pengungkapan diri dengan baik karena hal itu akan sangat membantu dalam memantau perkembangan sosial remaja.alasan penelitian dilakukan di SMP Negeri 19 Surabaya karena peneliti pernah magang di SMP tersebut dan para siswa tersebut takut untuk menceritakan masalah yang dimiliki oleh siswa kepada teman, guru, maupun orang lain. Berbeda dengan siswa perempuan, self disclosure ditunjukkan siswa perempuan pada saat konsultasi ataupun sharing dengan guru BK. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi self disclosure tersebut, beberapa diantaranya adalah jenis kelamin (gender). Kategori gender

5 menyebabkan tinggi rendahnya keterbukaan diri. Sehingga hal ini menjadi dasar yang melatar belakangi peneliti untuk melakukan penelitian tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas,maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan self disclosure ditinjau dari gender? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan self disclosure ditinjau dari gender. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penulisan diharapkan dapat memberikan sumbangan teori psikologi sosial dan psikologi komunikasi. b. Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peneliti lain yang hendak berkenan dengan self disclosure ditinjau dari gender. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk masyarakat luar dan juga sebagai tambahan informasi dari kedua gender tersebut. E. Keaslian Penelitian Pada penelitian yang dilakukan oleh Ifdil yang berjudul konsep dasar self disclosure dan pentingnya bagi mahasiswa bimbingan dan konseling.thn 2013. Pengungkapan diri merupakan salah satu aspek

6 penting dari komunikasi interpersonal, yang perlu memiliki konseling mahasiswa sebagai calon konselor. Kemampuan siswa untuk melakukan self-disclosure memiliki kontribusi penting dalam mencapai keberhasilan akademik dan keberhasilan interaksi sosial mereka. Seseorang yang memiliki tinggi keterbukaan diri cenderung untuk mengekspresikan pandangan, ide, atau gagasan jelas tanpa menyakiti perasaan orang lain. Berdasarkan rekening fenomena diri pengungkapan diabaikan oleh siswa Konseling. Artikel ini mencoba untuk menjelaskan tentang urgensi pengungkapan diri pada pembinaan mahasiswa dan konseling. Selanjutnya, artikel ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan rasa keterbukaan diri, yang manfaat keterbukaan diri, karakteristik dan dimensi self- disclosure,faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri dan urgensi untuk konseling siswa. Pada penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Pavica Sheldon yang berjudul examining gender differences in self disclosure on facebook versus face to face.thn.2013. adapun populasi dalam penelitian ini adalah 197 Mahasiswi dan 120 mahasiswa. self disclosure pada wanita terhadap teman tatap muka (teman ngobrol langsung) dan teman Facebook lebih tinggi daripada pria. Tp bagaimanapun,pria lebih memiliki percakapan yang lebih intim dengan teman facebooknya daripada wanita.keduanya (laki-laki maupun perempuan ) memiliki self disclosure lebih tinggi daripada teman ngobrol langsung (tatap muka) daripada teman facebook.

7 Studi saat ini meneliti hubungan antara masuknya lain dalam diri ( konseptualisasi teoritis yang berbeda dari hubungan kedekatan ) dan keterbukaan diri. Konstruksi ini juga diperiksa dalam kaitannya dengan hasil hubungan kepuasan dan komitmen. Analisis data menunjukkan bahwa masuknya lain dalam diri dan keterbukaan diri dalam suatu hubungan masing-masing secara signifikan berkorelasi positif dengan kedua kepuasan hubungan dan komitmen. Namun, tidak ada hubungan yang signifikan antara masuknya lain dalam diri dan self -disclosure. Analisis lebih lanjut dari data menunjukkan bahwa pengungkapan diri moderator hubungan antara masuknya lain dalam komitmen diri dan hubungan. Implikasi untuk memahami masuknya lain dalam diri sebagai perspektif teoritis yang berbeda dari hubungan kedekatan dibahas. Pada penelitian selanjutnya dilakukan oleh Alifah Nabilah yang berjudul pengungkapan diri antara remaja dan madura vol.01 no.01,thn 2013.dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang berusia 17-22 tahun dan memiliki suku Jawa dan Madura,dan sampel pada penelitian ini adalah 50 orang remaja Jawa dan 50 orang remaja Madura.dari keseluruhan uji reliabilitas terdapat bahwa skala pengungkapan diri memiliki reliabilitas sebesar 0.934,sehingga dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang dapat dipercaya. Berdasarkan hasil uji analisa data, diperoleh nilai t-test (t) sebesar -10.966 dengan tingkat probabilitas (p) sebesar 0.000. Maka hasil penelitian yang diperoleh sesuai hipotesis yang disimpulkan sebelumnya

8 oleh peneliti, yaitu ada perbedaan pengungkapan diri antara remaja Jawa dan Madura. Berdasarkan data penelitian pada suku Jawa, diketahui bahwa pada remaja Jawa skor tertinggi pengungkapan diri adalah 3.07 pada subjek 23 dan berada pada derajat ke-3 kontinum psikologis. Dan skor terendah pengungkapan diri adalah 1.89 pada subjek 35 dan berada pada derajat ke- 2 kontinum psikologis. Sebagian besar subjek memiliki skor antara 2.52 3.07. Dari 50 subjek penelitian 22 subjek berada pada derajat 2 dalam kontinum psikologis pengungkapan diri (rendah) dan 28 subjek berada pada derajat 3 dalam kontinum psikologis pengungkapan diri (tinggi), maka 56% subjek Jawa memiliki pengungkapan diri tinggi. Berdasarkan data penelitian pada suku Madura, diketahui bahwa pada remaja Madura skor tertinggi pengungkapan diri adalah 3.35 pada subjek 10, 36, dan 48 dan berada pada derajat ke-3 kontinum psikologis. Dan skor terendah pengungkapan diri adalah 2.82 pada subjek 42 juga berada pada derajat ke-3 kontinum psikologis. Keseluruhan dari subjek pada remaja Madura berada pada derajat ke-3 kontinum psikologis pengungkapan diri (tinggi), maka 100% subjek Madura memiliki pengungkapan diri tinggi. Setelah mengetahui perbedaan self disclosure berdasarkan jenis kelamin, dihitung pula signifikasi perbedaan self disclosure antara lakilaki dan perempuan. Maka dengan ini hipotesis penelitian diterima bahwa

