Keyword: four-tier multiple choice, level of understanding, chemical bonding.

dokumen-dokumen yang mirip
Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice

Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four- TierDiagnostic Test

Kata kunci: tes diagnostik, three-tier multiple choice, kesulitan pemahaman, sifat koligatif larutan

JURNAL. Oleh. Jahardi Ineng Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji. Nip Nip

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No. 4 ( ) Suzanna Binti Safwan, M. Nasir, Latifah Hanum

PENERAPAN METODE PENUGASAN DAN TANYA JAWAB TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA KIMIA PADA KONSEP SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS VALIDITAS, RELIABILITAS, DAN BUTIR SOAL LATIHAN UJIAN NASIONAL EKONOMI AKUNTANSI DI MAN MAGUWOHARJO

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF CHEMBOND (CHEMICAL BONDING) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

BAB III METODE PENELITIAN

Ketika konsepsi siswa ada yang berbeda dari yang biasa diterima, dalam Tan (2005) hal itu disebut alternative frameworks, misconceptions, student

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIC MULTIPLE CHOICE BERBANTUAN CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX)

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI HIDROKARBON MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT

BAB III METODE PENGEMBANGAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and

PENGGUNAAN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE DIAGNOSTIC TEST DISERTAI CRI UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN

C. Prosedur Penelitian Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2014 PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK PILIHAN GANDA DUA TINGKAT UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA

TINJAUAN PEMAHAMAN KONSEP LARUTAN ASAM DAN BASA PADA TINGKAT MAKROSKOPIK DAN TINGKAT MIKROSKOPIK SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 BATU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif. Menurut Nazir (2009:54) Metode deskriptif adalah suatu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM GERAK.

(Sumber: Fraenkel dan Wallen, 2007)

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Asam Basa di Kelas XI SMA Negeri 8 Banda Aceh

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM MENGGUNAKAN TEKNIK CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) TERMODIFIKASI

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERSEPSI SISWA UNTUK MENINGKATKAN PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK LAS BUSUR MANUAL DI SMKN 1 SEDAYU

Pengembangan E-Module Kimia SMA Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Anggun Triana *), Ahmad Hamid, Tarmizi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Unsyiah

Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Kimia Melalui Kombinasi Metode Diskusi Dan Latihan Berstruktur

Analisis Pemahaman Konsep Biologi Menggunakan Pilihan Ganda Beralasan Dalam Materi Pokok Sel Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Dampal Selatan.

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA POKOK BAHASAN RANGKAIAN ARUS SEARAH DI KELAS XII MAN 1 JEMBER. Risalatun Nur Rohmah

Alumni Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Mataram 2

IDENTIFIKASI TINGKAT PEMAHAMAN KONSEP STOIKIOMETRI PADA PEREAKSI PEMBATAS DALAM JENIS-JENIS REAKSI KIMIA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 4 MALANG

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIFITAS GABUNGAN TES SUBJEKTIF DAN TES OBJEKTIF DALAM MENGEVALUSI HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP NEGERI 11 BANDA ACEH

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.1, Tahun 2015 Wika Sevi Oktanin & Sukirno 35-44

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pengembangan Media Video Animasi Berbasis Videoscribe Pada Materi Koloid Untuk Mahasiswa Program studi Pendidikan Fisika Tahun Akademik 2016/2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

PENGEMBANGAN INSTRUMEN IDENTIFIKASI MISKONSEPSI FISIKA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS MELALUI CRI (CERTAINTY OF RESPONSE INDEX) BERBASIS WEB

ANALISIS BUTIR SOAL UKK EKONOMI AKUNTANSI KELAS XI IIS MAN WONOKROMO BANTUL

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN MENGGUNAKAN LECTORA INSPIRE

Pengetahuan Alam, Pembimbing I: Dr. Astin lukum, M.Si; Pembimbing II: La Ode Aman, M.Si

Penerapan Pembelajaran Blended Learning Pada Materi Larutan Penyangga di SMA Negeri 1 Unggul Darul Imarah

ANALISIS KUALITAS SOAL UJIAN AKHIR MATA PELAJARAN ADMINISTRASI PAJAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan instrumen asesmen

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA FISIKA BERBASIS MODEL EMPIRICAL INDUCTIVE LEARNING CYCLE DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN HARIAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KD 3.1 PENDAPATAN NASIONAL KELAS XI IPS 1 DI SMA NEGERI 1 GRESIK.

