BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian asuransi menurut UU RI No.2 Tahun 1992, seperti yang dikutip

TRANSLATED. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. Tujuan dari standar ini adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 PENDAPATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH TEORI AKUNTANSI PENDAPATAN

PENDAPATAN. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

01. Tujuan Pernyataan ini adalah melengkapi pengaturan dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi.

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Koperasi

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut IAI (2004 dan 2009) pendapatan (revenue) adalah :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat berbeda-beda tergantung

BAB II LANDASAN TEORI. Kontrak Jangka Panjang (Konstruksi) penjualan terjadi (proses pengiriman) karena saat itu resiko penjualan dan

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN RERANGKA PEMIKIRAN. yang lengkap biasanya meliputi neraca,laporan laba rugi, laporan perubahan posisi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan. keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2):

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto

BAB II LAPORAN ARUS KAS

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau Wetboek van Koophandel

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. lagi bahwa akuntansi disebut sebagai bahasa dari keputusan-keputusan. Hal ini

EVALUASI PENGAKUAN PENDAPATAN KONTRAK KONSTRUKSI BERDASARKAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN

posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan beban merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, kedua pos

Diajukan Guna Memenuhi Salah satu syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi NPM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. beban underwriting ada baiknya terlebih dahulu mengetahui kebijakan akuntansi yang

PENDAPATAN PSAK 23. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 9. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Analisis Aktivitas Pendanaan

ANALISIS PENGAKUAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI. I B R A H I M STIE-YPUP Makassar

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan. Pada pokoknya laporan keuangan ditujukan kepada pihak-pihak di

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan. menggunakan metode accrual basis dimana sumber utama dari

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Proses Bisnis Asuransi Kerugian Proses Bisnis Asuransi Kerugian Secara Umum

Catatan 31 Maret Maret 2010

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

BAB II URAIAN TEORITIS. Sapto (2004) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Atas. Pengakuan Pendapatan dan Beban Dalam Kaitannya Dengan PSAK No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Laporan Arus Kas Pada PO. Gunung Sembung Putra Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

.KONSEP PENGAKUAN PENDAPATAN DENGAN METODE PERSENTASE PENYELESAIAN UNTUK KONTRAK KONSTRUKSI. Sri Supadmini *) Abstrak

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut Warren (2005 : 63) pendapatan (revenue) adalah peningkatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank adalah

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Laba sebagai Indikator Kinerja Perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS. untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan sehingga kas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VII PENDAPATAN : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja manajemen, laporan arus kas dan laporan perubahan posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat meramalkan apa yang akan terjadi diwaktu yang akan

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar.

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /SEOJK.05/2017

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 62. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan pedoman atau petunjuk

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 SAK merupakan pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun dan unit ekonomi lainnya di Indonesia agar laporan keuangan lebih berguna, dapat dimengerti dan diperbandingkan serta tidak menyesatkan bagi pemakainya. Sehubungan dengan itu didalam SAK Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memuat pernyataan mengenai hal-hal yang diatur di SAK. Dalam dunia usaha dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi, peran akuntansi sebagai sistem informasi keuangan menjadi semakin penting sebagai alat bantu bagi orang yang berkecimpung dan terlibat didalamnya agar mereka bersikap arif dalam pengambilan keputusan ekonomi. Akuntansi keuangan merupakan salah satu cabang ilmu dan praktek akuntansi yang berhubungan dengan permasalahan laporan keuangan perusahaan kepada berbagai pihak pengambilan keputusan diluar manajemen perusahaan. Dalam menyusun laporan laba rugi perusahaan harus berlandaskan pada Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku atau prinsip akuntansi yang diterima secara umum. Prinsip Akuntansi Indonesia memuat konsep dasar prinsip, metode dan teknik akuntansi yang merupakan norma umum dalam praktek penyusunan laporan keuangan khususnya yang ditujukan kepada pihak luar yaitu akuntansi

