2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENGARUH IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

RINGKASAN UU 25/2009 tentang PELAYANAN PUBLIK

I. PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan

Maret 2018 PELAYANAN PUBLIK PERPUSTAKAAN UMUM : BAGAIMANA PERKEMBANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat memberi rasa puas terhadap masyarakat. Pelayanan kepada

BAB I PENDAHULUAN. dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara kualitatif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjadikan Indonesia semakin maju. Maksud dari otonomi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan lebih rinci lagi dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PELAYANAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR BAB I

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menyusun laporan keuangannya, suatu Badan Layanan Umum (BLU)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pelaksanaan Good Governance yakni pemerintahan yang baik. Hal

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

2016 PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE TERHADAP KINERJA DINAS PEMERINTAH DAERAH KOTA BANDUNG

WALIKOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTANN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan juga selaras dengan hak dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bentuk pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan yang

I. PENDAHULUAN. Dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang. Ombudsman Republik Indonesia menerangkan bahwa Reformasi

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Negara mempunyai suatu pemerintahan yang berfungsi sebagai kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. No.12 Tahun Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 yang

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

a. Persyaratan Mengisi form yang telah disediakan dengan mencantumkan data diri/identitas yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK. menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA KOTA MATARAM NOMOR : 8 TAHUN 2017 TENTANG

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BELITUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Pemerintahan pusat maupun pemerintah daerah melaksanakan amanat

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN.. TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

DEPUTI BIDANG PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dimana, asas ini memberikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

Penyelenggaraan Yanlik [Pasal 39 ayat (4)].

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB 1 PENDAHULUAN. akuntabilitas adalah transparansi (UNDP, 2008). Hal ini sejalan dengan Undang-

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

Bab 1 PENDAHULUAN. kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan aspirasi masyarakat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di segala bidang. Pembangunan di Indonesia dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KOTA BANJARMASIN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Re

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Program dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepercayaan publik terhadap kinerja pemerintah semakin buruk. hal ini dipicu karena penyelenggaraan pemerintah yang tidak dikelola dengan baik. Sehingga menurunnya kualitas pelayanan kepada masyarakat. Kondisi yang saat ini terjadi masih menunjukan berlangsungnya praktik dan perilaku yang bertentangan dengan kaidah tata pemerintah yang baik. Kualitas pelayanan kepada masyarakat ini menjadi salah satu indikator dari keberhasilan sebuah institusi sebagai sebuah organisasi pelayanan. Jika berbicara tentang pelayanan publik maka akan dihadapkan pada posisi dan peran organisasi publik/pemerintah dan organisasi swasta/perusahaan swasta. Organisasi publik/pemerintah tentu berbeda dengan organisasi swasta/perusahaan swasta, dimana organisasi swasta lebih berorientasi pada benefit profit (perolehan keuntungan) sedangkan organisasi publik memiliki fungsi pemberian pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefenisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan. Kondisi pelayanan publik di Indonesia masih jauh dari harapan masyarakat. Survei yang telah dilakukan oleh beberapa lembaga menunjukan rapor buruk pelayanan publik di Indonesia. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa pemerintah sebagai pembuat kebijakan sekaligus penyelengara pelayanan publik belum mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas, meskipun ketentuan tentang pelayanan publik telah diundangkan melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. 1

2 Dikeluarkannya UU Pemerintah Daerah No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004, pemerintah daerah secara terus menerus meningkatkan pelayanan publik. Seiring dengan hal itu tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas terus meningkat dari waktu ke waktu. Tuntutan tersebut semakin berkembang seirama dengan tumbuhya kesadaran warga Negara memiliki hak untuk dilayani dan kewajiban pemerintah daerah untuk dapat memberikan pelayanan. Tantangan yang dihadapi dalam pelayanan publik adalah bukan hanya menciptakan sebuah pelayanan yang efisien, namun juga bagaimana pelayanan dapat dilakukan dengan tanpa membeda-bedakan status masyarakat yang dilayani, atau dengan kata lain bagaimana menciptakan pelayanan yang adil dan demokratis. Undang-undang Pelayanan Publik ( secara resmi bernama Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik) adalah Undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri. Undang-undang berasaskan pada kepentingan umum, adanya kepastiannya hukum, adanya kesamaan hak, adanya keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisioatif, persamaan dalam perlakukan/tidak diskriminatif, keterbukaan, waktu dan kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan yang bertujuan agar batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik, menjalankan system penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik dalam penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam mendapatkan pelayanan publik. Perubahan dalam kebijakan akuntansi dan keuangan pelayanan publik mempunyai peranan yang sangat penting dalam melakukan perubahan pelayanan publik. Akuntansi akan lebih ditujukan menjadi dasar penilaian kondisi yang sebenarnya dalam organisasi sektor publik. Akuntansi digunakan sebagai tuntutan kejujuran sebuah organisasi/pemerintahan untuk membangkitkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan itu sendiri. Akuntan suatu profesi