ANALISIS BUTIR SOAL TES PENJAJAKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP/MTs PADA MATERI GERAK MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST. Fita Fatimah 1)

ANALISIS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN TEORI KEJURUAN AKUNTANSI

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K

ANALYSIS OF SECOND SEMESTER EXAM QUESTIONS IN CHEMISTRY CLASS XII MIA SMA NEGERI 1 TAPUNG ACADEMIC YEAR 2016/2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS MATERI AJAR IPA KIMIA SMP/MTs BERDASARKAN KURIKULUM 2013

Efektivitas Model Pembelajaran Novick dalam Pembelajaran Kimia Kelas XII IA 2 SMAN 1 Donri-Donri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencoba mengembangkan alat ukur untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN SEMESTER GANJIL PELAJARAN KIMIA KELAS XI IPA SMA NEGERI 10 PEKANBARU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)

STUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL. Oleh

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIV, No. 1, Tahun 2016 Rahmatika Rahayu & M. Djazari 85-94

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap buku teks terjemahan adalah metode

Anggarini Puspitasari* ) Purwati Kuswarini* )

1. BAB III METODE PENELITIAN

THE DEVELOPMENT OF THE STUDENT ACTIVITIES WORKSHEETS BASED ON CONSTRUCTIVISM ON THE SOLUBILITY AND CONSTANT SOLUBILITY PRODUCT

PENGEMBANGAN TES PILIHAN GANDA PADA MATA PELAJARAN TEKSTIL DIKELAS X BUSANA BUTIK SMK NEGERI 6 SURABAYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

PENGEMBANGAN ELECTRONIC MODULE OF CHEMISTRY MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA/MA

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume II No 1, Januari 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERINTEGRASI

BAB III METODEI PENELITIAN

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi. Oleh

Transkripsi:

