BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, kecemasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Anak yang datang ke dokter gigi saat berada di dalam ruangan tidak jarang tiba-tiba

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Ansietas atau kecemasan adalah keadaan mood yang berorientasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung singkat dan dapat dikendalikan. Kecemasan berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perasaan khawatir adalah sesuatu yang normal dan dapat berkisar

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Turner et al, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Stroke juga didefinisikan sebagai kelainan fungsi otak yang timbul mendadak,

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga, setiap individu, keluarga dan

BAB 1 PENDAHULUAN. praktek dokter gigi memiliki suasana dan peralatan yang asing, dan terlebih lagi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan merupakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Eksodonsi merupakan salah satu prosedur yang ada pada ilmu spesialis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

LEBIH DEKAT & SEHAT DENGAN HYPNOTHERAPY *Oleh : Suci Riadi Prihantanto, CHt (Indigo Hypnosis & Hypnotherapy)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian perbedaan metode pre-induksi hipnodonsi anak laki-laki dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua dokter gigi yang merawat pasien anak menyadari bahwa

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

Manfaat Hypnosis 3 JURUS JITU HYPNOLEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014).

Anda akan belajar langsung dari Master Hipnotis IHA (Indonesian Hypnosis Association).

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental) dengan desain penelitian One Group Pretest-Postest.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu unsur kesejahteraan yang harus tercapai (Sheina dkk, 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. karena musibah yang diberikan oleh-nya hendaknya tidak mudah berputus asa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan sebagai keadaan yang emosi yang mempunyai ciri perubahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 dengan menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN` gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung. stroke hemoragik (American Heart Association, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Hypnosis: The Art of Subconscious Communication

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang

Terapi Komplementer Massage Punggung untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB 5 HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan tidak dapat diukur dengan uang ataupun harta kekayaan yang lainnya.

BAB V PEMBAHASAN. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Uji Kompetensi

KESADARAN Rah a ay a u G i G n i in i ta t s a a s s a i s

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB II TINJAUAN TEORI

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

Proposal Pelatihan Rev Medical Hypnosis. Aplikasi Teknik Hipnosis untuk Pengobatan Medis. IPHI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat gigi masih kurang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

1. Bab II Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak menyenangkan, yang kemudian ditandai oleh perasaan-perasaan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada pasien tergantung pada saat pertemuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. dan diakhiri dengan proses persalinan (Patriasari, 2009). Ibu hamil mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Persalinan merupakan waktu yang ditunggu tunggu setelah 9 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I PENDAHULUAN. pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lebih sering merasa cemas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

FIRMAN FARADISI J

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, kecemasan memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Ketakutan adalah suatu sinyal serupa yang menyadarkan, namun harus dibedakan dari kecemasan. Rasa takut adalah respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas, atau bukan bersifat konflik. Rasa cemas adalah respon terhadap ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samarsamar, atau konfliktual (Kaplan, dkk., 1997). Kecemasaan muncul dari reaksi ketegangan-ketegangan intern dari tubuh atau dari luar dan dikuasai oleh susunan saraf yang otonom, biasanya jantung akan bergerak lebih cepat, nafas menjadi sesak, mulut menjadi kering dan telapak tangan berkeringat. Orang yang merasakan kecemasan ini juga bisa merasakan tegang, takut, khawatir, resah dan gelisah, gugup, bingung, dan perasaan nyeri (Hayat, 2014). Masalah-masalah umum yang sering ditemukan oleh para dokter gigi yaitu kecemasan, takut, ketegangan, atau bahkan permusuhan yang ditunjukkan oleh para pasien. Banyak orang yang tidak bisa mendapatkan pemeriksaan gigi secara umum dalam waktu yang lama sampai timbul masalah yang berat yang akhirnya mendorong mereka mencari perawatan gigi dari para dokter gigi lainnya. Pengalaman-pengalaman yang tidak 1