keuangan. Prinsip akuntansi yang diterima umum adalah istilah yang digunakan secara luas pada konsep atau pedoman dan praktek terinci dalam akuntansi. Menurut Harahap (1993 : 69) : Prinsip akuntansi mencakup konvensi, peraturan dan prosedur yang ada disusun dan disyahkan oleh lembaga resmi pada saat tertentu, prinsip ini merupakan konsensus pada kala itu tentang pencatatan sumber-sumber ekonomis kewajiban, modal, hasil, biaya, dan perubahannya. Dalam prinsip ini dijelaskan apa yang dicatatnya dan bagaimana mengungkapkannya dalam laporan keuangan yang disajikan. PSAK No. 28 memiliki tujuan utama yaitu untuk mengatur perlakuan akuntansi dalam transaksi yang berkaitan secara khusus dengan industri asuransi kerugian. Oleh karena itu sifat dari aktivitas yang dilakukan pada kontrak kontruksi, tanggal saat aktivitas mulai dilakukan dan tanggal saat aktivitas itu diselesaikan biasanya jatuh pada periode akuntansi yang berlainan. Oleh karena itu persoalan utama dalam akuntansi asuransi adalah alokasi pendapatan premi yang diterima. PSAK No. 28 menggunakan kriteria pengakuan yang diatur dalam kerangka dasar penyusunan laporan keuangan untuk menentukan kapan pendapatan dan beban dalam daftar rugi laba. PSAK No. 28 juga menyediakan pedoman pelaksanaan penerapan kriteria tersebut. Pernyataan yang terdapat dalam PSAK No. 28 ini harus diterapkan pada akuntansi asuransi kerugian didalam laporan keuangan asuransi.

B. Pengertian Asuransi Dalam perkembangan dunia usaha yang terjadi selama ini tidak seorangpun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang secara sempurna, meskipun dengan menggunakan berbagai alat analisis. Setiap ramalan yang dilakukan tidak akan terlepas dari kesalahan perhitungan yang telah dilakukan. Penyebab melesatnya hasil ramalan karena dimasa yang akan datang penuh dengan ketidakpastian, bahkan untuk hal tertentu sama sekali tidak dapat diperhitungkan seperti maut dan rezeki. Jadi wajar jika terjadinya sesuatu dimasa yang akan datang hanya dapat direka-reka semata. Resiko dimasa yang akan datang dapat terjadi terhadap kehidupan seseorang misalnya kematian, sakit atau resiko dipecat dari pekerjaannya. Dalam dunia bisnis resiko yang dihadapi dapat berupa resiko kerugian akibat kebakaran, kerusakan, kehilangan atau resiko lainnya. Oleh karena itu setiap resiko yang akan dihadapi harus ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi. Pengertian usaha asuransi menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1992 tentang usaha asuransi yang dikutip oleh Kasmir (2002 : 276) adalah sebagai berikut : Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

PSAK No. 28 (2002 : 01) menyebutkan bahwa : Usaha asuransi kerugian memiliki karakteristik khusus yang membuat akuntansi industri atau transaksi asuransi menjadi relatif rumit. Pendapatan diketahui dan terjadi terlebih dahulu, sementara beban klaim yang merupakan beban utama, belum terjadi dan diliputi ketidakpastian baik mengenai kejadian maupun jumlahnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perjanjian asuransi tertuang dalam polis asuransi, dimana disebutkan syarat-syarat, hak-hak, kewajiban masing-masing pihak, jumlah uang yang dipertanggungkan dan jangka waktu asuransi. Jika dalam masa pertanggungan terjadi resiko maka pihak asuransi akan membayar sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat dan ditandatangani bersama sebelumnya. C. Pengertian Pendapatan Pendapatan umumnya merupakan aliran masuk aktiva yang diterima perusahaan dari aktivitas usahanya dimana setiap perusahaan berbeda dalam memberikan sebutan seperti penghasilan jasa, bunga, deviden, royalti, dan sewa tergantung jenis usaha yang dilakukannya. Aktivitas perusahaan untuk memperoleh pendapatan tersebut berupa kegiatan penjualan hasil produksi, pemberian jasa dan persetujuan dengan pihak lain untuk menggunakan sumber daya perusahaan dengan imbalan bunga, sewa, royalti, honorarium dan lainnya. Pengertian tentang pendapatan yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 06) Pendapatan

adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Definisi tersebut menyatakan bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga seperti pajak pertambahan nilai bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas dan karena itu harus mengeluarkan pendapatan. Dalam hubungan keagenan, arus bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan karena bukan merupakan pendapatan hanya komisi yang diterima. Sedangkan menurut Baridwan (1997 : 10) mengemukakan bahwa : Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu periode tertentu. Pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas dan karena itu harus dikeluarkan dari pendapatan. Begitupun dalam keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan dan karena itu bukan merupakan pendapatan. Sedangkan Hendriksen (1993 : 164)

