MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

A. Analisis Implementasi Pemberian Mut ah dan Nafkah Iddah dalam Kasus Cerai Gugat Sebab KDRT dalam Putusan Nomor 12/Pdt.G/ 2012/PTA.Smd.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991.

BAB II PENGERTIAN TENTANG NAFKAH, NAFKAH IDDAH MUT AH DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN POSITIF

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB II KERANGKA TEORI TENTANG NAFKAH. kewajiban memberi nafkah, baik berupa makan, pakaian (kiswah), maupun

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK GUGATAN REKONVENSI DALAM. PUTUSAN No: 1798 / Pdt.G/2003/PA.Sby

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk bisa hidup

Nafaqah merupakan kewajiban suami terhadap istrinya dalam

P U T U S A N. Nomor 03/Pdt.G/2011/PTA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB IV ANALISIS HUKUM POSITIF TERHADAP PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM TERHADAP HAK ISTRI DALAM PERKARA NOMOR 0241/PDT.G/2016/PA.

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI DALAM PUTUSAN NO. 718 K/AG/2012

PUTUSAN Nomor 6 /Pdt.G/2011/PTA Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

BAB IV ANALISA TERHADAP KASUS ANAK YANG MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH KEPADA ISTRI SIRRI

bismillahirrahmanirrahim

Cerai Talak: Pemohon dibebani untuk membayar Nafkah Iddah dan Mut ah

BAB IV. ANALISIS PELAKSANAAN PUTUSAN No. 0985/Pdt.G/2011/PA.Sm. TENTANG MUT AH DAN NAFKAH IDDAH

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB II PERCERAIAN, NAFKAH DALAM KELUARGA DAN H{A<D{ANAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

PUTUSAN NOMOR : 258/Pdt.G/2013/PA.Pkc. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.

A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Penolakan Pembagian Gaji PNS Pasca Perceraian. melaksanakan pembagian gaji PNS yang di dapat oleh suami PNS di

PUTUSAN Nomor 0785/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN MUT AH DALAM PUTUSAN MA RI NO. REG. 441 K/ AG/ 1996

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

P U T U S A N Nomor 000/Pdt.G/2015/PTA.Btn

P U T U S A N Nomor 0804/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB VI ANALISIS DATA. PELAKSANAAN EKSEKUSI HARTA BERSAMA DALAM PERKARA PERDATA NO 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk

BAB IV ANALISIS YURIDIS PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM TERHADAP HAK-HAK ISTRI DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA BANGIL

BAB II LANDASAN TEORI. ) diambil dari kata ( berusaha mendidiknya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan yang tertuang dalam Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam bahwasannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan mu'amalah yang paling banyak dilakukan orang adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

P U T U S A N. Nomor : 06/Pdt.G/2010//PTA.Plk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA BANGIL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI. A. Pengertian Umum Tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN NAFKAH ANAK ATAS DASAR EX AEQUO ET BONO DALAM STUDI PUTUSAN No.1735/Pdt.G/2013/PA.

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Apakah Wanita yang Dicerai Mendapat Warisan Dari Mantan Suaminya yang Wafat?

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA DEMAK NO. 619/PDT.G/2003/PA.DMK TENTANG PENOLAKAN MAJELIS HAKIM TERHADAP NAFKAH ANAK (HADHANAH)

MUNAKAHAT : IDDAH, RUJUK, FASAKH,KHULU DISEDIAKAN OLEH: SITI NUR ATIQAH

PUTUSAN Nomor: 148/Pdt. G/2010/PTA. Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Makassar

P U T U S A N Nomor 34/Pdt.G/2011/PTA. Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. atau dalam perspektif agama Islam dikenal dengan istilah mu a>malat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

Apakah Kawin Kontrak Itu?

