BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan

DEPARTEMEN SOSIOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Seiring tingginya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan

Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapinya. Menurut Reivich dan Shatte (2002), bahwa kapasitas seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. kecil, memaksa para perempuan untuk menjadi tenaga kerja wanita di luar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangan akan faktor tenaga kerja, negara berkembang membutuhkan tenaga kerja ahli dengan kemampuan khusus, dim

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB VI PENUTUP. kesimpulan dan saran sebagai berikut: Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke luar Negeri akan. tinggalkan cenderung tidak terurus dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dasar dari susunan masyarakat, untuk itulah lahir Undang-undang Nomor 1

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada tahun 2009 menerapkan kebijakan moratorium dalam rangka

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetapi sumber daya manusianya pun dipergunakan untuk kepentingan

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

BAB I PENDAHULUAN. barisan Tuntungan, graha metropolitan golf, serta royal sumatera dan martabe.

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA. Organisasi Perburuhan Internasional

Lembaran Fakta MIGRASI, REMITANSI DAN PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN

2015 DAMPAK IBU BEKERJA SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI LUAR NEGERI TERHADAP BERUBAHNYA FUNGSI DAN PERAN ANGGOTA KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

I. PENDAHULUAN. masyarakat internasional, hal ini disebabkan oleh perbedaan kekayaan. sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan kemajuan di bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Sensus Penduduk 2010, menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. manusia sehingga setiap orang membutuhkan pekerjaan, pekerjaan dapat dimaknai

GENDER DAN KELUARGA MIGRAN DI INDONESIA 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan bagian dari Tenaga Kerja Indonesia

B A B 1 P E N D A H U L U A N. Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan

I. PENDAHULUAN. kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan. kepada pengangguran yang meluas. Disamping itu harga-harga kebutuhan

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FEBRUARI Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

Asesmen Gender Indonesia

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

SEJAK 2011, BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REKOMENDASIKAN MORATORIUM PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA KE TIMUR TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

"Perlindungan Saksi Dalam Perspektif Perempuan: Beberapa Catatan Kritis Terhadap RUU Perlindungan Saksi usul inistiatif DPR"

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB II ISU BURUH MIGRAN DAN MIGRANT CARE. CARE sebagai Non-Government Organization. Pembahasan tentang sejarah baik dari

Bentuk Kekerasan Seksual

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Indonesia untuk memilih bekerja sebagai TKI di luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat mengkhawatirkan. Pada era globalisasi sekarang ini, modern slavery marak

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan manifestasi dari besarnya sistem patriarkhi di mana laki-laki merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Zemool, (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1991), hlm. 64. Nasional. 1 Mahmud Ahmad Sayyed, Mendidik Generasi Qur any, Terj. S. A.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Namun pada kenyataannya lowongan kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja Indonesia baik pria maupun wanita pergi mencari pekerjaan ke Luar Negeri. Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri bukan hanya menjadi fenomena di Indonesia, namun telah terlebih dahulu oleh banyak negara, seperti Filipina, Bangladash, India dan lain-lain. Kondisi ini pada satu aspek memberikan katup pengaman bagi permasalahan tenaga kerja di Indonesia secara sementara. Jumlah penduduk dan minimnya kesempatan kerja yang ada di negara-negara pengirim tersebut menjadikan banyaknya pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, dan tenaga kerja perempuan sampai saat ini banyak dikirim ke Malaysia dan Arab Saudi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, intinya harus memberi perlindungan warga negara yang akan menggunakan haknya untuk mendapatkan pekerjaan, khususnya pekerjaan di luar negeri, agar mereka dapat memperoleh pelayanan penempatan tenaga kerja secara cepat dan mudah dengan tetap mengutamakan keselamatan tenaga kerja baik fisik, moral maupun martabatnya.