mengemukakan bahwa : konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan proses arus yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jangka waktu tertentu. Konsep pendapatan melalui pendekatan yang menekankan pada dasar terciptanya suatu pendapatan yaitu dimulai dengan proses menghasilkan barang atau jasa dikenal sebagai proses produksi selama suatu masa tertentu, kemudian hasil produksi tersebut didistribusikan kepada masyarakat yang memerlukan melalui penjualan barang atau jasa dan akhirnya timbullah pendapatan bagi perusahaan. Jadi pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, penghasilan bunga, dan lain-lain. Didalam kepustakaan akuntansi ditemukan beberapa pendekatan terhadap pendapatan, namun pada dasarnya konsep pendapatan didekati dari dua sudut pandang yaitu : a. Pandangan yang memusatkan perhatian pada arus masuk aktiva yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan. b. Pandangan yang memusatkan perhatian pada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan dan transfer barang dan jasa tersebut kepada konsumen atau produsen lainnya. Berdasarkan pendekatan ini dasar timbulnya pendapatan diawali dengan adanya proses penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama masa waktu tertentu, kemudian barang dan jasa yang diciptakan tersebut akan keluar dari perusahaan.

Konsep pendapatan sebenarnya adalah suatu proses mengenai arus penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jangka waktu tertentu. Konsep pendapatan seringkali didekati melalui pengaruhnya terhadap equity pemilik. Konsep pendapatan belum dirumuskan dengan jelad dalam kepustakaan akuntansi karena pendapatan biasanya dikaitkan dengan prosedur akuntansi tertentu, jenis perubahan nilai tertentu dan kaidah implisit atau yang diasumsikan untuk menetapkan kapan pendapatan dikaitkan dengan pengukuran dan saat pencatatan dalam konteks tata buku berpasangan. Dalam kepustakaan akuntansi dikemukakan dua pendekatan terhadap konsep pendapatan yang berfokus pada arus masuk aktiva kedalam perusahaan sebagai hasil kegiatan operasi perusahaan. Konsep ini menekankan bahwa pendapatan akan mengakibatkan aktiva atau penurunan kewajiban sebagai hasil dari aktivitas yang dilakukan perusahaan. Aktivitas perusahaan untuk memperoleh pendapatan tersebut berupa kegiatan penjualan hasil produksi, pemberian jasa dan persetujuan dengan pihak lain untuk menggunakan sumber daya perusahaan dengan imbalan bunga, sewa, royalti, honorarium dan lainnya. Menurut Hendriksen (1993 : 163) ada dua pendekatan yang membahas konsep hal ini, yaitu : Satu diantaranya berfokus pada arus masuk aktiva sebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan dan yang lainnya berfokus pada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta penyalurannya kepada konsumen dan produsen lainnya.

Pada dasarnya, pendapatan ini mempunyai definisi yang bermacam-macam. Menurut Harahap (1993 : 39) pendapatan dibedakan dalam dua pandangan yang berbeda : a. Secara luas, pendapatan dianggap termasuk seluruh hasil dari perusahaan dan kegiatan investasi. Termasuk pendapatan adalah seluruh perubahan net asset yang timbul dari kegiatan produksi dan dari laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva dan investasi. b. Secara sempit, pendapatan berasal dari kegiatan produksi tidak termasuk laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva tetap. Pendekatan pendapatan yang menekankan pada terciptanya pendapatan merupakan konsep pendapatan. Konsep pendapatan tersebut adalah penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Pendekatan pendapatan yang menekankan pada aktiva bagi perusahaan melihat sumber atau asal dari pendapatan itu sendiri. Konsep pendapatan yang lain berfokus pada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta penyalurannya kepada konsumen atau produsen lainnya. Konsep ini menekankan bahwa timbulnya pendapatan dimulai dengan penciptaan barang atau jasa melalui proses produksi selama jangka waktu tertentu dan selanjutnya mendistribusukan hasil produksi tersebut pada konsumen lainnya. Menurut Harahap (1993 : 39) mendefinisikan sebagai berikut : Revenue berasal dari penjualan barang dan pemberian jasa dan diukur dengan jumlah yang dibebankan kepada pelanggan, klaim atas barang dan jasa yang disiapkan untuk mereka. Juga termasuk laba dari penjualan atau pertukaran asset (kecuali surat berharga), hak deviden dari investasi dan kenaikan lainnya pada equity pemilik kecuali yang berasal dari modal donasi dan penyesuaian modal.

