EFEKTIFITAS PERJANJIAN DAMAI DALAM PENGADILAN (AKTA VAN DADING) TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM DAN WANPRESTASI DALAM PENEGAKAN HUKUM PERDATA (STUDI PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: WAHYU SYAH ALAM TAMPUBOLON NIM 090200475 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
EFEKTIFITAS PERJANJIAN DAMAI DALAM PENGADILAN (AKTA VAN DADING) TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM DAN WANPRESTASI DALAM PENEGAKAN HUKUM PERDATA (STUDI PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: WAHYU SYAH ALAM TAMPUBOLON NIM 090200475 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW DISETUJUI OLEH: KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN Dr. Hasim Purba, SH. M. Hum NIP. 196603031985081001 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Muhammad Hayat, SH NIP. Maria Kaban, SH. M. Hum NIP. FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... ABSTRAK... i iv vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Permasalahan... 6 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Manfaat Penulisan... 7 E. Metode Penelitian... 7 F. Keaslian Penulisan... 10 G. Sistematika Penulisan... 10 BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN DAMAI DALAM HUKUM PERDATA A. Pengertian Perjanjian Dan Perjanjian Damai... 13 B. Perjanjian Damai Menurut Adat Dan Kebiasaan... 19 C. Perjanjian Damai Dalam KUH Perdata... 22 D. Perjanjian Damai Dalam HIR/ RBG... 33 E. Perjanjian Damai Dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008... 34 BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF
A. Pengertian Penyelesaian Sengketa Alternatif... 38 B. Jenis-Jenis Penyelesaian Sengketa Alternatif... 41 C. Mediasi dalam Perma Nomor 1 Tahun 2008... 54 D. Latar Belakang Perma Nomor 1 Tahun 2008... 57 E. Kebaikan Perma Nomor 1 Tahun 2008... 63 BAB IV EFEKTIFITAS PERJANJIAN DAMAI DALAM PENGADILAN (AKTA VAN DADING) TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM DAN WANPRESTASI DALAM PENEGAKAN HUKUM PERDATA (STUDI PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN) A. Kekuatan Mengikat Perjanjian Damai (Akta Van Dading) Bagi Para Pihak Yang Berdamai... 67 B. Akibat Hukum Atas Akta Van Dading... 69 C. Pelaksanaan Eksekusi Akta Van Dading... 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 82 B. Saran... 84 DAFTAR PUSTAKA... 85 LAMPIRAN... 88
ABSTRAK Konflik merupakan aktualisasi dari suatu perbedaan dan atau pertentangan antara dua pihak atau lebih. Suatu perselisihan dapat muncul ke permukaan, antara lain disebabkan karena masing-masing merasa benar, merasa berhak atas apa yang diperselisihkan. Pada dasarnya konflik yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu konflik vertikal dan konflik horizontal. Konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara elit dengan masyarakat, dalam hai ini elit bisa pejabat, para pengambil kebijakan, kelompok bisnis, polisi, militer, dan lain-lain. Konflik horizontal adalah konflik yang terjadi di kalangan masyarakat itu sendiri, baik konflik antar agama, suku, golongan, konflik harga diri, harta benda, konflik bisnis, dan lain-lain. Konflik-konflik seperti itu tidak mungkin dibiarkan begitu saja, tetapi perlu dicarikan alternatif penyelesaiannya secara tepat, supaya tidak berkepanjangan dan jatuh korban. Salah satu metode untuk menyelesaikan sengketa efektif dan efisien adalah dengan alternative dispute resolution karena memiliki sistem penyelesaian sengketa dengan cepat dan berbiaya murah. Dewasa ini perkembangan penyelesaian perkara di pengadilan dengan menggunakan alternative dispute resolution mulai tampak dan dikembangkan di Indonesia. Cara penyelesaian sengketa yang dipilih dengan penerapan lembaga damai dalam proses perkara perdata di pengadilan adalah mediasi, hal ini bertujuan untuk memberikan kepuasan bagi masyarakat pencari keadilan dan dalam rangka pembatasan perkara kasasi yang menumpuk di mahkamah agung. Dalam proses perkara perdata di pengadilan, perdamaian tidak hanya dapat diusahakan hakim pada sidang pertama saja, akan tetapi dapat terus dilakukan sebelum ada putusan. Dalam skripsi ini akan dibahas mengenai kekuatan mengikat perjanjian damai (acte van dading) bagi para pihak yang berdamai, akibat hukum atas acte van dading bagi para pihak yang berdamai, dan pelaksanaan eksekusi atas acte van dading yang dilanggar oleh pihak yang berdamai. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini metode penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris yaitu dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research), penelitian lapangan, dan wawancara. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisa secara kualitatif yaitu semaksimal mungkin memakai bahan-bahan yang ada yang berdasarkan asas-asas, pengertian serta sumber-sumber hukum yang ada dan menarik kesimpulan dari bahan yang ada tersebut. Kesimpulan yang dapat di tarik dari penulisan skripsi ini adalah dalam hal kekuatan hukum perjanjian perdamaian tertuang pada Pasal 1858 ayat (1) KUH Perdata yang menyebutkan bahwa segala perdamaian mempunyai di antara para pihak suatu kekuatan seperti suatu putusan hakim dalam tingkat yang penghabisan. Proses perdamaian melalui bantuan mediator dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap pra mediasi dan tahap mediasi. Apabila usaha perdamaian berhasil maka berakibat dituangkan ke dalam suatu acte van dading, kemudian dikukuhkan melalui putusan pengadilan yang disebut acte van vergelijk, yang sama kekuatannya dengan suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap (in kracht van gewijsde), karenanya tidak diperkenankan membantahnya melalui upaya hukum banding. Eksekusi riil merupakan eksekusi terhadap putusan atas tidak dilaksanakannya akta perdamaian pengadilan yakni dimulai dengan adanya permohonan dari pemohon (pihak yang menang) dalam hal putusan telah berkekuatan hukum tetap baik putusan tingkat pengadilan negeri yang diterima oleh kedua belah pihak yang berperkara, putusan perdamaian, putusan verstek yang terhadapnya tidak diajukan verzet atau banding, putusan pengadilan tinggi yang diterima oleh kedua belah pihak dan tidak dimohonkan kasasi dan putusan mahkamah agung dalam hal kasasi. Kata Kunci: Mediasi, Perjanjian Damai, Eksekusi.