JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410-9875 Vol. 17, No. 1a, November 2015 http: //www.tsm.ac.id/jba PROSEDUR PERHITUNGAN, PENYETORAN, PELAPORAN DAN PENCATATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI RIAN SUMARTA STIE TRISAKTI rsumarta@stietrisakti.ac.id Abstract: The purpose of this research are determine the procedure of calculations, payment, reporting and recording the Value Added Tax with Value Added Tax Rules and Regulations and also to check the compliance of accounting records with Generally Accepted Accounting Principles. This research uses descriptive analysis method according to Value Added Tax data in 2014. Data needed such as Monthly Value Added Tax Return, Invoice, Receipt Letter, Tax Invoices, Tax Payment Slip and journal entries. The result of this research can be summarized that the procedure of calculations, payment, reporting in accordance with the Tax Law Number 42 year 2009 and the recording of journal entries is accordance with Generally Accepted Accounting Principles. Keywords: Value Added Tax, calculations, payments, reporting and recording of Value Added Tax, Law Number 42 year 2009, Tax Accounting. Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan prosedur perhitungan, penyetoran, pelaporan dan pencatatan Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan peraturan Pajak Pertambahan Nilai dan Undang-undang tentang Pajak Pertambahan Nilai dan juga melihat kesesuaian Prinsip Akuntansi yang berlaku. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif berdasarkan data Pajak Pertambahan nilai tahun 2014. Data yang dibutuhkan seperti Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Bukti Penerimaan Surat, Faktur Pajak, Bukti Pembayaran Pajak serta Jurnal Pencatatan. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa prosedur perhitungan, penyetoran, pelaporan dan pencatatan Pajak Pertambahan Nilai telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 dan tata cara pencatatannya juga telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Kata Kunci: Pajak Pertambahan Nilai, Perhitungan, Penyetoran, Pelaporan, Pencatatan, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009, Akuntansi Perpajakan. PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara berkembang saat ini melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana dalam berbagai bidang untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan tersebut dilaksanakan dengan pendanaan yang berasal dari pajak. Pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara yang dipungut berdasarkan undangundang serta aturan pelaksanaannya. Pajak merupakan sumber terbesar dalam kas negara, namun dalam proses pemungutannya masih mempunyai berbagai kendala. Adapun kendala dan masalah yang terjadi seperti minimnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap tata cara pemungutan pajak. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan salah satu dari Pajak Pusat yang memiliki peranan penting. Menurut golongannya, pajak terbagi atas 2, yaitu: Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) termasuk dalam golongan pajak tidak langsung karena dibebankan ke pihak lain dan dikenakan atas barang dan jasa yang dikonsumsi dalam daerah pabean Indonesia. Sistem pemungutan pajak pertambahan nilai yang dianut di Indonesia adalah self assessment yaitu masyarakat mendaftarkan diri sebagai wajib pajak selanjutnya menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Dalam sistem ini pemerintah hanya berperan sebagai pengawas dan kesadaran serta kejujuran wajib pajak sangat diperlukan. Pemungutan pajak pertambahan nilai diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Pajak pertambahan nilai merupakan pajak tidak langsung yang berhubungan dengan setiap kegiatan penyerahan dan perolehan barang dan jasa kena pajak yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai PPN merupakan pengganti dari Pajak Penjualan hal ini disebabkan karena Pajak Penjualan tidak lagi memadai untuk mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong ekspor dan pemerataan pembebanan pajak. Mardiasmo (2013, 232) menyatakan bahwa PPN adalah pajak yang dikenakan atas setiap pembelian Barang Kena Pajak dan Pemanfaatan Jasa Kena Pajak baik di wilayah pabean dari luar daerah pabean. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya serta tempat tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang yang mengatur tentang kepabean. Didalam Daerah Pabean Republik Indonesia terdapat wilayah yang apabila terjadi Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Barang Mewah, wilayah tersebut disebut Kawasan Berikat. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai Subjek PPN menurut UU No. 42 Tahun 2009 pasal 1 angka 15 adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak.