3 yang harus terlibat secara aktif terkait dengan pelaksanaan transparansi perekonomian. Masyarakat secara umum mengetahui bahwa keahlian penyusunan sistem keuangan adalah kompetensi akuntansi. Oleh karena itu akuntansi diharapkan bergerak bukan hanya berorientasi pada pertanggungjawaban ke pihak internal saja, tetapi juga ke pertanggungjawaban publik yaitu masyaratkat. Atau dengan kata lain, perkembangan akuntansi sektor publik merupakan tuntutan masyarakat untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih. Peranan akuntansi untuk pelayanan publik merupakan program kesejahteraan masyarakat. Masyarakat Indonesia menjadi sangat peka terhadap pemenuhan kesejahteraan, terutama masalah pendidikan, kesehatan serta ketersediaan pangan. Tuntutan kesejateraan masyarakat sebenarnya lekat dengan tuntutan penghapusan biaya tinggi. Biaya yang tinggi untuk mendapatkan pelayanan publik dari pemerintah seperti kesehatan, pendidikan, telekomunikasi, listrik, air,dan transportasi membuat masyarakat berfikir bahwa pemerintah tidak memberikan pelayanan yang baik dalam mensejahterakan masyarakat. Ombusdman sebagai lembaga negara yang menjalankan tugas pengawasan berkewajiban menindaklanjuti laporan pengaduan masyarakat tentang kualitas pelayanan publik. Ombusdman menyatakan bahwa jumlah laporan pengaduan masyarakat terkait penyelenggaraan pelayanan publik terus meningkat sebesar 350 persen selama tiga tahun terakhir. Danang Girindrawardana selaku Ketua Ombusdman mengatakan Masyarakat sangat peduli tentang kualitas pelayanan publik yang diberikan kementerian/lembaga. Danang mengatakan Setiap Kementerian/Lembaga wajib melayani masyarakat dengan memberikan kualitas pelayanan terbaik yang mampu memberdayakan dan meningkatkan kecerdasan bangsa. Jika Kementerian/Lembaga memberikan kualitas pelayanan publik yang buruk maka bisa dikategorikan melanggar Undang-undang (UU) Pelayanan Publik. Pada tahun 2013 Ombusdman telah mengumumkan K/L yang mempunyai kualitas publik yang terbaik dan terburuk. Ada empat K/L yang mempunyai rapor merah selama tahun 2013, yaitu Kementerian Pendidikan, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Sosial dan Kementerian Pekerjaan Umum. Banyak hal yang diadukan oleh masyarakat tentang kualitas pelayanan publik pada Kementerian Pendidikan, salah satu contohnya pengurusan beasiswa

