BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Namun pada kenyataannya lowongan kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja Indonesia baik pria maupun wanita pergi mencari pekerjaan ke Luar Negeri. Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri bukan hanya menjadi fenomena di Indonesia, namun telah terlebih dahulu oleh banyak negara, seperti Filipina, Bangladash, India dan lain-lain. Kondisi ini pada satu aspek memberikan katup pengaman bagi permasalahan tenaga kerja di Indonesia secara sementara. Jumlah penduduk dan minimnya kesempatan kerja yang ada di negara-negara pengirim tersebut menjadikan banyaknya pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, dan tenaga kerja perempuan sampai saat ini banyak dikirim ke Malaysia dan Arab Saudi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, intinya harus memberi perlindungan warga negara yang akan menggunakan haknya untuk mendapatkan pekerjaan, khususnya pekerjaan di luar negeri, agar mereka dapat memperoleh pelayanan penempatan tenaga kerja secara cepat dan mudah dengan tetap mengutamakan keselamatan tenaga kerja baik fisik, moral maupun martabatnya.
Berbagai tindak kekerasan dan penderitaan yang menimpa pekerja migran baik selama proses rekrutmen, pemberangkatan, maupun selama bekerja di luar negeri, telah banyak dilaporkan, baik melalui media massa, maupun lembaga masyarakat nasional maupun internasional. Angka yang tercatat diberbagai media maupun lembaga resmi pada umumya jauh lebih kecil dibandingkan dengan data yang sesungguhnya terjadi dilapangan. Pada tahun 2007 data mengenai kasus kekerasan yang berujung pada kematian TKI ataupun TKW, di luar negeri menunjukkan angka yang sangat mengejutkan. Berdasarkan data yang di kutip dari kantor Berita Antara pada tahun 20007, terjadi 45 kasus kekerasan fisik yang dilakukan. Angka kematian TKI dan TKW dalam setahun terakhir di laporkan tercatat sebanyak 102 kasus. Hal ini dapat dilihat pada tabel I. Tabel I Tindak Kekerasan Terhadap TKI Dan TKW No Negara Jumlah Kasus 1 Malaysia 36 Kasus 2 Arab Saudi 18 Kasus 3 Singapura 12 Kasus 4 Yordania 7 Kasus 5 Hongkong 5 Kasus 6 Taiwan 9 Kasus 7 Kuwait 3 Kasus 8 Jepang 3 Kasus Sumber : www.mediaindonesia.com/berita.asp?id=141138-67k- Selain Arab Saudi, Malaysia merupakan negara yang paling banyak melakukan kasus kekerasan terhadap tenaga kerja asal Indonesia. Tenaga kerja wanita adalah sebutan khusus yang melekat untuk pekerja perempuan yang melakukan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di luar
Indonesia. Padahal setiap pekerja adalah tenaga kerja secara umum, tetapi jika berbicara tentang Tenaga Kerja Wanita, maka yang dimaksud adalah pembantu rumah tangga. Khusus bagi para pekerja perempuan yang berstatus sebagai Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri, mereka semata-mata memiliki keahlian dan keterampilan yang terbatas. Pada akhirnya, para pekerja ini menekuni sektor informal, bagian yang paling banyak menyerap tenaga kerja dari Asia. Setelah adanya kebijakan mengenai pengiriman Tenaga Kerja Indonesia termasuk Tenaga Kerja Wanita ke luar negeri, maka jumlah Tenaga Kerja Indonesia yang ingin bekerja di Luar Negeri pun semakin banyak. Jenis dan bentuk pekerjaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan berbagai perlakuan dan tingkat bargaining position terhadap pekerja. Para migran perempuan Indonesia yang bekerja di sektor domestik sebagai pembantu rumah tangga dapat dikategorikan pekerja terselubung. Artinya, aktivitas pekerja bagaimana relasi sosial ( sosial relationships ) yang terjadi diantara pekerja dengan majikan merupakan relasi yang tidak setara dan sulit dipantau serta tidak ada mekanisme khusus untuk mengontrol aktivitas pekerja rumah tangga karena terjadi pada tataran yang sangat privasi. Begitu juga dalam hal pekerja migran dimana perempuan hanya dianggap sebagai objek bisnis dan tidak diposisikan sebagai manusia yang memiliki hak. Kebanyakan dari mereka dipekerjakan di sektor yang tidak layak, seperti pembantu rumah tangga, pekerja seks dan ditempatkan di dunia hiburan Riwayat Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia diawali tahun 1970-an, saat itu Malaysia yang merupakan negara bekas jajahan Inggris, sedang berusaha
