BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, yaitu dengan cara menggalakan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan

BAB III PRODUSER PENELITIAN. Metode Deskriptif Eksploratif, dalam metode yang mengungkap masalah atau

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memanfaatkan lahan untuk melakukan aktivitas mulai dari

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB II TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) tentang pengertian lahan, yaitu : Lahan merupakan suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer diatas dan dibawanya termasuk atmosfer, tanah, hidrologi, geologi, populasi tanaman dan binatang dan hasil kegiatan masa lalu sampai sekarang serta usaha-usaha yang berpengaruh nyata pada penggunaan lahan. Lahan yang terbentuk dari unsur tanah, air, batuan, morfologi, iklim, dan vegetasi memiliki karakteristik tersendiri. Dari beberapa pengertian lahan diatas, lahan dapat diartikan juga sebagai suatu lingkungan fisik yang mempunyai sifat-sifat tertentu dan terbentuk dari berbagai unsur. Apabila salah satu unsur lahan berubah, baik diakibatkan oleh manusia ataupun secara alami maka lambat laun lahan tersebut akan mengalami kerusakan (degradasi) lahan dan kerusakan tersebut diakibatkan adanya pengolahan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai. Misalnya adanya pembukaan lahan yang dilakukan oleh penduduk di wilayah resapan air atau kawasan lindung untuk dijadikan pemukiman ataupun lahan pertanian tanpa melakukan konservasi yang benar. Fenomena tersebut terjadi sejalan

2 dengan peningkatan kebutuhan manusia sebagai akibat pertambahan penduduk sehingga kebutuhan lahanpun bertambah. Apabila kerusakan lahan yang dilakukan oleh manusia atau secara alami itu terus berlangsung tanpa ada usaha konservasi yang benar, maka akan terjadi degradasi sumberdaya lahan berkelanjutan. Lahan tersebut akan menimbulkan kerusakan atau lahan menjadi kritis dan terjadi penurunan produktivitas bahkan tidak berproduktif lagi. Saat ini di Indonesia terdapat ± 12,5 juta hektar lahan kritis yang tersebar di 39 satuan wilayah pengelolaan Daerah Aliran Sungai ( Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun 2003). Terdapatnya lahan kritis pada lahan pertanian tersebut dapat menghambat pemenuhan kebutuhan akan pangan dan komoditas peretanian lainnya. Kondisi lingkungan di Jawa Barat, saat ini sudah dalam keadaan sangat memprihatinkan sebagai akibat banyaknya lahan-lahan kritis yang tidak lagi berfungsi sebagai daerah tangkapan air, yang berdampak terhadap daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan menjadi menurun. Apabila lahan kritis di Jawa Barat ini tidak segera ditangani, selain dapat membahayakan terhadap kelangsungan hidup umat manusia, baik bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang, juga dapat membahayakan terhadap kelangsungan pembangunan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung, Cimenyan merupakan salah satu wilayah resapan air di Bandung Utara dan termasuk kawasan Lindung. Pada kenyataanya kondisi kawasan lindung atau kawasan konservasi sekarang ini telah mengalami kerusakan

3 sebagai akibat dari adanya perambahan, konversi lahan, dan pihak yang tidak bertanggung jawab atas kelestariannya. Kerusakan lahan ini telah mengarah pada meluasnya lahan kritis di Kawasan Bandung Utara diantaranya terdapat di Kecamatan Cimenyan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat luas lahan kritis yang berada di Kecamatan Cimenyan sebagai berikut: Tabel 1.1 Luas Lahan Kritis di Setiap Desa Kecamatan Cimenyan No Desa Luas Lahan Kritis (Ha) 1. Mekar Saluyu 61,50 2. Mandalamekar 128,00 3. Mekar Manik 414,00 4. Cikadut 287,50 5. Cimenyan 479,00 6. Ciburial 262,00 7. Sindanglaya 74,00 Jumlah 1. 706,00 Sumber : Data Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Tahun 2007 Daerah tangkapan Ci Pamokolan merupakan daerah tangkapan air yang secara administratif termasuk ke wilayah Kabupaten Bandung (Kecamatan Cimenyan dan Lembang ) dan termasuk wilayah Kota Bandung (Cibeunying Kidul, Antapani, Mandalajati, dan Arcamanik). Berdasarkan peta topografi letak penelitian berada pada ketinggian 800 1443 m dpl, dengan luas daerah tangkapan Ci Pamokolan 2419 Ha. Karakteristik fisik daerah tangkapan Ci Pamokolan merupakan daerah yang relatif berbukit datar dan sebagian landai dengan kemiringan berkisar dari landai sampai curam. Jenis tanah yang terdapat di daerah tangkapan Ci Pamokolan adalah Alluvial Vulkanik dan Latosol. Daerah tangkapan Ci Pamokolan rata-rata curah hujan tahunannya 1926,16 mm/tahun,dengan bulan