Konsep pendapatan yang lain berfokus pada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta penyalurannya kepada konsumen atau produsen lainnya. Konsep ini menekankan bahwa timbulnya pendapatan dimulai dengan penciptaan barang atau jasa melalui proses produksi selama jangka waktu tertentu dan selanjutnya mendistribusikan hasil produksi tersebut kepada konsumen lainnya. Pandangan umum menyatakan bahwa terciptanya pendapatan apabila terjadi penyerahan barang atau jasa kepada langganan atau klien. Nilai tukar produk atau jasa perusahaan merupakan ukuran terbaik bagi pendapatan. Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Pendapatan ini menunjukkan ekuivalen kas atau nilai sekarang dari pendiskontoan tagihan uang yang aktivanya akan diterima dari transaksi pendapatan. Kegiatan perusahaan dalam penciptaaan pendapatan dimulai dengan memproses sumber daya yang berupa tenaga kerja, bahan baku, modal dan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Aktivitas selanjutnya adalah melaksanakan penjualan atas barang hasil produksi tersebut kepada konsumen atau perusahaan lain yang akan menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Suatu penjualan barang selalu dibedakan antara penjualan kotor dan penjualan bersih. Jumlah yang dibebankan kepada pelanggan sesuai dengan harga penjualan disebut dengan penjualan kotor. Sedangkan bila penjualan kotor dikurangi dengan rabat penjualan yang diberikan kepada pelanggan atau barangbarang yang dikembalikan oleh sebab sesuatu hal maka selisih dari penjualan kotor dan pengurangan atas penjualan tersebut disebut dengan penjualan bersih.

D. Sumber-sumber dan Jenis Pendapatan Pada dasarnya pendapatan itu timbul dari penjualan barang atau penyerahan jasa kepada pihak lain dalam periode akuntansi tertentu. Pendapatan dapat timbul dari penjualan, proses produksi, pemberian jasa, termasuk pengangkutan dan proses penyimpangan. Dalam perusahaan dagang, pendapatan timbul terutama dari penjualan barang dagang. Pada perusahaan manufaktur, pendapatan diperoleh dari penjualan produk selesai sedangkan untuk perusahaan jasa, pendapatan usaha dari penyerahan jasa kepada pihak lain. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 01) menyebutkan bahwa dalam akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi adalah sebagai berikut : a. Penjualan Barang b. Penjualan jasa, dan c. Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan biaya, royalti dan deviden. Adapun sumber pendapatan berbeda-beda bagi perusahaan sesuai dengan jenis usaha yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan. Secara umum pendapatan dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu : a. Pendapatan operasi perusahaan, yaitu pendapatan yang diterima perusahaan yang berhubungan langsung dengan usaha operasi pokok sebagai hasil dari penjualan barang atau jasa yang diberikan b. Pendapatan diluar operasi perusahaan, yaitu pendapatan yang diterima perusahaan yang tidak berhubungan langsung dengan usaha atau operasi

pokok perusahaan, biasanya jumlah pendapatan diluar operasi relatif kecil. Pendapatan diluar operasi dibagi dua kelompok : 1. Pendapatan dari kegiatan normal, yaitu pendapatan dari kegiatan yang cukup sering dilakukan seperti pendapatan deviden, bunga dan sewa. 2. Pendapatan diluar kegiatan normal, yaitu pendapatan karena penjualan atau pertukaran aktiva yang bukan barang dagangan yang dikenal dengan istilah gain, dimana gain ini merupakan arus masuk dari aset. E. Pengakuan Pendapatan Laporan laba rugi yang disajikan dalam suatu perusahaan darimana sumber penghasilan diperoleh, serta jenis-jenis biaya yang menjadi pengurang penghasilan, dan laba diperoleh perusahaan dalam suatu periode akuntansi, biasanya jangka periode tersebut adalah satu tahun. Jadi laporan laba rugi berguna untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai dalam perusahaan, dan juga mengetahui berapa pendapatan, biaya dan laba bersih yang diraih dalam satu periode akuntansi. Permasalahan utama dalam akuntansi pendapatan adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Hal ini disebabkan karena sifat dan lamanya proses perolehan pendapatan berbeda-beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Secara umum pendapatan harus dapat dicatat apabila memenuhi dua kondisi yaitu proses laba telah selesai dan telah terjadi suatu pertukaran. Kriteria tersebut telah mengarahkan kepada pengakuan pendapatan yang konvensional pada satu titik tertentu dalam proses perolehan laba yaitu saat