Menganalisis Tingkat Pemahaman Siswa pada Materi Ikatan Kimia Menggunakan Instrumen Penilaian Four-Tier Multiple Choice (Studi Kasus pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh) Malik Yakubi *, Zulfadli, Latifah Hanum Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111 *Corresponding Author: malikyakubi@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar persentase tingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia dengan menggunakan instrumen penilaian four-tier multiple choice (FTMC) dan mengetahui tanggapan guru terhadap instrumen penilaian FTMC dalam menganalisis tingkat pemahaman siswa. Jenis penelitiannya adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 2 sebanyak 31 orang dan 5 orang guru mata pelajaran kimia Tahun Ajaran 2016/2017 yang ditentukan berdasarkan teknik random sampling. Data penelitian diperoleh menggunakan tes dan angket. Tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda FTMC sebanyak 15 butir dan lembar angket tanggapan guru sebanyak 5 pertanyaan. Hasil analisis terhadap data penelitian menunjukkan bahwa persentase tingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia yang menggunakan instrumen FTMC yang dikategorikan memahami konsep sebesar 43%, tidak memahami konsep 27%, miskonsepsi 19%, dan error 11% serta tanggapan guru terhadap penggunaan instrumen penilaian FTMC dalam menganalisis tingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia dikategorikan baik sekali dengan persentase 92%. Kata kunci: four-tier multiple choice, tingkat pemahaman, ikatan kimia. Abstract The study titled Analyze of level of students understanding in learning of chemical bonding by using instrumentation of Four-Tier Multiple Choice had been done in Class X of SMA Negeri 4 Banda Aceh. The objectives of study were to understand level of understanding in learning of chemical bonding by using the instrumentation of four-tier multiple choice (FTMC) and to understand teacher s responses to the instrumentation in analyzing of students understanding. The descriptive research used qualitative approach. Then, subject of study was 31 students of class X IPA 2 and 5 teachers of chemistry department in academic year of 2016/2017 which was determined by using technique of random sampling. Data were collected by using test and questionnaire. The test used 15 questions of FTMC and 5 questions of questionnaire. The result of study indicated that the level of students understanding which was analyzed by using FTMC were 43% of understand the concept, 27% of wrong conception, 19% of misconception, and 11% of error conception. Furthermore, the teachers responses to the implementation of FTMC were categorized as very good with a percentage of 92%. Keyword: four-tier multiple choice, level of understanding, chemical bonding. Pendahuluan Kimia merupakan mata pelajaran yang memiliki kompleksitas yang cukup tinggi, terdapat banyak sekali konsep abstrak dan berkembang sangat cepat. Materi yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran sangat banyak dan saling berhubungan, sehingga apabila salah satu konsep materi tidak tertanam dengan kuat maka siswa cenderung akan mengalami kesulitan dengan konsep materi yang lain. Selain dituntut menguasai materi yang kuat, siswa juga harus memahami tiga aspek yang saling berhubungan yakni aspek makroskopik, mikroskopik, dan simbolik. Aspek makroskopik berhubungan dengan sifat suatu materi yang dapat diamati langsung oleh siswa, aspek mikroskopik berhubungan dengan partikel penyusun suatu materi (atom, molekul, ion), sedangkan aspek simbolik berhubungan dengan simbol dan perhitungan kimia (Chandra dalam Rachmawati, 2014). 19

Berdasarkan hasil observasi penulis selama Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan wawancara dengan guru-guru kimia di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Banda Aceh pada tanggal 20 Februari 2016 diperoleh informasi bahwa salah satu materi yang dianggap sulit adalah ikatan kimia. Menurut siswa konsep materi ikatan kimia jauh dari pengalaman sehari-hari, siswa tidak dapat melihat atom, struktur, dan interaksi antar atom sehingga sulit bagi siswa untuk memahami konsep-konsep yang terdapat dalam materi ikatan kimia. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi ikatan kimia dapat menghambat siswa untuk memahami materi yang lebih tinggi. Hasilnya siswa membangun suatu pemahaman pribadi terhadap fenomena dan konsep sains yang mereka terapkan dalam pelajaran sains. Konsep yang dibangun oleh siswa dengan berdasarkan pemahaman pribadi, memunculkan implikasi dimana siswa membangun pemahaman konsep yang tidak lengkap (Dahar, 2011). Kesulitan siswa dalam memahami materi ikatan kimia perlu dianalisis untuk mengetahui penyebab kesulitannya sehingga dapat ditentukan pemecahannya. Penilaian yang tepat berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar, memotivasi siswa untuk belajar dan sebagai penghargaan atas usaha yang telah mereka lakukan. Penilaian harus bersifat diagnostik agar dapat memperbaiki proses pembelajaran, artinya penilaian tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian penanganan yang tepat (Arikunto, 2012). Oleh karena itu, perlu dilakukannya suatu penilaian agar dapat mengetahui kemajuan siswa dalam memahami materi pembelajaran dan kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi oleh siswa dalam proses kegiatan belajar (Hamalik, 2010). Instrumen penilaian yang baik adalah yang memenuhi syarat-syarat atau kaidah tertentu yang dapat memberikan data akurat sesuai dengan fungsinya, dan hanya mengukur sampel perilaku tertentu (Arifin, 2009). Salah satu bentuk instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk melakukan diagnostik adalah four-tier multiple choice (FTMC). Instrumen ini merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat. Instrumen penilaian FTMC dirancang untuk menentukan seberapa kuat siswa menguasai konsep melalui tingkat keyakinan dalam menjawab pertanyaan. Menurut Kaltakci (2016) format FTMC disusun atas 4 tingkatan, yaitu tingkatan pertama untuk soal pengetahuan dalam bentuk pilihan ganda dengan empat atau lima pilihan jawaban, tingkat kedua berisi tentang tingkat keyakinan atas jawaban pada tingkat pertama, tingkat ketiga berisi tentang penyajian alasan jawaban pada tingkat pertama dan tingkat terakhir disajikan pertanyaan penegasan tentang keyakinan terhadap jawaban pada tingkat ketiga. Penambahan tingkat keyakinan masing-masing jawaban dan alasan dapat mengukur perbedaan tingkat pengetahuan siswa sehingga akan membantu dalam mendeteksi tingkat pemahaman siswa. Metode Penelitian Pendekatan yang diterapkan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini fokus pada identifikasi tingkat pemahaman konsep siswa dengan menggunakan instrumen penilaian FTMC. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2010). Deskripsi yang akan diberikan dalam penelitian ini mengenai identifikasi tingkat pemahaman konsep pada materi ikatan kimia dan mengetahui tanggapan guru terhadap instrumen penilaian FTMC. Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IA 2 berjumlah 31 orang dan 5 orang guru mata pelajaran SMA Negeri 4 Banda Aceh Tahun Ajaran 2016/2017. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dan angket. Tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda FTMC sebanyak 15 butir. Tes ini bertujuan untuk memperoleh data tingkat pemahaman siswa terhadap materi ikatan kimia. Lembar angket tentang tanggapan guru digunakan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap instrumen penilaian FTMC 20