4 basah pada bulan Oktober sampai dengan Mei sedangkan bulan kering terjadi pada bulan Juni sampai September sehingga berdasarkan klasifikasi Schmidt- Ferguson daerah ini termasuk kedalam iklim C dengan sifat agak basah. Berdasarkan geologisnya daerah penelitian ini memiliki batuan formasi hasil gunung api tua tak teruraikan (Qvu) terdiri atas breksi gunung api, lahar, dan lava berselang-selang. Formasi Qvu merupakan formasi batuan yang dominan di Desa Cimenyan. Formasi Qc (Quartenery colovium) merupakan batuan kolovial yang masih termasuk batuan permukaan, dan merupakan batuan longsoran yang terdapat pada gawir/ jurang. Kelompok batuan hasil gunung muda api tak teruraikan (Qyu) terdiri dari pasir tufaan, lapili, breksi, lava, aglomerat, batuan ini membentuk daratan-daratan kecil atau bagianbagian rata dan bukit-bukit rendah yang tertutup oleh tanah yang berwarna abu-abu kuning kemerah-merahan. Untuk mengetahui keadaan jumlah penduduk di daerah tangkapan Ci Pamokolan dapat dilihat Tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2 Jumlah Penduduk di Daerah Tangkapan Ci Pamokolan No. Kecamatan Penduduk di Daerah Tangkapan KK L P Jumlah 1. Cimenyan 13.892 13.618 27.510 7.518 2. Kiara Condong 4.556 4.180 8.735 2.184 3. Antapani 14.905 14.127 29.032 6.828 4. Arcamanik 4.138 4.017 8.154 2.001 5. Cibeunying Kidul 14.675 14.241 28.915 6.909 6. Lembang 8.14 7.28 1.542 3.85 7. Mandalajati 17.296 17.033 34.329 8.982 Jumlah 70.275 67.943 138.218 34.807 Sumber : Monografi Kecamatan Tahun 2007dan Hasil Perhitungan Tahun 2008.

5 Apabila melihat Tabel 1.2 penduduk diatas maka jumlah penduduk yang terdapat di daerah tangkapan Ci Pamokolan ini dapat diketahui yaitu 138.218 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki 70.275 jiwa sedangkan perempuan 67.943 Jiwa. Dan jumlah Kepala Keluarga 34.807 jiwa. Berdasarkan data monografi setiap kecamatan dalam daerah tangkapan Ci Pamokolan jumlah penduduk yang memiliki mata pencaharian sebanyak 137.798 jiwa. Untuk lebih jelasnya komposisi daerah tangkapan Ci Pamokolan berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini : Tabel 1.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Daerah tangkapan Ci Pamokolan Mata Pencaharian Cibeunying Kiaracon- Arcama- Mandala- Lembang Cimenyan Antapani F % kidul dong Nik Jati Petani 265 740 38 0 28 16 202 1288 0,9 Buruh tani 276 4408 229 0 122 28 289 5353 3,9 Buruh swasta 158 4976 5517 1103 7773 1988 4320 25834 18,7 Pns 138 811 1991 916 3215 353 1719 9143 6,6 Pegawai swasta 135 2129 5238 1097 897 1868 8351 19715 14,3 Pengrajin 85 98 55 80 1005 0 478 1800 1,3 Pedagang 166 1120 1721 1505 880 234 3810 9437 6,8 Peternak 104 162 13 2 0 0 0 280 0,2 Pengusaha 159 26 871 83 662 3 1033 2837 2,1 Tni/polri/abri 75 94 537 99 199 90 733 1826 1,3 Pensiunan 16 220 845 264 1583 339 984 4250 3,1 Pelajar/ 62 12535 10886 2845 11476 2997 12199 53002 38,5 Mahasiswa Jasa 18 141 572 911 1071 22 297 3033 2,2 Jumlah 1658 27460 28514 8903 28910 7937 34416 137.798 100 Sumber : Monografi Kecamatan Tahun 2007dan Hasil Perhhitungan 2008 Dilihat dari struktur mata pencaharian yang bekerja sebagai petani maupun buruh tani yaitu berjumlah 6641 jiwa atau sekitar 4,8 %, 73.905 jiwa atau 53,63 % bermata pencaharian sebagai ; PNS, pegawai swasta, buruh swasta, pengrajin, pedagang, peternak, pengusaha, TNI/POLRI/ABRI dan