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK

BAB I PENDAHULUAN. menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat

Cerai Talak: Pemohon dibebani membayar Nafkah Iddah dan Mut ah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP BAGIAN ISTRI LEBIH BESAR DALAM PEMBAGIAN HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEWAJIBAN SUAMI KEPADA ISTRI DALAM KELUARGA JAMAAH TABLIGH

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2011/PTA Btn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Termohon/ Pembanding; L a w a n

BAB II NAFKAH PASCA PERCERAIAN

BAB IV. Sebagaimana deskripsi pada dua bab terdahulu dapat dipahami. bahwa dalam hukum Islam dan hukum positif di Indonesia menjelaskan

BAB IV MUTAH DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA. A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Menggunakan atau Tidak

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Tinjauan hukum Islam terhadap kewajiban seorang ayah yang telah

diajukan oleh pihak :

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB V PEMBAHASAN. penelitian, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu fokus penelitian yang

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN

AKIBAT HUKUM PENGABAIAN NAFKAH TERHADAP ISTRI MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NO. 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencari kemaslahatan pribadi, keluarga maupun umum. Hal ini

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO: PERLAWANAN TERHADAP PUTUSAN VERSTEK

Oleh: Hj. Sasa Esa Agustiana S.H. PROBLEMATIKA RUMAH TANGGA

Transkripsi:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI NAFKAH MAD{IAH ISTRI AKIBAT PERCERAIAN DI KELURAHAN SEMOLOWARU KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA A. Tinjuan Hukum Islam Terhadap Penarikan Kembali Nafkah Mad{iah Istri Akibat Perceraian Studi Kasus di Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Pada prinsipnya hukum Islam mempunyai tujuan yaitu untuk mengatur kehidupan masyarakat agar aman, tertib, teratur dan juga menjunjung tinggi keadilan, serta mencegah kejahatan, baik dengan cara langsung maupun tidak langsung. Nafkah merupakan kewajiban suami terhadap istri dan juga hak dari istri, hak dan kewajiban itu seharusnya tertancap dalam diri suami. Memang banyak terjadi permasalahan dari suami maupun istri di dalam sebuah perkawinan yang akhirnya membawa pada perceraian. Perceraian adalah batas akhir dari usaha suami istri yang tidak dapat di pertahankan perkawinannya. Akan tetapi kesemuanya itu suami tidak terlepas dari kewajiban serta pemenuhan hak bagi istri baik selama perkawinan berlangsung atau setelah adanya perceraian. Banyak timbul persoalan yang dilakukan suami di dalam pemenuhan hak dan kewajiban istri selama perkawinan ataupun setelah adanya perceraian. Seperti nafkah, hibah atau barang bawaan yang ditarik kembali oleh suami terhadap istri dengan alasan yang tidak baik, hal ini dapat membuat istri menderita. Perbuatan suami yang demikian ini sangat tidak bijaksana dan 64

65 melanggar ketentuan yag berlaku, kerena hak istri atas suami yaitu dipenuhi nafkahnya secara layak. Dalam hal ini suami tidak mencerminkan seseorang yang tidak memenuhi hak yang seharusnya dimiliki isteri, yaitu suami mengambil kembali hak istri setelah adanya perceraian. Dalam al-qur an dijelaskan surat an-nisa>, ayat 20-21 disebutkan: Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, Maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang Dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata?bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat. 1 Maksud dari ayat ini ialah menceraikan isteri yang tidak disenangi dan kawin dengan istri yang baru. Sekalipun ia menceraikan istri yang lama itu bukan tujuan untuk kawin, namun meminta kembali pemberian-pemberian itu tidak dibolehkan. Pada dasarnya suatu pemberian haruslah berawal dari keikhlasan dan mengharapkan ridha Allah SWT. 1 Departemen Agama RI, Al-Qur an Tajwid dan Terjemah (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro 2010), 105.

66 Praktik yang dilaksanakan oleh mantan suami ini telah menyalahi hukum yang berlaku, di antaranya dalam surat at-tala>q, ayat 6: Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya (QS. at-talaq:6). 2 Ayat ini meberikan indikasi bahwa seseorang suami yang telah menceraikan istrinya masih dituntut untuk memenuhi kewajiban kepada istrinya yang sudah dicerai selama masa iddah. Selain itu mantan suami harus memenuhi kewajiban yang lain mengenai hak istri setelah adanya perceraian. Di samping itu, praktek yang dilakukan mantan suami dengan mengambil kembali nafkah yang telah diberikan kepada mantan istrinya itu menyalahi ketentuan-ketentuan yang berlaku di Indonesia yaitu Kompilasi Hukum Islam, 2 Departemen Agama RI, Al-Qur an Tajwid dan Terjemah (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro 2010), 817.