Berbagai tindak kekerasan dan penderitaan yang menimpa pekerja migran baik selama proses rekrutmen, pemberangkatan, maupun selama bekerja di luar negeri, telah banyak dilaporkan, baik melalui media massa, maupun lembaga masyarakat nasional maupun internasional. Angka yang tercatat diberbagai media maupun lembaga resmi pada umumya jauh lebih kecil dibandingkan dengan data yang sesungguhnya terjadi dilapangan. Pada tahun 2007 data mengenai kasus kekerasan yang berujung pada kematian TKI ataupun TKW, di luar negeri menunjukkan angka yang sangat mengejutkan. Berdasarkan data yang di kutip dari kantor Berita Antara pada tahun 20007, terjadi 45 kasus kekerasan fisik yang dilakukan. Angka kematian TKI dan TKW dalam setahun terakhir di laporkan tercatat sebanyak 102 kasus. Hal ini dapat dilihat pada tabel I. Tabel I Tindak Kekerasan Terhadap TKI Dan TKW No Negara Jumlah Kasus 1 Malaysia 36 Kasus 2 Arab Saudi 18 Kasus 3 Singapura 12 Kasus 4 Yordania 7 Kasus 5 Hongkong 5 Kasus 6 Taiwan 9 Kasus 7 Kuwait 3 Kasus 8 Jepang 3 Kasus Sumber : www.mediaindonesia.com/berita.asp?id=141138-67k- Selain Arab Saudi, Malaysia merupakan negara yang paling banyak melakukan kasus kekerasan terhadap tenaga kerja asal Indonesia. Tenaga kerja wanita adalah sebutan khusus yang melekat untuk pekerja perempuan yang melakukan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di luar

Indonesia. Padahal setiap pekerja adalah tenaga kerja secara umum, tetapi jika berbicara tentang Tenaga Kerja Wanita, maka yang dimaksud adalah pembantu rumah tangga. Khusus bagi para pekerja perempuan yang berstatus sebagai Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri, mereka semata-mata memiliki keahlian dan keterampilan yang terbatas. Pada akhirnya, para pekerja ini menekuni sektor informal, bagian yang paling banyak menyerap tenaga kerja dari Asia. Setelah adanya kebijakan mengenai pengiriman Tenaga Kerja Indonesia termasuk Tenaga Kerja Wanita ke luar negeri, maka jumlah Tenaga Kerja Indonesia yang ingin bekerja di Luar Negeri pun semakin banyak. Jenis dan bentuk pekerjaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan berbagai perlakuan dan tingkat bargaining position terhadap pekerja. Para migran perempuan Indonesia yang bekerja di sektor domestik sebagai pembantu rumah tangga dapat dikategorikan pekerja terselubung. Artinya, aktivitas pekerja bagaimana relasi sosial ( sosial relationships ) yang terjadi diantara pekerja dengan majikan merupakan relasi yang tidak setara dan sulit dipantau serta tidak ada mekanisme khusus untuk mengontrol aktivitas pekerja rumah tangga karena terjadi pada tataran yang sangat privasi. Begitu juga dalam hal pekerja migran dimana perempuan hanya dianggap sebagai objek bisnis dan tidak diposisikan sebagai manusia yang memiliki hak. Kebanyakan dari mereka dipekerjakan di sektor yang tidak layak, seperti pembantu rumah tangga, pekerja seks dan ditempatkan di dunia hiburan Riwayat Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia diawali tahun 1970-an, saat itu Malaysia yang merupakan negara bekas jajahan Inggris, sedang berusaha