6 jasa. Sebanyak 4.250 jiwa merupakan pensiunan dan 53.002 jiwa atau 38,5 % dari jumlah keseluruhan belum memiliki pekerjaan atau dapat dikatakan masih berstatus pelajar dan mahasiswa. Berdasarkan peta penggunaan lahan sebagian besar daerah tangkapan Ci Pamokolan merupakan lahan pertanian diantaranya sawah, kebun, tegalan, semak belukar dan penggunaan lahan lainnya seperti, pemukiman, bangunan, dan tanah kosong. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel 1.4 dibawah ini : Tabel 1.4 Penggunaan Lahan di Daerah Tangkapan Ci Pamokolan Jenis Penggunaan Lahan Luas dalam Daerah Tangkapan (Ha) Pemukiman 633,4 26,2 Ladang 1001 41,4 Sawah tadah hujan 33,04 1,4 Sawah Irigasi 197,5 8,2 Kebun 259,2 10,7 Tanah Kosong 175,8 7,3 Bangunan 32,62 1,3 Semak Belukar 86,44 3,6 Jumlah 2419 100 Sumber : Monografi Kecamatan Tahun 2007 dan Hasil Perhitungan Tahun 2008. % Berdasarkan data pada Tabel 1.5 diperoleh bahwa penggunaan lahan daerah tangkapan Ci Pamokolan yang paling dominan yaitu ladang dengan luas 1001 Ha dengan persentase 41,4 % Disamping lahan kering di daerah penelitian ini mempunyai lahan basah yaitu tanah sawah terdiri dari 230,54 Ha atau sebesar 9,6% dan lahan kering selain ladang terdiri dari kebun dengan

7 luas 259,2 Ha atau sebesar 10,7%, dan semak belukar luasnya 86,44 Ha atau 3,6 % dari luas daerah penelitian ini. Komoditas hasil pertanian yang utamanya adalah padi, jagung, ketela pohon (singkong), kentang, dan tomat. Hasil pertanian ini dianggap memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga memacu para petani untuk memperluas lahan pertaniannya (ekstensifikasi pertanian). Namun upaya ekstensifikasi pertanian di daerah tangkapan Ci Pamokolan ini kurang memperhatikan karakteristik lahan dan kualitas lahan sehingga kecenderungan mengarah pada kerusakan lahan sangat potensial. Sebagai contoh, usaha perluasan lahan pertanian ini adalah kegiatan pertanian dengan kemiringan lereng yang curam. Untuk menangani fenomena tersebut, maka harus segera dilakukan tindakan konservasi yang tepat, karena apabila tidak dilakukan praktek konservasi tepat, hal tersebut akan mendukung aktivitas erosi yang intensif sehingga terjadi penipisan lapisan tanah yang akhirnya akan mempengaruhi tanah menjadi kurang produktif bahkan tidak produktif. Sebelum dilakukan tindakan konservasi yang tepat, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui sebaran kekritisan lahan yang ada di daerah tangkapan Ci Pamokolan. Sehingga penulis terinspirasi untuk mengkaji lahan kritis secara mendalam khususnya di daerah tangkapan Ci Pamokolan Bandung. Penulis memfokuskan pada masalah yang berkaitan dengan kekritisan lahan pertanian dan sebarannya di daerah tangkapan Ci Pamokolan Bandung dengan mengambil judul Studi Sebaran Kekritisan Lahan Pada Lahan Pertanian Daerah Tangkapan Ci Pamokolan Bandung.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mencoba merumuskan masalah, yaitu Bagaimana tingkat dan sebaran kekritisan lahan di daerah tangkapan Ci Pamokolan Bandung?. Untuk rumusan masalah, penulis membuat batasan masalah dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik lahan yang mempengaruhi kekritisan lahan pertanian di daerah tangkapan Ci Pamokolan Bandung? 2. Bagaimana tingkat kekritisan lahan pertanian dan sebarannya di daerah tangkapan Ci Pamokolan Bandung? 3. Bagaimana respon petani terhadap kekritisan lahan yang terjadi di daerah tangkapan Ci Pamokolan Bandung? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diantaranya : 1. Mengidentifikasi karakteristik lahan di daerah tangkapan Ci Pamokolan Bandung yang mempengaruhi kekritisan lahan pertanian. 2. Mengidentifikasi tingkat kekritisan lahan pertanian dan sebarannya di daerah tangkapan Ci Pamokolan Bandung. 3. Mengetahui bagaimana respon petani terhadap kekritisan lahan yang terjadi di daerah tangkapan Ci Pamokolan Bandung.