67 padahal sudah jelas disebutkan dalam pasal 80 (4) yang menyatakan bahwa kewajiban suami yang harus diberikan kepada isteri adalah: 1. Suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami isteri bersama. 2. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. 3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. 4. Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung: a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri. b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak. c. Biaya pendidikan anak. d. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf (a) dan (b) diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya. e. Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf(a) dan (b).

68 f. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud pada ayat (5) gugur apabila istri nusyuz. 3 Dengan demikian, sudah tertera bahwa ketentuan bagi suami harus memenuhi kewajibannya, seharusnya suami memahami ketentuan dalam pasal itu bukan malah suami mengambil kembali hak istri, kerena pada dasarnya hak dan kewajiban suami istri baik selama perkawinan atau setelah putusnya perkawinan haruslah berimbang. Para Ulama berbeda pendapat tentang pemberian wajib nafkah suami kepada istri setelah perceraian. Menurut mazhab Maliki dan Syafi i berpendapat bahwa, wanita yang ditinggal mati oleh suaminya berhak memperoleh nafkah berupa tempat tinggal semata. Selanjutnya Syafi i mengatakan bahwa, apabila seseorang wanita di talak ba> in,sedang di dalam keadaan hamil, kemudian suaminya meninggal dunia (ketika si isteri masih dalam masa iddah), maka nafkah atas si isteri tidak terputus. Hanafi mengatakan apabila wanita ber- iddah tersebut dalam keadaan talak raj i dan suami yang menceraikannya itu meninggal dunia ketika dia menjalani iddah-nya, maka iddahnya beralih ke iddah wafat, dan kewajiban atas nafkah menjadi terputus, kecauali bila si wanita itu diminta untuk menjadikan sebagai hutung (atas suami) ysng betul-betul dilaksanakannya. Dalam kondisi serupa ini, nafkahnya tidak gugur. 3 Undang-Undang Perkawinan dilengkapi dengan Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Surabaya : Arkolat), 205-207.

69 Sesuai dengan adanya pendapat ini, dapat disimpulkan bahwasannya istri yang diceraikam harus dipenuhi hak-haknya oleh mantan suami, bukan malah hak yang seharusnya diberikan kepada istri nafkah dan lain-lain ditarik kembali oleh mantan suaminya setelah adanya perceraian. Nafkah ataupun hibah yang telah diberikan kepada istri selama perkawinan sepantasnya menjadi hak penuh istri, kecuali barang bawaan kerena bahwa penguasaan masing-masing kedua belah pihak suami istri. Secara garis besar apabila harta bawaan yang diambil kembali oleh suami setelah adanya perceraian itu diperbolehkan, kerena sudah penguasan masingmasing kedua belah pihak sebelum adanya perkawinan, sebagaimana yang tertera di dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 87 (a) menjelaskan : bahwa harta bawaan dari masing-masing suami istri dan harta yang diperoleh masingmasing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah penguasaan masing-masing, sepanjang para pihak tidak menentukan lain dalam perjanjian perkawinan. Akan tetapi nafkah atau hibah tidak dapat ditarik atau diambil kembali sudah menjadi hak orang yang diberi. Terkait dengan kewajiban suami terhadap isteri setelah adanya perceraian dinyatakan secara jelas pada pasal 41 dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 : 1. Memberikan mut ah yang layak kepada bekas istrinya, baik berupa uang atau benda, kecuali bekas istri tersebut qabla al dukhul.