membangun negaranya, tetapi tidak memiliki tenaga kerja yang cukup. Pada saat yang bersamaan pula ketersediaan lapangan kerja di Indonesia sangat terbatas. Malaysia merupakan salah satu negara sasaran utama pengiriman tenaga kerja. Hal ini di tinjau dari segi letak geografis, tata bahasa maupun budaya yang hampir sama dengan Indonesia, sehingga tidak ada kendala dalam hal komunikasi. Keberadaan Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia di Malaysia yang selama ini sering mengalami dilema, seperti terlecehkan oleh beberapa tindakan kekerasan oleh sebagian majikan, nampaknya masih menjadi masalah yang belum tertuntaskan sampai saat ini. Tindak kekerasan yang masih kerap dialami TKW inilah yang menunjukkan bahwa pada hakekatnya diskriminasi gender itu masih kerap terjadi, perempuan dianggap sebagi kaum lemah yang tingkatannya berada di bawah kaum laki-laki. Kini, hampir setiap hari pahlawan devisa acapkali mendapatkan perbuatan ganjil dari sang majikan. Hal ini dapat dilihat dari data dibawah ini. Undang-undang mengenai buruh rumah tangga dan migran tidak secara tajam dirumuskan. Para pembantu rumah tangga tidak benar-benar dilindungi. Malaysia
tidak memiliki upah minimum resmi, dan buruh rumah tangga Indonesia termasuk buruh yang dibayar paling murah di negara tersebut. Kota-kota besar Indonesia khususnya Medan merupakan salah satu kota yang banyak melakukan pengiriman tenaga kerja wanita ke luar negeri termasuk Malaysia. Seperti yang kita ketahui, pada umumnya bahwa mayoritas para pekerja wanita di luar negeri adalah mereka yang berasal dari kalangan ekonomi bawah. Adapun data mengenai tingkat pengiriman Tenaga Kerja Wanita Indonesia asak kota Medan yang bekerja di Malaysia secara terperinci dapat dilihat pada tabel II dibawah ini : Tabel II Tingkat Pengiriman Tenaga Kerja Wanita Asal Kota Medan Ke Malaysia No Tahun Jumlah 1 2005 11.955 Orang 2 2006 20.017 Orang 3 2007 1.647 Orang Sumber: Data Lapangan dari BP2TKI Medan, Agustus 2008 Secara terperinci adapun pembagian pekerja antara pekerja formal dan pekerja informal adalah 5.664 untuk pekerja formal yang meliputi pekerjaan di sektor pabrik, perkebunan, dan konstruksi. Sedangkan untuk pekerja informal sebanyak 5.010 orang, dimana pekerjaan informal tersebut adalah sebagai pembantu rumah tangga. Sebagai catatan dari data yang di peroleh dari BP2TKI, bahwa jika ada permintaan 102 tenaga kerja laki-laki dan 1836 tenaga kerja wanita untuk bekerja di
luar negeri, maka jumlah pelamar yang mendaftar laki-laki 13 orang dan wanita 6.438 orang. Data yang ada ini menunjukkan begitu berminatnya wanita untuk mencari kerja di luar negeri. Pekerja wanita ini terdiri dari wanita yang belum menikah (10-15%), wanita kawin (20-90%), dan janda (10-20%). Jenis pekerjaan yang menduduki peringkat pertama adalah pembantu rumah tangga. Dari segi usia bekerja sebagai pembantu rumah tangga dapat tergolong muda, dengan rata-rata 26,5 tahun, yang paling muda berusia 16 tahun dan tertua 36 tahun (sumber: data lapangan dari BP2TKI Medan, Agustus 2008) Tindak kekerasan terhadap perempuan ini merupakan ancaman yang terusmenerus bagi perempuan dimanapun di dunia, walaupun diakui angka kekerasan terhadap laki-laki lebih tinggi di bandingkan dengan perempuan. Akan tetapi harus diingat bahwa kedudukan perempuan di sebagian dunia yang tidak dianggap sejajar dengan laki-laki, membuat masalah ini manjadi momok bagi perempuan. Terlebih lagi rasa takut terhadap kejahatan (fear of crime) jauh lebih tinggi dibandingkan yang dirasakan laki-laki. Kasus kekerasan yang dialami oleh tiga orang mantan Tenaga Kerja Wanita Indonesia asal kota Medan yang pernah bekerja di Malaysia merupakan salah satu contoh dari sekian banyak kasus yang terjadi. Mereka kerap mendapatkan perlakuan dan tindak kekerasan dari majikan di tempat mereka bekerja. Sejumlah kasus kekerasan terhadap Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga mencuat. Tetapi luka sudah tertoreh, dan itu