4 yang masih berbelit belit dan proses kurikulum yang selalu berubah setiap tahunnya. Sedangkan pada Kementerian Sosial dikeluhkan tentang bantuan sosial.(www.beritasatu.com). Pada tahun 2014 terkait keluhan masyarakat terhadap buruknya kualitas pelayanan publik di Indonesia mengalami peningkatan. Berdasarkan catatan terbaru yang masuk ke Ombudsman RI tentang laporan masyarakat mengenai maladministrasi mencapai 6.180aduan. Kategori maladministrasi yang mendapatkan aduan terbanyak antara lain Penundaan Berlarut sebanyak 25,4 persen, Penyimpangan Prosedur sebanyak 20,3 persen, dan Tidak Memberikan Pelayanan sebanyak 13,9 persen. Ombudsman Bidang Penyelesaian Laporan, Budi Santoso menjelaskan instansi negara yang paling banyak diadukan oleh masyarakat terkait pelayanan publik adalah pemerintah daerah (pemda) dan Kepolisian RI. Instansi daerahyang menjadi terlapor umumnya tersebar di kabupaten kota (mencapai 77,7 persen), dan pemerintah provinsi (12.1 persen). Sementara untuk kepolisian, instansi terlapor paling banyak untuk kepolisian resort/polres (36,5 persen), dan kepolisian daerah/polda (25,2 persen). Sedangkan untuk kategori instansi kementerian yang dikeluhkan masyarakat yakni Kementerian Agama (21 persen) dan Kementerian Pedidikan dan Kebudayaan (14,2 persen). (www.republika.co.id, Desember 2014). Pelayanan publik di Pemerintahan Provinsi Jawa Barat menjadi sorotan khalayak umum. Karena pelayanan publik di Provinsi Jawa Barat masuk ke dalam lima besar yang dilaporkan oleh masyarakat kepada Ombudsman Republik Indonesia. Instansi yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat karena buruknya pelayanan publik yaitu pemerintah daerah (terutama pemerintah Kabupaten/Kota), kepolisian, lembaga pengadilan, BUMN/BUMD, Badan Pertanahan Nasional, Kejaksaan, dan lain-lain. Substansi yang paling dikeluhkan oleh masyarakat adalah penundaan proses yang berlarut-larut, lambatnya pembuatan Kartu Tanda Penduduk, akta, perijinan, sertifikat, serta penundaan atau ketidakjelasan dalam proses laporan kepada kepolisian. Ada juga substansi lain yang dikeluhkan masyarakat yakni penyalahgunaan wewenang, tidak kompeten, berpihak, penyimpangan prosedur, permintaan uang (pungutan liar). Antonius Sujata selaku

5 Ketua Ombudsman RI (2010) menjelaskan bahwa provinsi Jawa Barat menduduki peringkat kelima setelah DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Medan. (www.pikiran-rakyat.com, November 2010). Buruknya kualitas pelayanan juga terjadi di Kota Bandung, Ombudsman menyatakan bahwa terdapat delapan belas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berada dalam zona merah dalam hal bidang pelayanan. Kepala Perwakilan Ombudsman RI Provinsi Jawa Barat, Haneda Tri Lastoto, memaparkan sebanyak 18 SKPD termasuk dalam kategori zona merah, 11 SKPD masuk dalam zona kuning dan hanya satu saja SKPD yang masuk dalam peringkat zona hijau (tingkat kepatuhan tinggi) terhadap pelaksanaan undang undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik. Penilaian tersebut berdasarkan variabel dan indikator yang menitikberatkan kepada kepatuhan pemerintahan daerah dalam pelaksanaan UU nomor 25 Tahun 2009 dalam rangka peingkatan kualitas pelayanan publik.(www.sinarpaginews.com). Melihat pemaparan berita diatas menunjukan bahwa kualitas pelayanan publik di Bandung masih kurang, sudah seharusnya pemerintah melakukan pembenahan aparatur publik. Pembenahan aparatur publik dapat menjadi langkah awal yang strategis karena kompleksnya masalah yang dihadapi oleh pemerintah, khususnya pemerintah daerah/kota yang secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu dibutuhkannya pengendalian dari dalam tubuh pemerintah itu sendiri (pengendalian internal) dan pengendalian dari luar dalam hal ini masyarakat. Pengedalian internal bertujuan untuk melindungi kekayaan organisasi dengan cara meminimalisasi penyimpangan dan pemborosan serta memaksimalkan efisiensi dan efektifitas kinerja organisasi/instansi pemerintah. Untuk melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik, pemerintah menerapkan suatu sistem penngendalian seperti yang tercantum dalam PP No 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Pemerintah (SPIP). SPIP dilandasi atas pemikiran bahwa sistem pengendalian internal melekat di setiap kegiatan dan dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang ada juga harus dapat memberikan keyakinan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan berjalan dengan baik. Hal ini dapat dicapai jika seluruh pimpinan menyelenggarakan kegiatan