70 2. Memberi nafkah kepada bekas istri selama masa iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talaq ba in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil; 3. Melunasi mahar yang masih terutang dan apabila perkawinan itu qabla al dhukhul mahar dari setengahnya. 4. Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur 21 tahun. 4 Berdasarkan pasal diatas bahwa tidak ada alasan bagi mantan suami untuk tidak melaksanakan kewajibannya, secara manusiawi perbuatan suami yang menarik kembali nafkah istri itu tidak mencerminkan suami yang bertanggung jawab penuh untuk pemenuhan hak dan kewajiban dalam perkawinan. Meskipun alasan perceraian kerena disebabkan kesalahan istri, maka suami tidak seharusnya mengambil nafkah yang telah diberikan, karena pemberian nafkah adalah kewajiban suami. Cara bagi mantan suami mengambil nafkah yang telah diberikan dengan meminta kembali kepada istri setelah perceraian yaitu secara mendesak, sehingga istri terpaksa menyerahkan nafkah kerena takut kepadanya. Hal itu termasuk perbuatan yang dilarang karena bertentangan dengan prinsip sukarela, yaitu merampas hak orang lain, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah yang berbunyai: 4 Bahder Johan Nasution dan Sri Warijati, Hukum Perdata Islam Kompetensi Peradilan Agama tentang Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf dan Shodaqoh (Bandung : Mandar Maju, 1997), 37.

71 Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil (Q.S.al-Baqarah: 188) 5 Islam datang dengan memberi perhatian yang sangat besar untuk melindungi, mengayomi dan memperjuangkan hak-hak wanita (istri) serta keseimbangan hak dan kewajibannya, perhatian dan rasa keadilan pada mantan isteri ini diwujudkan secara formal dalam Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam yang bersumber dari hukum Islam yang ada, sesuai dengan surat al-baqarah, ayat 228: Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibanya menurut cara yang ma ruf. Akan tetapi Para suami mempunyai satu tingkat kelebihan dari pada istrinya. 6 Setelah adanya perceraian seorang suami tidak begitu saja terlepas sari tanggung jawabnya, melainkan mempunyai tanggungan setelah putusnya perkawinan. Nafkah yang pernah diberikan selama perkawinan merupakan hak mantan istri selama perkawinan, sehingga dengan diminta kembali nafkah oleh mantan suami merupakan perbuatan yang dapat merugikan pihak mantan istri meskipun pemicu keretakan hubungan dianggap dimulai dari istri. Dalam 5 Departemen Agama RI, Al-Qur an Tajwid dan Terjemah (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro 2010), 36. 6 Ibid, 45

72 kaitannya dengan penarikan kembali apa yang diberikan kembali termasuk pemberian (hibah), yaitu apabila suatu pemberian (hibah) sudah di berikan kepada seseorang tidak boleh diminta kembali, sesuai dengan hadist Nabi SAW: عن ابن عمر وبا ن فيها ال الوا دل يرجع عباس, قال النب لى الل عليو وسلم: ل يل لرجل مسلم ان يعطي العطبة ث فيما يعطي ولده)رواه امحد واربعة, و حجو الرتميدى وابن حيان واحلاكم( Dan dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas r.a. menceritakan, bahwa Nabi saw bersabda, tidak halal, jika seseorang laki-laki telah meberikan sesuatu kepada seseorang, lalu ia menarik kembali. Kecuali jika yang meberikan itu bapak terhadap anaknya.(h.r. Ahmad dan Imam Empat). 7 Dari hadis di atas bahwa pemberian yang sudah diberikan tidak boleh diambil kembali krena sudah menjadi haknya. Dalam kasus penarikan kembali nafkah mad{iah istri setelah perceraian itu tidak diperbolehkan suami mengambil kembali hak yang seharusnya sudah menjadi hak istri. Dari fenomena kejadian seperti ini, tidak seharusnya manta suami mengambil kembali nafkah yang dulu pernah di berikan kepada istri, walaupun mantan istri tidak memperkarakan penarikan kembali nafkah mad{iah tersebut dan sudah sepantasnya juga bagi mantan suami untuk mengembalikan nafkah yang ia minta dari mantan istri kerena sudah sepenuhnya menjadi kewajiban suami. Pemberian yang ikhlas dapat membawa kita ke jalan yang diridhai Allah. 7 Abu Abdillah Bin Zayyid Ibnu Majjah, Suanan Ibnu Majjah Juz I, (Beirut: Darul Al-Fiqr, tt), 752.