tidak akan mungkin di hapus begitu saja. Cukup banyak kasus, akan tetapi tenaga kerja ke luar negeri masih saja terus mengalir. (www.pustakaindonesia.or.id/hotnews_detail.php diakses 9/04/2008/13:05) Melihat adanya kasus kekerasan yang dialami oleh mantan Tenaga Kerja Wanita asal kota Medan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan tingginya minat dan jumlah pengiriman Tenaga Kerja Wanita Indonesia ke Malaysia, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana tindak kekerasan yang dialami oleh mantan TKWI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan bagaimana keadaan sosial mantan Tenaga Kerja Wanita Indonesia setelah mendapat tindak kekerasan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tindak kekerasan yang dialami oleh mantan TKWI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga? 2. Bagaimana keadaan sosial mantan Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia, setelah mendapat tindak kekerasan?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis : untuk dapat mengetahui bagaimana tindak kekerasan yang dialami oleh mantan TKWI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. 2. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan sosial mantan Tenaga Kerja Wanita Indonesia yang pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia, setelah mendapat tindak kekerasan. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis : penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah, sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran bagi kalangan akademis dalam bidang pendidikan khususnya dan masyarakat pada umumnya 2. Manfaat Praktis : meningkatkan kemampuan penulis melalui penelitian ini, meningkatkan wawasan kepada peneliti tentang tindak kekerasan terhadap para TKWI dan diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakaan yang bermutu.
1.5.Defenisi Konsep Dalam penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang akan diteliti ( Singarimbun 1998 : 33 ). Konsep-konsep yang penting dalam penelitian ini adalah : 1. Migrasi adalah pindahnya penduduk dari suatu tempat ketempat lain oleh apapun sebabnya, yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan penduduk. 2. TKW adalah sebutan khusus untuk Tenaga Kerja Wanita yang bekerja di luar negeri. ( Legal dan Ilegal ). 3. TKW Legal adalah Tenaga Kerja yang bekerja di Luar Negeri dengan memiliki dokumen dan izin yang sah dari pemerintah. 4. TKW Ilegal adalah Tenaga Kerja yang bekerja di luar negeri dan tidak memiliki dokumen dan izin yan sah dari pemerintah. 5. Pembantu Rumah Tangga adalah seorang yang melakukan pekerjaan di bidang domestik, dan mendapat upah dari majikan. 6. Kekerasan (violence) adalah Suatu tindakan atau perilaku yang dapat mengakibatkan penderitaan secara fisik, seksual dan psikologis termasuk ancaman tidak tertentu, pemaksaan dan perampasan secara hak sewenangwenang. 7. Kekerasan Fisik adalah tindakan yang dapat mencederai seseorang yaitu berupa dorongan, cubitan, tendangan, jambakan, pukulan, cekikan, bekapan, luka bakar, pemukulan dengan menggunakan media (alat), siraman dengan air panas dan zat kimia, menenggelamkan ke dalam air, dan sebagainya.
8. Kekerasan Seksual adalah setiap penyerangan yang bersifat seksual terhadap perempuan, baik telah terjadi persetubuhan atau tidak tanpa memperdulikan hubungan antar pelaku dan korban serta tindakan pemaksaan hubungan seksual antara individu yang satu dengan yang lain tanpa adanya ikatan suami istri. 9. Kekerasan Psikis/Mental adalah suatu tindakan yang kasat mata, tidak nampak namun dapat menimbulkna rasa sakit yaitu berupa penghinaan, komentar-komentar yang merendahkan dan membuat korban merasa berbeda dengan orang lain yang ada disekitarnya. 10. Kekerasan Ekonomi adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang majikan terhadap pembantunya, dengan cara pengeksploitasian kerja yang tidak sebanding terhadap upah yang diterima oleh pembantu tersebut.