2 menyenangkan dari dokter-dokter gigi yang pernah didatangi dapat menyebabkan ketakutan maupaun kecemasan terhadap perawatan gigi dan mulut. Kecemasan, takut, dan ketegangan tersebut dapat meningkatkan ambang rasa sakit. Orang tua yang memiliki rasa takut, cemas, dan ketegangan tersebut dapat menurunkan sifatnya kepada anak-anak mereka (Yubiliana, 2010). Banyak hal yang bisa menjadi awal penyebab kecemasan dan rasa takut terhadap dokter gigi, antara lain: takut terhadap dokter gigi, malu dengan keadaan gigi geliginya, takut terhadap kursi gigi, takut melihat alat-alat dokter gigi, takut mendengar suara yang ditimbulkan dari instrumen yang digunakan dokter gigi, takut terhadap jarum suntik atau benda tajam yang ada di ruangan dokter gigi, dan takut pengalaman buruk kembali terulang (Gracia, 2014). Anak adalah potensi dan penerus cita-cita bangsa yang dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya. Anak yang dipupuk dan dipelihara dengan baik, anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Anak yang tidak dipupuk dan dipelihara dengan baik, anak tidak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya (Suherman, 2000). Jenis kelamin mempengaruhi tingkat kecemasan pada anak-anak. Anak yang berjenis kelamian perempuan terlihat lebih cemas dan takut dari pada pasien anak yang berjenis kelamin laki-laki ketika operator akan menyiapkan alat-alat kedokteran gigi. Faktor umur juga mempengaruhi rasa cemas pada anak-anak, tingkat kecemasan berat paling banyak pada pasien

3 anak yang berumur paling muda yaitu anak usia 6 tahun. (Wuisang, dkk., 2015). Cara memanajemen tingkah laku melalui terapi perilaku yang dapat menghilangkan kebiasaan atau sikap tidak kooperatif dan menggantikannya dengan pola perilaku yang baru, sesuai, dan tidak menimbulkan kecemasan secara garis besar dapat dilakukan berupa: latihan relaksasi yang dapat menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan kecemasan yaitu, kecepatan denyut jantung lambat, peningkatan aliran darah perifer, dan stabilitas neuromuskular. Metode latihan relaksasi ini dengan merelaksasikan kelompok otot-otot besarnya dalam ururtan tertentu, dimulai dari kelompok otot kecil di kaki kemudian menuju ke atas atau sebaliknya. Modelling partisipan, pasien diajarkan dengan mengamati sebuah model dalam usia dan jenis kelamin yang sama tanpa rasa takut yang berhadapan dengan situasi yang pasien takutkan. Teknik ini telah berhasil pada anak-anak yang cemas atau takut (Kaplan, dkk., 1997). Musik dapat dimanfaatkan untuk mengurangi tingat kecemasan pasien dalam berbagai masalah klinis. Musik juga sebagai ansiolitik (relaxing agent) yang efektif. Relaksasi dan ketenangan yang dialami pasien memunculkun gamma amino butyric acid (GABA), encephalin, beta endorphin. Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang mengeleminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi. Fasilitas musik yang sederhana, murah dan efektif serta pasien diberikan kebebasan dalam memilih musik sesuai seleranya dalam prakter dokter gigi

4 mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengurangi kecemasan (Prasetyo, 2005). Penggunaan musik Mozart oleh dokter gigi mampu menurunkan tingkat kecemasan pasien dalam menangani pasien ekstraksi gigi maupun perawatan gigi lainnya (Tangkere, dkk. 2013). Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya: أم ر ز دل ع دل ع ءا أد ء ا أ ل ع ل ع ل ز ل ز أ هللا ن Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram. (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu anhu). Hadits di atas mengisyaratkan bahwa untuk sabar dalam menghadapi pasien yang dirasa kurang kooperatif (takut, cemas, khawatir) terhadap dokter maupun alat-alat medis sehingga terasa sulit ditangani oleh petugas medis. Ada berbagai cara yang dapat kita lakuakn dalam menenangkan pasien, salah satunya dengan hipnosis yang akan membuat pasien nyaman dan mengurangi kecemasan dengan menggunakan metode tersebut secara benar dan tidak menyalahkan kode etik dalam penggunaannya. Hipnosis adalah sarana, bukan penyembuhan itu sendiri. Hipnosis digunakan untuk mengelola stress, kelainan yang berkait dengan stress, gangguan gigi dan medis, serta sebagai obat bius, bahkan hipnosis dimanfaatkan oleh para ahli kandungan. Hipnosis juga digunakan untuk pengelolaan rasa sakit, dalam pengelolaan beragam ketakutan,