9 ada perbedaan self disclosure berdasarkan jenis kelamin dengan nilai t = 4,394 dan p = 0,00 (p<0,05). Pada penilitian selanjutnya yang dilakukan oleh Retno puspito dkk, yang berjudul : Pengungkapan diri mahasiswa tahun pertama Universitas Diponegoro ditinjau dari jenis kelamin dan harga diri.vol.3 no. 2,2006. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengungkapan diri berdasarkan jenis kelamin dan hubungan antara harga diri dengan pengungkapan diri. Sampel penelitian adalah 346 mahasiswa tahun pertama Universitas Diponegoro. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling. Pengambilan data dilakukan menggunakan Skala Pengungkapan Diri yang merupakan adaptasi dan modifikasi dari Jourard Self-Disclosure Questionaire (Jourard, 1964, h.161) dan Skala Harga Diri yang disusun berdasarkan aspek harga diri dari Buss (1995, h. 178). Hasil analisis dengan independent sample t-test menghasilkan t = - 7,138 p=0,00 (p<0,05). Koefisien korelasi yang dihasilkan dari teknik analisis regresi sederhana untuk subjek pria sebesar rxy = 0,441, p = 0,00 (p<0,05) dan untuk subjek wanita rxy = 0,347, p 0,00 (p<0,05). Sumbangan harga diri terhadap pengungkapan diri untuk subjek pria sebesar 19,5% sedangkan untuk subjek wanita sebesar 12,1%. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa pengungkapan diri mahasiswa pria lebih rendah dari mahasiswa wanita. Perbedaan tersebut disebabkan karena peran instrumental dari pria tidak

10 mengijinkan pria mengungkapkan diri terlalu banyak, sementara peran ekspresif wanita mendukung wanita untuk mengungkapkan diri. Hubungan positif antara harga diri dengan pengungkapan diri menunjukkan bahwa semakin tinggi harga diri maka semakin tinggi pula pengungkapan diri, dan sebaliknya. Pada penilitian selanjutnya yang dilakukan oleh Pheny Aprilia R, yang berjudul : hubungan antara kepercayaan dan keterbukaan diri terhadap orang tua dengan perilaku memaafkan pada remaja yang mengalami keluarga broken home di smkn 3 & smkn 5 samarinda.vol.3 no. 1,2015. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara kepercayaan dan keterbukan diri terhadap orang tua dengan perilaku memaafkan pada remaja yang mengalami keluarga broken home di SMKN 3 & SMKN 5 Samarinda. Sampel penelitian ini adalah remaja yang mengalami keluarga broken home yakni orang tua yang telah bercerai sebanyak 40 remaja. Data penelitian ini dikumpulkan dengan skala kepercayaan terhadap orang tua, keterbukaan diri terhadap orang tua dan perilaku memaafkan dengan model skala Likert. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji regresi ganda dengan bantuan program Statistical Package for Social Sciennces (SPSS) 20.0 for Windows. Hasil penelitian berdasarkan hasil uji analisis regresi model penuh menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kepercayaan dan keterbukaan diri terhadap orang tua dengan perilaku memaafkan pada remaja yang mengalami keluarga broken home di SMKN 3 & SMKN 5

11 Samarinda dengan nilai r = 0.647, dan p = 0.000. Tidak ada hubungan antara kepercayaan terhadap orang tua dengan nilai dengan perilaku memaafkan dengan beta = - 0.061, thitung > ttabel (thitung = - 0.616 > ttabel = 2.0262), dan p = 0.542 serta terdapat hubungan antara keterbukaan diri terhadap orang tua dengan perilaku memaafkan pada remaja yang mengalami keluarga broken home di Samarinda dengan beta = 8.11, thitung > ttabel (thitung = 8.212 > ttabel = 2.0262), dan p = 0.000. Pada penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ditya Ardi Nugroho yang berjudul Self disclosure terhadap pasanagn melalui media facebook ditinjau dari jenis kelamin.vol.01 no.02,thn 2013 yaitu, Jumlah subyek 60 orang, usia 16 18 tahun, kelas X. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan self disclosure melalui media facebook ditinjau dari jenis kelamin. Self disclosure pada perempuan lebih tinggi daripada self disclosure laki laki. Perbedaan dari kedua kelompok sangat signifikan. Dari beberapa penjelasan yang relevan diatas,dapat dijelaskan bahwa memang telah ada penelitian terdahulu yang meneliti tentang variabel keterbukaan diri dari jenis kelamin. Namun yang membedakan pada penelitian ini adalah menggunakan subjek remaja berumur 12 sampai 15 tahun, pada murid Sekolah Menengah Pertama. Oleh sebab itu peneliti menjamin keaslian penelitian ini.