Teknik Analisis Data Analisis data yang dilakukan meliputi validasi instrumen, validitas item tes, reliabilitas, analisis tingkat pemahaman siswa, dan interpretasi hasil instrumen penilaian FTMC. Pengujian validasi instrumen dilakukan oleh 2 orang dosen ahli. Pengujian validiitas item soal menggunakan teknik korelasi Point Biserial (rpbi). Pengujian reliabilitas menggunakan korelasi Spearman-Brown dengan teknik belah dua (ganjil-genap). Analisis tingkat pemahaman siswa mengadaptasi kombinasi jawaban yang digunakan oleh Kaltacki dan Eryilmaz (2015) dalam menganalisis setiap kombinasi jawaban pemahaman konsep siswa. Pemahaman konsep siswa dalam dalam instrumen penilaian FTMC dapat dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu memahami konsep, tidak paham konsep, miskonsepsi dan error seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis Kombinasi Jawaban pada Instrumen Penilain FTMC Tipe Jawaban Kategori Confidence Jawaban Alasan Rating Index Confidence Rating Index Memahami Konsep Benar CRI > 2,5 Benar CRI > 2,5 Benar CRI > 2,5 Benar CRI 2,5 Benar CRI > 2,5 Salah CRI 2,5 Benar CRI 2,5 Benar CRI > 2,5 Benar CRI 2,5 Benar CRI 2,5 Tidak Memahami Benar CRI 2,5 Salah CRI 2,5 Konsep Salah CRI > 2,5 Benar CRI 2,5 Salah CRI > 2,5 Salah CRI 2,5 Salah CRI 2,5 Benar CRI 2,5 Salah CRI 2,5 Salah CRI 2,5 Benar CRI > 2,5 Salah CRI > 2,5 Miskonsepsi Benar CRI 2,5 Salah CRI > 2,5 Salah CRI > 2,5 Salah CRI > 2,5 Error Salah CRI 2,5 Salah CRI > 2,5 Salah CRI > 2,5 Benar CRI > 2,5 Salah CRI 2,5 Benar CRI > 2,5 Berdasarkan Tabel 1, opsi tingkat keyakinan yang digunakan dalam FTMC dalam penelitian ini menggunakan Confidence Rating Index (CRI) dengan empat pilihan jawaban yang didasarkan skala Likert yang digunakan oleh Schafer (2013) dalam penelitiannya yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Skala Tingkat Keyakinan (Confidence Rating Index) dan Kriterianya CRI Kriteria 1 Menebak (guessing) 2 Tidak yakin (uncertain) 3 Yakin (confident) 4 Sangat yakin (very confident) Kemungkinan jawaban siswa tersebut dihitung untuk mengetahui persentase siswa pada masing-masing kategori memahami, tidak memahami, error, dan miskonsepsi dalam setiap konsep. P = f n x 100% Keterangan: 21