membangun negaranya, tetapi tidak memiliki tenaga kerja yang cukup. Pada saat yang bersamaan pula ketersediaan lapangan kerja di Indonesia sangat terbatas. Malaysia merupakan salah satu negara sasaran utama pengiriman tenaga kerja. Hal ini di tinjau dari segi letak geografis, tata bahasa maupun budaya yang hampir sama dengan Indonesia, sehingga tidak ada kendala dalam hal komunikasi. Keberadaan Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia di Malaysia yang selama ini sering mengalami dilema, seperti terlecehkan oleh beberapa tindakan kekerasan oleh sebagian majikan, nampaknya masih menjadi masalah yang belum tertuntaskan sampai saat ini. Tindak kekerasan yang masih kerap dialami TKW inilah yang menunjukkan bahwa pada hakekatnya diskriminasi gender itu masih kerap terjadi, perempuan dianggap sebagi kaum lemah yang tingkatannya berada di bawah kaum laki-laki. Kini, hampir setiap hari pahlawan devisa acapkali mendapatkan perbuatan ganjil dari sang majikan. Hal ini dapat dilihat dari data dibawah ini. Undang-undang mengenai buruh rumah tangga dan migran tidak secara tajam dirumuskan. Para pembantu rumah tangga tidak benar-benar dilindungi. Malaysia

tidak memiliki upah minimum resmi, dan buruh rumah tangga Indonesia termasuk buruh yang dibayar paling murah di negara tersebut. Kota-kota besar Indonesia khususnya Medan merupakan salah satu kota yang banyak melakukan pengiriman tenaga kerja wanita ke luar negeri termasuk Malaysia. Seperti yang kita ketahui, pada umumnya bahwa mayoritas para pekerja wanita di luar negeri adalah mereka yang berasal dari kalangan ekonomi bawah. Adapun data mengenai tingkat pengiriman Tenaga Kerja Wanita Indonesia asak kota Medan yang bekerja di Malaysia secara terperinci dapat dilihat pada tabel II dibawah ini : Tabel II Tingkat Pengiriman Tenaga Kerja Wanita Asal Kota Medan Ke Malaysia No Tahun Jumlah 1 2005 11.955 Orang 2 2006 20.017 Orang 3 2007 1.647 Orang Sumber: Data Lapangan dari BP2TKI Medan, Agustus 2008 Secara terperinci adapun pembagian pekerja antara pekerja formal dan pekerja informal adalah 5.664 untuk pekerja formal yang meliputi pekerjaan di sektor pabrik, perkebunan, dan konstruksi. Sedangkan untuk pekerja informal sebanyak 5.010 orang, dimana pekerjaan informal tersebut adalah sebagai pembantu rumah tangga. Sebagai catatan dari data yang di peroleh dari BP2TKI, bahwa jika ada permintaan 102 tenaga kerja laki-laki dan 1836 tenaga kerja wanita untuk bekerja di

luar negeri, maka jumlah pelamar yang mendaftar laki-laki 13 orang dan wanita 6.438 orang. Data yang ada ini menunjukkan begitu berminatnya wanita untuk mencari kerja di luar negeri. Pekerja wanita ini terdiri dari wanita yang belum menikah (10-15%), wanita kawin (20-90%), dan janda (10-20%). Jenis pekerjaan yang menduduki peringkat pertama adalah pembantu rumah tangga. Dari segi usia bekerja sebagai pembantu rumah tangga dapat tergolong muda, dengan rata-rata 26,5 tahun, yang paling muda berusia 16 tahun dan tertua 36 tahun (sumber: data lapangan dari BP2TKI Medan, Agustus 2008) Tindak kekerasan terhadap perempuan ini merupakan ancaman yang terusmenerus bagi perempuan dimanapun di dunia, walaupun diakui angka kekerasan terhadap laki-laki lebih tinggi di bandingkan dengan perempuan. Akan tetapi harus diingat bahwa kedudukan perempuan di sebagian dunia yang tidak dianggap sejajar dengan laki-laki, membuat masalah ini manjadi momok bagi perempuan. Terlebih lagi rasa takut terhadap kejahatan (fear of crime) jauh lebih tinggi dibandingkan yang dirasakan laki-laki. Kasus kekerasan yang dialami oleh tiga orang mantan Tenaga Kerja Wanita Indonesia asal kota Medan yang pernah bekerja di Malaysia merupakan salah satu contoh dari sekian banyak kasus yang terjadi. Mereka kerap mendapatkan perlakuan dan tindak kekerasan dari majikan di tempat mereka bekerja. Sejumlah kasus kekerasan terhadap Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga mencuat. Tetapi luka sudah tertoreh, dan itu