barang atau jasa dijual atau diserahkan. Untuk barang yang diakui pada saat penjualan biasanya ditaksir dalam arti saat penyerahan barang kepada pelanggan. Pendapatan dari jasa-jasa diakui pada saat jasa telah dilaksanakan dan dapat ditagih dan pendapatan yang diperoleh karena pemberian ijin kepada pihak lain, untuk menggunakan sumber daya perusahaan diakui saat sumber daya dipergunakan. Pendapatan diakui melalui tahapan siklus operasi (yaitu saat penerimaan pesanan, produksi, penjualan dan penagihan). Sulitnya mengalokasikan pendapatan dan laba pada berbagai tahapan siklus operasi para akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk memilih suatu peristiwa yang krisis dalam siklus tersebut untuk pengakuan dan penentuan waktu pendapatan. Peristiwa yang krisis dipilih untuk menunjukkan kapan perubahan tertentu dalam aktiva dan utang bisa diperhitungkan secara tepat. Dalam perusahaan dagang sering terjadi adanya perbedaan saat persetujuan untuk menjual barang dengan saat dilakukannya penyerahan barang. Pada keadaan ini perusahaan harus menetapkan kebijakan mengenai saat pengakuan dan pencatatan barang dalam pembukuan. Sama halnya pada perusahaan kontraktor, khususnya untuk kontrak-kontrak jangka panjang dimana sering terjadi pada saat tutup buku pekerjaan belum selesai sehingga perusahaan harus manaksir berapa pendapatan yang dapat dilaporkan untuk laporan keuangan dalam periode akuntansi. Pada dasarnya tujuan pengakuan pendapatan adalah agar prestasi perusahaan diperlihatkan sehingga laporan keuangan perusahaan dapat mencerminkan apa

yang sebenarnya atau mendekati kebenaran dan tidak menyesatkan bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Realisasi adalah suatu perubahan dalam aktiva atau utang telah cukup pasti dan objektif sehingga dapat diberikan pengakuan atas perkiraan-perkiraan itu. Pengakuan ini bisa didasarkan pada transaksi pertukaran antar pihak-pihak yang independent atau atas dasar pelaksanaan kontrak yang dianggap benar-benar pasti. Adanya tafsiran-tafsiran yang berbeda tentang prinsip realisasi dan yang digunakan untuk pengakuan perubahan aktiva dan utang ini, maka pengandalan prinsip realisasi bisa menyesatkan. Umumnya pendapatan diakui atas dasar aktual atau dasar peristiwa kritis. Dasar akrual untuk pengakuan pendapatan bisa mengisyaratkan bahwa pendapatan harus dilaporkan selama produksi, pada akhir produksi, pada penjualan barang atau pada penagihan penjualan. Menurut Baridwan (1997 : 10) menyatakan bahwa Biasanya pendapatan diakui pada saat terjadinya penyerahan barang atau jasa, yaitu pada saat ada kepastian mengenai besarnya pendapatan yang diukur dengan aktiva yang diterima. Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan yang belum diterima merupakan pendapatan yang masih harus diterima dan jika pendapatan tersebut telah terealisasi, maka telah dapat dikatakan bahwa pendapatan tersebut merupakan pendapatan yang sebenarnya terjadi dalam suatu periode akuntansi. Ada dua sistem pelaporan dan beban dalam akuntansi yaitu : 1). Dasar kas, yaitu pelaporan pendapatan dan beban yang didasarkan pada jumlah kas yang diterima dan yang dikeluarkan pada saat terjadinya, tanpa

memperhatikan untuk periode kapan pendapatan dan beban itu harus diterima dan dikeluarkan. 2). Dasar akrual, yaitu pelaporan pendapatan dan beban yang didasarkan pada kapan terjadinya (periode) pendapatan atau beban itu benar-benar terjadi. Menurut pendapatan diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan umumnya diakui dengan memperhatikan situasi-situasi sebagai berikut : 1). Pendapatan sewa, bunga dan komisi diakui pada saat diperoleh jika terdapat persetujuan atau kontrak sebelumnya yang merinci kenaikan bertahap dalam klaim terhadap pelanggan. 2). Seseorang atau sebuah perusahaan yang memberikan jasa profesional atau yang serupa mungkin lebih baik menggunakan dasar akrual untuk pengakuan pendapatan, kalau sifat dari klaim terhadap pelanggan merupakan fungsi dari proporsi jasa yang diberikan. 3). Pendapatan atas kontrak jangka panjang diakui atas dasar kemajuan (pelaksanaan) konstruksi atau presentase penyelesaian. 4). Pendapatan atas kontrak menurut biaya ditambah honorarium tetap lebih baik diakui atas dasar akrual. Menurut Smith and Skousen (1992 : 311) menyatakan bahwa : Suatu perusahaan akan mengakui pendapatan dan biaya sesuai dengan kemajuan penyelesaian dan tidak memisahkan pengakuan unsur-unsur ini sampai kontrak selesai. Untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi masalah pendapatan khususnya pendapatan premi telah diatur dalam PSAK No. 28 yaitu premi yang