5 kekhawatiran dan masalah medis serta psikologis lainnya. Hipnosis digunakan oleh para dokter gigi, dokter lain dan para terapis ataupun hipnosis di bidang hiburan. Hipnosis telah disetujui oleh America Medical Association sejak tahun 1950. Hipnosis telah digunakan untuk membantu orang dengan beragam problem dari masalah psikologis sampai fisik (Chairunnisa, 2012). Hipnosis terbagi menjadi 5 jenis, yaitu stage hypnosis, clinical hypnosis, experimental hypnosis, forensic hypnosis, dan anodyne awareness, paling umum dikenal oleh banyak orang adalah stage hypnosis yaitu hipnosis yang digunakan untuk kepentingan hiburan. Clinical hypnosis atau yang kita kenal dengan sebutan hipnoterapi adalah aplikasi hipnosis dalam mengatasi masalah-masalah mental dan psikosomatis, seperti kecemasan, depresi, fobia, stress, penyimpangan perilaku, dan sebagainya. Experimental hypnosis adalah aplikasi hipnosis yang bersifat eksperimental untuk meneliti berbagai fenomena metafisika. Forensic hypnosis adalah sebagai alat bantu dalam melakukan investigasi atau penggalian informasi dari pikiran seseorang. Anodyne awareness atau mental ansastesi adalah alat bantu yang biasa digunakan oleh para dokter, dokter gigi, perawat dan tenaga medis dalam membantu pasien untuk menjadi rileks dengan sangat cepat dan juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit (Gracia, 2014). Hipnodonsi adalah sebagai cabang ilmu pengetahuan gigi (dental) yang berkaitan dengan penerapan dari praktik kegiatan hipnosis untuk

6 kedokteran gigi, pemberian sugesti hipnosis memerankan peran yang sangat penting dalam hubungan pasien dengan dokter gigi. Hipnodonsi memberikan pemahaman lebih dengan kegiatan hipnosis untuk memberikan kenyamanan bagi pasiennya dalam proses perawatan gigi dan nyaman dalam menghadapi perawatan sehingga pasien dapat datang rutin ke klinik gigi tanpa ada rasa takut terhadap prosedur maupun peralatan medis gigi yang semakin canggih. Hipnodonsi sangat memberikan efek bagus juga kepada pasien anak-anak, karena biasanya anak-anak sulit diminta untuk mencabutkan giginya. Pemberian sugesti di awal akan membuat anak merasa nyaman duduk dan bersedia dicabut giginya (Setio, 2014). B. Rumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan metode pre-induksi hipnodonsi antara anak laki-laki dan perempuan usia 6-8 tahun terhadap tingkat kecemasan di RSGMP UMY dan jejaringnya? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan metode pre-induksi hipnodonsi antara anak laki-laki dan perempuan usia 6-8 tahun terhadap tingkat kecemasan di RSGMP UMY dan jejaringnya.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pasien Setelah dilakukan penelitian ini, peneliti berharap pasien anak tidak takut dan cemas pergi ke dokter gigi untuk dilakukan berbagai macam perawatan gigi. 2. Bagi Orang Tua Pasien Orang tua pasien tidak perlu bimbang lagi dalam menghadapi anak yang tidak mau atau sulit dibawa ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan, selain itu orang tua pasien merasa tenang jika anaknya dan dirawat oleh dokter gigi. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang hipnodonsi, khususnya kepada dokter gigi dan orang tua dalam mengurangi tingat kecemasan atau ketakutan pada anak saat dilakukannya perawatan.

8 E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan peneliti, belum ada penelitian yang meneliti tentang perbedaan metode pre-induksi hipnodonsi pada anak laki-laki dan perempuan usia 6-8 tahun di RSGMP UMY, tetapi penelitian sejenis pernah dilakukan, seperti contohnya: 1. Efektivitas Pre-Induksi Hipnodonsia pada Anak Usia 6-12 Tahun terhadap Tingkat Kekhawatiran di RSGMP UMY oleh Dania Rahma Alfianti tahun 2014. Hasil penelitian tersebut didapatkan, bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antara sebelum dengan sesudah dilakukan hipnodonsi pre-induksi. Perbedaan dengan penelitian saya terdapat pada subjek yang diteliti. 2. Pengaruh Musik Mozart sebagai Piranti dalam Mengurangi Kecemasan Pasien yang Berkunjung ke Klinik Dokter Gigi oleh Nova Abdillah tahun 2008. Hasil penelitian tersebut didapatkan, bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada perubahan tingkat kecemasan pasien sebelum dan sesudah diputarkan musik Mozart di ruang praktek dokter gigi. Perbedaan dengan penelitian saya ialah pada metode yang digunakan serta subjek penelitian yang nantinya diteliti.