P = Persentase (% kelompok) F = Frekuensi (jumlah) pada setiap kelompok N = Jumlah seluruh siswa Selanjutnya dideskripsian data tingkat pemahaman konsep siswa menurut (Sudijono, 2009), yaitu: Tabel 3 Pendeskripsian Data Tingkat Pemahaman Konsep Persentase % Kriteria Tingkat Pemahaman 80 100 Baik Sekali 66 79 Baik 56 65 Cukup 46 55 Kurang 30 45 Gagal Hasil Dan Pembahasan Validasi Instrumen Validasi instrumen dilakukan secara analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisisis butir soal secara kualitatif terhadap butir soal objektif bentuk pilihan ganda beralasan sebanyak 20 butir soal dilakukan oleh validator ahli yaitu dosen pada Program Studi Pendidikan Kimia Unsyiah. Setiap validator diminta untuk memberikan penilaian dengan menelaah terhadap butir soal dan dosen penelaah diberikan kesempatan untuk memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan komentar, kritik dan saran serta memberikan nilai pada setiap butir soal dengan kriteria soal baik, perlu diperbaiki, atau diganti. Soal-soal yang tidak sesuai dengan aspek yang dinilai selanjutnya diperbaiki hingga hasil analisis diperoleh 100%. Butir soal yang telah mencapai 100% dikatakan sudah mencapai tingkat validitasnya. Analisis secara kuantitatif meliputi validitas item soal dan reliabilitas. Validitas item tes dihitung dengan Microsoft Excel dibandingkan dengan harga rtabel dengan db 28 pada taraf signifikan 5% yaitu 0,361. Berdasarkan hasil analisis dari 15 butir item yang diuji ternyata hanya 11 item yang dinyatakan valid sedangkan 4 item yang dinyatakan tidak valid. Butir item yang valid tersebut yakni item nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13 dan 15 dan butir item yang tidak valid yakni iten nomor 2, 9, 10 dan 14. Data yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah data yang diperoleh dari jawaban yang diberikan oleh siswa terhadap 15 butir soal. Hasil tersebut diolah dan dihitung indeks korelasi dengan persamaan korelasi product moment menggunakan Microsoft Excel. Analisis reliabilitas menghasilkan nilai reliabilitas 0,7177. Hasil r11 ini lebih dari nilai rtabel. Artinya, soal tes item yang dianalisis reliabel dengan kriteria tinggi. Data hasil penelitian yang diperoleh dari instrumen penilaian FTMC dianalisis untuk mengetahui persentase tingkat pemahaman konsep siswa terhadap penggunaan tes tersebut sehingga dapat membedakan siswa yang berpeluang memahami konsep, tidak memahami konsep, miskonsepsi ataupun error. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis jawaban siswa diketahui bahwa tingkat pemahaman yang dimiliki siswa pada materi ikatan kimia masing-masing indikator soal yang diberikan menunjukkan hasil berbeda-beda. Siswa dikatakan memahami konsep terhadap materi ikatan kimia apabila jawaban menjawab benar pada soal tingkat satu dengan tingkat keyakinan > 2,5 dan menjawab benar pada soal tingkat tiga dengan tingkat keyakinan > 2,5. Rekapitulasi persentase tingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rekapitulasi Persentase Tingkat Pemahaman Siswa pada Materi Ikatan Kimia Indikator Soal Persentase (%) 22