6 pengendalian atas keseluruha kegiatan. Dengan demikian maka penyelenggaraan kegiatan pemerintah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efektif dan efisien (BPK RI,2013). Dalam PP No 60 Tahun 2008 mendefinisikan sistem pengendalian internal sebagai berikut: proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem pengendalian internal juga menjadi suatu unsur penting dalam pengelolaan pemeritahan. Setiap lembaga pemerintah sebaiknya memiliki suatu sistem pengendalian yang dapat meminimalisasi resiko yang mungkin terjadi. Penyediaan pelayanan pemerintah yang berkualitas akan memacu potensi sosial ekonomi masyarakat yang merupakan bagian dari demokratisasi ekonomi. Penyediaan pelayanan publik yang bermutu merupakan salah satu alat untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang semakin berkurang. Menurut Amin Ibrahim (2008:57) standar pelayanan perlu terus menerus dimonitor dalam pelaksanaannya. Monitoring yang terdapat di dalam pengendalian internal tidak hanya berkaitan dengan sejauh mana pelayanan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan, tetapi juga konsistensi bahkan upaya peningkatan dalam menghasilkan pelayanan yang baik. Pengendalian internal secara terus menerus memang dibutuhkan jika kondisi lingkungan sering kali berubah dengan cepat dan sangat sulit untuk di kendalikan. Penelitian mengenai pengendalian internal dilakukan oleh Muchamad Arif Zamani (2010) dengan judul Pengaruh Pengendalian Internal Pemerintah dan Insentif Pegawai Negeri Sipil Terhadap Praktik Korupsi Pelayanan Publik Serta Implikasinya Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Pada Dinas Pendidikan Jawa Barat) menyatakan bahwa Pengendalian Internal Pemerintah, Insentif Pegawai Negeri secara parsial, dan Tindak Korupsi berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelayanan publik. Pengaruh sistem pengendalian internal dan

7 insentif bersifat positif, sedangkan korupsi bersifat negatif. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Leli Maulidani (2009), menemukan hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif antara efektivitas pengendalian internal terhadap kualitas pelayanan publik. Dengan nilai korelasi sebesar 0,95 hal itu menunjukan antara pengendalian internal terhadap kualitas pelayanan publik mempunyai hubungan yang sangat kuat. Dalam arti naiknya efektivitas pengendalian internal mengakibatkan naiknya kualitas pelayanan publik. Berdasarkan fenomena dan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengedalian internal untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di kota Bandung. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan judul sebagai berikut: Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Kasus Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Bandung) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan tema penelitian yang dijelaskan sebelumnya, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran efektivitas pengendalian internal di satuan kerja perangkat daerah di pemerintah Kota Bandung. 2. Bagaimana gambaran kualitas pelayanan publik di satuan kerja perangkat daerah di Kota Bandung. 3. Bagaimana pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kualitas pelayanan publik di satuan kerja perangkat daerah pemerintah Kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas pengendalian internal yang dilaksanakan oleh

8 pemerintah kota Bandung untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Sehingga peneliti menemukan jawaban atas permasalahan penelitian yaitu mengenai pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kualitas pelayanan publik. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Memahami gambaran efektivitas pengendalian internal yang diterapkan satuan kerja perangkat daerah di pemerintah Kota Bandung. 2. Memahami gambaran kualitas pelayanan publik di satuan kerja perangkat daerah di pemerintah Kota Bandung. 3. Mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh efektivitas pengendalian internal terhadap kualitas pelayanan publik di satuan kerja perangkat daerah pemerintah Kota Bandung. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memberikan informasi serta masukan kepada pemerintah kota Bandung mengenai pengaruh dari efektivitas pengendalian internal untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik yang diberikan. Sehingga dapat diketahui pengendalian internal sudah dilaksanakan secara baik atau belum. Sedangkan bagi peneliti lain ini sebagai sarana untuk tamabahan pengetahuan. 1.4.2 Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan memberikan sumbangan bagi pengembangan keilmuan terutama akuntansi sektor publik. Diharapkan juga penelitian ini berguna bagi pengembangan penelitian sejenis bagi pihak yang akan membahas tentang pengendalian internal dan kualitas pelayanan publik.