9 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini diantaranya : 1. Bagi Penulis Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis terhadap kekritisan lahan serta penulis dapat mengembangkan pengetahuannya khususnya pada geografi sumber daya lahan dan konservasi dan rehabilitasi lahan. 2. Bagi Pendidikan Sebagai bahan pengayaan bagi pengajaran geografi di SMU kelas X semester 2 yang berkenaan dengan lahan kritis. 3. Dinas Pertanian dan Kehutanan Sebagai bahan masukan bagi RLKT (Rahabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah) dan dinas PKT (Penyuluhan Konservasi tanah) dalam upaya penangan erosi dan kerusakan lahan di daerah tangkapan Ci Pamokolan Bandung serta sebagai bahan acuan bagi pengembangan penelitian yang berkaitan dengam kekritisan kritis, baik wilayah setempat maupun wilayah lain yang memiliki permasalahan yang sama. E. Definisi Operasional Definisi operasioanal dimaksudkan untuk memudahkan dan memberikan pengertian yang sama antara penulis dengan pembaca yang terdapat dalam penulisan ini, diantaranya : 1. Karakteristik lahan kaitannya dengan kekritisan lahan diantaranya yaitu: a. Topografi

10 Kemiringan lereng merupakan salah satu faktor yang menentukan terhadap tingkat kekritisan lahan, perbedaan lereng ini dapat mempengaruhi pada tingkat produktivitas, ketersediaan unsur hara dan erosi. b. Tanah 1) Kedalaman efektif tanah sangat berperan pada tingkat produktivitas tanaman serta kemampuan tanah dalam menyimpan unsur-unsur hara bagi makanan tanaman. Secara keseluruhan kedalaman efektif tanah berkisar antara 15-45 cm. 2) Kesuburan Tanah Kandungan bahan organik/unsur hara memegang peranan penting untuk tanaman, semakin banyak bahan organik/unsur hara dalam tanah maka akan semakin baik dan poduktif yang dihasilkan. c. Erosi Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kekritisan lahan adalah tingkat erosi tanah yang secara langsung mempengaruhi terhadap keadaan tanah terutama pada ketebalan solum serta ketersediaan unsur hara tanaman. d. Vegetasi Penutupan tanaman pada lahan dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Lahan perkebunan tingkat penutupan tanaman 100%. 2) Lahan tegalan/ladang sebesar 50%. Lahan tegalan/ladang tanpa penutupan sangat berpotensi menjadi lahan kritis.

11 2. Tingkat Kekritisan Lahan Tingkat kekritisan lahan dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu: a. Lahan kritis yaitu lahan yang telah mengalami atau dalam proses kerusakan, lahan ini kurang sesuai untuk pengembangan tanaman budidaya serta pada lahan ini perlu diterapkan teknik-teknik konservasi secara tepat untuk menghindari terjadinya peningkatan kerusakan lahan. b. Lahan semi kritis yaitu lahan yang masih produktif untuk dikembangkan jenis-jenis tanaman tertentu dengan menggunakan teknik-teknik konservasi secara tepat. c. Lahan potensial kritis yang sewaktu-waktu dapat berkembang menjadi lahan agak kritis ataupun lahan kritis jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan lahan. Lahan ini dapat dikembangkan berbagai jenis tanaman budidaya. 4. Lahan pertanian pada penelitian ini meliputi lahan sawah tadah hujan dan irigasi, kebun, tegalan, dan semak belukar. 5. Respon Petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas petani dalam pengolahan lahan pertanian yang mereka garap sehubungan dengan adanya kekritisan lahan.