Menjelaskan kestabilan Suatu Unsur Berdasarkan Konfigurasi Elektron Proses Pembentukan Ikatan Ion Beserta Contohnya Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Beserta Contohnya Menentukan Kepolaran Suatu Molekul Menjelaskan Proses Pembentukan Ikatan Logam Beserta Contohnya Memahami Konsep Tidak Memahami Konsep Miskonsepsi Error 91,94 3,23 3,23 1,61 33.33 22,58 29,03 15,05 32,26 26,88 22,58 18,28 22,58 40,32 29,03 8,06 35 19 29 16 Menganalisis Pembentukan Senyawa Berdasarkan 28,51 45,16 16,13 12,90 Pembentukan Ikatan Hubungan Antara Keelektronegatifan Unsur dengan Kecenderungan 66,13 29,03 3,23 1,61 Interaksi Antarmolekulnya Rata-rata 43,01 26,88 19,14 10,97 1. Analisis Pemahaman Konsep Siswa dalam Menjelaskan Kestabilan Suatu Unsur Berdasarkan Konfigurasi Elektron Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa dalam menjawab indikator I berdasarkan pada Tabel 2 yang memahami konsep 92%, tidak memahami konsep 3%, miskonsepsi 3%, dan error sebesar 1,5%. Dari hasil persentase rata-rata pada kategori memahami konsep yang diperoleh yaitu sebesar 91,94%, dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa baik sekali dalam menjelaskan kestabilan suatu unsur berdasarkan konfigurasi elektron sesuai dengan konsep. 2. Analisis Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menjelaskan Proses Pembentukan Ikatan Ion Beserta Contohnya Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator II berdasarkan Tabel 2 yang memahami konsep sebesar 33,33%, tidak memahami konsep 22,58%, miskonsepsi 29,03%, dan error 15,05%. Dari hasil persentase rata-rata dapat dikategorikan pemahaman siswa gagal karena siswa yang memahami konsep hanya 33,33%. Hal ini disebabkan karena siswa belum sepenuhnya memahami cara menentukan rumus senyawa, tidak bisa menentukan unsur yang melepas dan menangkap elektron berdasarkan konfigurasi elektron, siswa tidak bisa menentukan rumus senyawa dan jenis ikatan yang mungkin terjadi pada senyawa berdasarkan suatu reaksi serta siswa hanya menghafal pengertian dari ikatan ion tanpa mengetahui mekanisme dan interaksi yang terjadi dalam ikatan ion. 3. Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menjelaskan Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Beserta Contohnya 23

Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator III berdasarkan tabel 2 yang memahami konsep 32,26%, tidak memahami konsep 26,88%, miskonsepsi 22,58% dan error 18,28%. Dari hasil persentase rata-rata tersebut dapat dikatakan pemahaman siswa gagal karena hanya 32,26% siswa yang paham konsep. Hal ini disebabkan siswa hanya mampu menuliskan senyawa yang terbentuk tanpa menjelaskan cara-cara senyawa tersebut berikatan, siswa tidak memahami hubungan energi afinitas dengan ikatan kovalen, tidak bisa menentukan rumus senyawa dan jenis ikatan yang mungkin terjadi pada senyawa berdasarkan suatu reaksi serta siswa masih memahami bahwa pasangan elektron yang digunakan dalam ikatan kovalen koordinasi berasal dari kedua atom yang berikatan, padahal pasangan elektron yang digunakan bersama-sama berasal dari salah satu atom yang berikatan. 4. Tingkat Pemahaman Konsep Siswa dalam Menentukan Kepolaran Suatu Molekul Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator IV berdasarkan Tabel 2 yang memahami konsep 22,58%, tidak memahami konsep 40,32%, miskonsepsi 29,03%, dan error 8,06%. Dari hasil persentase rata-rata yang diperoleh dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa gagal dalam menentukan kepolaran suatu molekul karena hanya 22,58% siswa yang memahami konsep. Hal ini disebabkan karena siswa masih belum memahami konsep untuk mengukur tingkat kepolaran molekul berdasarkan harga keelegtronegatifan, siswa masih kurang memahami cara menentukan PEB ataupun PEI dalam suatu senyawa dan siswa belum paham hubungan PEB dengan sifat kepolaran suatu molekul. 5. Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menjelaskan Proses Pembentukan Ikatan Logam Beserta Contohnya Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator V berdasarkan Tabel 2 yang memahami konsep 35%, tidak memahami konsep sebesar 19%, miskonsepsi 29%, dan error sebesar 16%. Dilihat dari persentase rata-rata pada kategori memahami konsep yang diperoleh dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa gagal dalam menjelaskan proses pembentukan ikatan logam beserta contohnya. Hal ini disebabkan karena siswa masih belum bisa membedakan antara ikatan kovalen dengan ikatan logam dan masih kurang memahami mekanisme terjadinya ikatan logam. 6. Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menganalisis Pembentukan Senyawa Berdasarkan Pembentukan Ikatan (Berhubungan Dengan Kecenderungan Atom untuk Mencapai Kestabilan) Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator VI berdasarkan Tabel 2 yang memahami konsep sebesar 25,81%, tidak memahami konsep 45,16%, miskonsepsi 16,13%, dan error 12,90%. Dari hasil persentase rata-rata pada kategori memahami konsep yang diperoleh yaitu sebesar 25,81% dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa gagal menganalisis pembentukan senyawa berdasarkan pembentukan ikatan. Hal ini disebabkan karena siswa masih belum bisa meramalkan bentuk molekul, siswa beranggapan bahwa PEB tidak memiliki pengaruh dalam penentuan bentuk molekul dan siswa belum memahami cara menentukan kepolaran dari suatu bentuk molekul serta siswa kurang memahami cara menentukan elektron yang digunakan dari dua buah atom yang berikatan agar memenuhi aturan oktet. 7. Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menganalisis Hubungan Antara Keelektronegatifan Unsur dengan Kecenderungan Interaksi Antar Molekulnya Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator VII berdasarkan Tabel 2 yang memahami konsep sebesar 66,13%, tidak memahami konsep 29,03%, miskonsepsi 3,23%, dan error 1,61%. Dari hasil persentase rata-rata pada kategori memahami konsep yang diperoleh sebesar 66,13% dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa baik dalam menganalisis hubungan keelektronegatifan unsur dengan kecenderungan interaksi antar molekulnya. 24