tidak akan mungkin di hapus begitu saja. Cukup banyak kasus, akan tetapi tenaga kerja ke luar negeri masih saja terus mengalir. (www.pustakaindonesia.or.id/hotnews_detail.php diakses 9/04/2008/13:05) Melihat adanya kasus kekerasan yang dialami oleh mantan Tenaga Kerja Wanita asal kota Medan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan tingginya minat dan jumlah pengiriman Tenaga Kerja Wanita Indonesia ke Malaysia, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana tindak kekerasan yang dialami oleh mantan TKWI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan bagaimana keadaan sosial mantan Tenaga Kerja Wanita Indonesia setelah mendapat tindak kekerasan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tindak kekerasan yang dialami oleh mantan TKWI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga? 2. Bagaimana keadaan sosial mantan Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia, setelah mendapat tindak kekerasan?

1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis : untuk dapat mengetahui bagaimana tindak kekerasan yang dialami oleh mantan TKWI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. 2. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial mantan Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia, setelah mendapat tindak kekerasan. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis : penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah, sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran bagi kalangan akademis dalam bidang pendidikan khususnya dan masyarakat pada umumnya 2. Manfaat Praktis : meningkatkan kemampuan penulis melalui penelitian ini, meningkatkan wawasan kepada peneliti tentang tindak kekerasan terhadap para TKWI dan diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakaan yang bermutu.

1.5.Defenisi Konsep Dalam penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang akan diteliti ( Singarimbun 1998 : 33 ). Konsep-konsep yang penting dalam penelitian ini adalah : 1. Migrasi adalah pindahnya penduduk dari suatu tempat ketempat lain oleh apapun sebabnya, yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan penduduk. 2. TKW adalah sebutan khusus untuk Tenaga Kerja Wanita yang bekerja di luar negeri. ( Legal dan Ilegal ). 3. TKW Legal adalah Tenaga Kerja yang bekerja di Luar Negeri dengan memiliki dokumen dan izin yang sah dari pemerintah. 4. TKW Ilegal adalah Tenaga Kerja yang bekerja di luar negeri dan tidak memiliki dokumen dan izin yan sah dari pemerintah. 5. Pembantu Rumah Tangga adalah seorang yang melakukan pekerjaan di bidang domestik, dan mendapat upah dari majikan. 6. Kekerasan (violence) adalah Suatu tindakan atau perilaku yang dapat mengakibatkan penderitaan secara fisik, seksual dan psikologis termasuk ancaman tidak tertentu, pemaksaan dan perampasan secara hak sewenangwenang. 7. Kekerasan Fisik adalah tindakan yang dapat mencederai seseorang yaitu berupa dorongan, cubitan, tendangan, jambakan, pukulan, cekikan, bekapan, luka bakar, pemukulan dengan menggunakan media (alat), siraman dengan air panas dan zat kimia, menenggelamkan ke dalam air, dan sebagainya.

8. Kekerasan Seksual adalah setiap penyerangan yang bersifat seksual terhadap perempuan, baik telah terjadi persetubuhan atau tidak tanpa memperdulikan hubungan antar pelaku dan korban serta tindakan pemaksaan hubungan seksual antara individu yang satu dengan yang lain tanpa adanya ikatan suami istri. 9. Kekerasan Psikis/Mental adalah suatu tindakan yang kasat mata, tidak nampak namun dapat menimbulkna rasa sakit yaitu berupa penghinaan, komentar-komentar yang merendahkan dan membuat korban merasa berbeda dengan orang lain yang ada disekitarnya. 10. Kekerasan Ekonomi adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang majikan terhadap pembantunya, dengan cara pengeksploitasian kerja yang tidak sebanding terhadap upah yang diterima oleh pembantu tersebut.