diperoleh sehubungan dengan kontrak asuransi dan reasuransi diakui sebagai pendapatan selama periode polis (kontrak) berdasarkan jumlah proteksi yang diberikan. Dalam hal periode polis berbeda secara signifikan dengan periode risiko (misalnya pada penutupan jenis pertanggungan asuransi kontruksi), maka seluruh premi yang diperoleh tersebut diakui sebagai pendapatan selama periode resiko. Apabila jumlah premi masih dapat disesuaikan, misalnya premi ditentukan pada akhir kontrak atau premi disesuaikan pada akhir kontrak berdasarkan nilai pertanggungan, maka pendapatan premi diakui sebagai berikut : (a) Apabila jumlah premi dapat diestimasikan secara layak, maka pendapatan premi diakui selama periode kontrak dan estimasi jumlah premi tersebut disesuaikan setiap periode untuk mencerminkan jumlah premi yang sebenarnya. (b) Apabila jumlah premi tidak dapat diestimasikan secara layak, maka premi diperlakukan dengan menggunakan metode uang muka sampai jumlah diestimasikan secara layak. Premi dari polis bersama diakui sebesar pangsa premi yang diterima oleh perusahaan. Perusahaan asuransi dapat memperoleh ganti rugi atau klaim sehubungan dengan kontrak asuransi yang ditutupnya dengan melakukan kontrak reasuransi dengan asuradur lain atau reasuradur. Selanjutnya reasuradur dapat mengadakan kontrak reasuransi dengan reasuradur lain yang dikenal sebagai proses retrosesi. Perlakuan akuntansi terhadap transaksi reasuransi tertanggung

pada apakah suatu kontrak reasuransi tersebut merupakan reasuransi prospektif atau retroaktif. Jumlah premi dibayar atau bagian premi atas transaksi reasuransi prospektif diakui sebagai premi reasuransi selama sisa periode kontrak yang jumlahnya proporsional dengan proteksi yang diberikan. Jika bagian premi reasuransi masih dapat disesuaikan dan jumlahnya dapat diestimasikan secara layak, maka jumlah premi reasuransi yang diakui selama periode kontrak adalah sebesar estimasi premi yang akan dibayar tersebut. Pembayaran atau kewajiban atas transaksi reasuransi retroaktif diakui sebagai piutang reasuransi sebesar jumlah kewajiban yang dicatat sehubungan dengan kontrak reasuransi yang mendasari. Apakah kewajiban yang dicatat melebihi jumlah yang dibayar, maka piutang reasuransi harus dinaikkan untuk mencerminkan perbedaan tersebut dan menimbulkan keuntungan ditangguhkan. Keuntungan ditangguhkan diamortisasikan selama estimasi sisa periode penyelesaian. Apabila pembayaran atau kewajiban atas transaksi reasuransi retroaktif melebihi jumlah kewajiban yang dicatat, perusahaan asuransi harus menaikkan kewajiban yang bersangkutan atau mengurangi piutang reasuransi, atau keduanya pada saat kontrak reasuransi dilakukan dimana perbedaan tersebut dibebankan pada laporan laba rugi. Perubahan dalam estimasi jumlah kewajiban sehubungan dengan kontrak reasuransi yang mendasari diakui dalam laporan laba rugi pada periode perubahan. Piutang reasuransi harus mencerminkan perubahan yang berhubungan

dengan jumlah klaim yang dapat diperoleh dari reasuradur dan keuntungannya ditangguhkan dan amortisasikan. Apabila kontrak reasuransi mencakup baik reasuransi prospektif maupun reasuransi retroaktif, maka transaksi reasuransi tersebut dipertanggungjawabkan secara terpisah.