Berdasarkan data Tabel 2, dapat dilihat bahwa tingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia sangat rendah. Padahal tes ini diberikan tepat setelah materi ikatan kimia diajarkan. Sehingga seharusnya materi tersebut masih teringat jelas dalam ingatan siswa. Berikut diagram perbandingan persentase tingkat pemahaman siswa dapat dilihat pada Gambar. 27% 19% 11% Memahami Konsep Tidak Memahami Konsep 43% Miskonsepsi Error Gambar 1. Diagram Perbandingan Siswa Memahami Konsep, Tidak Memahami, Miskonsepsi Dan Error Pada Materi Ikatan Kimia Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa persentase siswa yang tergolong memahami konsep sebesar 43%, tidak memahami konsep 27%, miskonsepsi 19%, dan error 11%, maka dari hasil persentase yang diperoleh dapat disimpulkan secara keseluruhan tingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia dikategorikan gagal karena hanya 43% siswa yang menjawab benar pada tingkat pertama dan tingkat ketiga serta nilai CRI pada tingkat kedua dan tingkat keempat >2,5. Instrumen penilaian FTMC yang digunakan dapat menggambarkan tingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia dengan mudah dan jelas dilihat dari hasil persentase yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ismail (2015) tentang FTMC yang digunakan untuk mendiagnostik siswa yang berpeluang memahami konsep sebesar 13,9%, miskonsepsi 39,9%, tidak memahami konsep 44,01%, serta siswa yang mengalami error 2,1%. Selanjutnya, Kaltakci (2015) berpendapat bahwa instrumen penilaian FTMC lebih akurat mendeteksi tingkat pemahaman siswa dalam suatu konsep serta data yang diperoleh sesuai dengan fakta. Pernyataannya itu diperkuatnya dengan berpendapat bahwa instrumen penilaian berupa FTMC dapat menilai tingkat pemahaman konsep suatu materi dan dapat dikembangkan dalam sampel yang lebih besar (Kaltakci, 2016). Angket tanggapan guru terdiri dari 5 butir pertanyaan terhadap penggunaan instrumen penilaian FTMC. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu mengenai instrumen penilaian FTMC dan kelebihannya. Pertanyaan dalam angket tersebut bertujuan untuk mengetahui tanggapan guru terhadap instrumen yang digunakan ini untuk menganalisis tingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia. Berdasarkan jawaban dan alasan yang diisi oleh guru, peneliti dapat menyimpulkan kelayakan instrumen penilaian ini dalam membantu guru mengevaluasi dan menganalisis pemahaman konsep siswa pada materi ikatan kimia. 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Pertanyaan 1 Pertaanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Gambar 2 Grafik tanggapan guru terhadap penerapan instrumen penilaian FTMC 25

Berdasarkan Gambar 2 persentase rata-rata hasil tanggapan guru terhadap penerapan instrumen penilaian FTMC secara keseluruhan diperoleh sebesar 92% sehingga dapat dikatakan penilaian angket dengan kategori baik sekali. Dari hasil persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa instrumen FTMC dapat membantu guru dalam mengevaluasi hasil belajar dan menganalisis tingkat pemahaman siswa terhadap konsep materi ikatan kimia. Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa: 1. Persentase ingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia yang dianalisis menggunakan instrumen penilaian FTMC yang dikategorikan memahami konsep sebesar 43%, tidak memahami konsep 27%, miskonsepsi 19%, dan error 11%. 2. Tanggapan guru terhadap instrumen penilaian FTMC dalam menganalisis tingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia dikategorikan baik sekali dengan persentase 92%. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang diperoleh, maka penulis menyarankan kepada guru diharapkan dapat memilih metode atau model pembelajaran yang lebih variatif disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa dalam pembelajaran kimia khususnya pada materi ikatan kimia agar dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi ikatan kimia. Karena banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk memperluas konsep siswa dengan menambah bahan ajar dan informasi. Misalnya dengan menggunakan multimedia animasi, diskusi kelompok, peta konsep serta percobaan dan pengalaman lapangan. Referensi Arikunto, S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Hamalik, O. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Ismail, I.I, 2015. Diagnostik Miskonsepsi Melalui Listrik Dinamis Four Tier Test. ISBN, 381-384. Kaltakci, D dan Eryilmaz, A. 2015. A Review and Comparison og Diagnostic Instrumen to Identify Student s Misconception in Science. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Tecnologi Education, 11(5): 989-1008. Kaltakci, D dan Eryilmaz, A. 2016. Identifying Pre-service Physics Teachers Misconception and Conceptual Difficultes About Geometrical Optical. Eurasia Journal of Physics, 37: 1-30. Racmawati, L. 2014. Pengembangan dan Penerapan Instrumen Diagnostik Two-Tier dalam Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Tentang Atom dan Molekul. Edusentris, 2(1): 41-49. Schaffer, L.D. 2013. The Development and Validation of A Three-Tier Diagnostic Test Measuring Pre-Service Elementary Education and Secondary Science Teachers Understanding of the Water Cyle. Tesis. The Faculty of the Graduate School University of Missouri. Sukardi, H.M. 2010. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara Sudijono, A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 26