Subjek PPN dapat berstatus PKP maupun non-pkp. Berdasarkan pasal 4 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 objek PPN adalah pajak yang dikenakan atas : 1. Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha; 2. Impor barang kena pajak; 3. Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha; 4. Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean; 5. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean; 6. Ekspor barang kena pajak berwujud oleh pengusaha kena pajak; 7. Ekspor barang kena pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak; 8. Ekspor jasa kena pajak oleh pengusaha kena pajak. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Proses Pengenaan PPN dapat diurai sebagai berikut: Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh penjual. PPN yang dipungut merupakan pembayaran pajak dimuka dan pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak. Pada saat menjual/menyerahkan BKP/JKP kepada pihak lain, wajib memungut PPN dan sebagai bukti telah memungut PPN penjual wajib membuat faktur pajak. Dalam suatu masa pajak apabila jumlah pajak keluaran lebih besar daripada jumlah pajak masukan, selisihnya disetorkan pada negara dan apabila pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran maka dapat direstitusi atau dikompensasikan di masa pajak berikutnya. Pajak Masukan dan Pajak Keluaran Menurut Undang-Undang 42 Tahun 2009 pasal 1 ayat (24) Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena Pajak. Berdasarkan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009 pasal 1 ayat (25) Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP berwujud, Ekspor BKP tidak berwujud, dan/atau ekspor JKP. Perhitungan PPN Cara perhitungan PPN adalah sebagai berikut : PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak. Dasar Pengenaan Pajak yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung PPN yang terutang adalah: 1. Harga Jual, merupakan nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak;
2. Penggantian, merupakan nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta oleh penjual karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP tidak berwujud tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak; 3. Nilai Impor, merupakan nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai kepabean dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut; 4. Nilai Ekspor, nilai berupa uang termasuk biaya yang diminta oleh eksportir;atau 5. Nilai Lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Berdasarkan pasal 7 Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009 tarif PPN yang berlaku adalah: 1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10%; 2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% diterapkan atas: a. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud; b. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan c. Ekspor Jasa Kena Pajak. Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi serendah-rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15%. Penyetoran PPN PPN yang dihitung sendiri oleh PKP harus disetor paling lambat bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak PPN disampaikan. PPN yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT dan STP harus dibayar dalam waktu yang dicantumkan dalam SKPKB, SKPKBT dan STP tersebut. PPN atas Impor harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk dan apabila pembayaran Bea Masuk ditunda/dibebaskan, harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen impor. PPN yang pemungutannya dilakukan oleh Bendahara Pemerintah, harus disetor paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memungut PPN atas impor harus disetor dalam jangka waktu 1 hari setelah dilakukan pemungutan PPN pajak. Batas waktu penyetoran pajak yang terutang: PPN yang terutang dalam suatu Masa Pajak, harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah akhir Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari Sabtu atau hari libur nasional, maka penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pelaporan Pajak Terutang Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib menghitung dan melaporkan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang
terutang. Pajak terutang dilaporkan dengan pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. SPT Masa PPN adalah sebagai sarana untuk melaporkan tentang: 1. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; 2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku; 3. Bagi pemotong atau pemungut adalah melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipungut dan disetorkannya. Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 penyampaian SPT dapat dilakukan dengan cara: 1. Secara langsung; 2. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau 3. Dengan cara lain, yaitu melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat;atau E-filling melalui perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service Provider). Dalam hal SPT disampaikan secara langsung ke Kantor Direktorat Jendral Pajak yang terkait, maka kepada PKP akan diberikan tanda bukti penerimaan SPT Masa PPN. Apabila disampaikan melalui kantor pos, perusahaan jasa kurir atau jasa ekspedisi, oleh petugas yang terkait akan diberikan bukti pengiriman surat, sedangkan penyampaian SPT yang menggunakan e-filing akan diberikan bukti penerimaan elektronik. PPN yang terutang dalam suatu Masa Pajak, harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah akhir Masa Pajak. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari Sabtu atau hari libur nasional, maka penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pencatatan PPN Menurut Waluyo dalam buku Akuntansi Pajak (2012, 332) dalam akuntansi komersial tidak mengatur tersendiri perilaku akuntansi khusus untuk PPN maupun PPnBM, PSAK hanya mengatur Akuntansi Pajak Penghasilan. Pada umumnya tata cara pencatatan PPN dalam akuntansi untuk perusahaan adalah sebagai berikut: Pada saat terjadi pembelian: Pembelian Pajak Masukan Kas/Hutang Dagang Pada saat terjadi penjualan: Kas/Piutang Dagang Pajak Keluaran
Penjualan Pada saat pengakuan PPN terutang (jika pajak keluaran > pajak masukan): Pajak Keluaran Hutang Pajak Pajak Masukan Pada saat pengakuan PPN lebih bayar (jika pajak masukan > pajak keluaran): Pajak Keluaran Pajak Dibayar Dimuka Pajak Masukan Pada saat pembayaran jika PPN keluaran lebih besar daripada PPN masukan: Hutang Pajak Kas/Bank METODE PENELITIAN Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Analisis deskriptif mengambarkan suatu keadaan, masalah, peristiwa yang sesungguhnya pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab yang terjadi dari suatu masalah tertentu. Penelitian ini memberikan gambaran secara objektif mengenai penerapan Pajak Pertambahan Nilai di CV. Hasba dengan data dan informasi yang diperoleh. Pelaksanaan penelitian ini meliputi pengumpulan, penyusunan dan analisis data. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah CV. Hasba yang beralamat di Jl. A. Yani no. 29 Cikampek (Dawuan Timur), Jawa Barat. CV. Hasba adalah perusahaan yang bergerak di jasa bengkel mesin bubut di daerah kawasan Bukit Indah City Karawang. Metode Analisis Data Hal-Hal yang akan dilakukan dalam menjawab masalah penelitian antara lain : 1. Menganalisis data dan informasi yang berhubungan dengan tata cara perhitungan, pencatatan, penyetoran dan pelaporan PPN, yaitu: a. Menganalisis faktur pajak keluaran, faktur pajak masukan dan invoice serta SPT Masa PPN untuk mengetahui tata cara perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. b. Menganalisis Surat Setoran Pajak PPN dan Bukti Penerimaan Negara untuk mengetahui tata cara penyetoran dengan memeriksa jumlah pembayaran, tempat penyetoran dan tanggal penyetoran. c. Menganalisis SPT, SSP dan Bukti Penerimaan Surat untuk mengetahui tata cara pelaporan SPT Masa PPN dengan memeriksa
tanggal pelaporan, tempat pelaporan, dokumen yang dilaporkan dan status SPT. d. Menganalisis data pencatatan jurnal CV. Hasba atas pembelian, penjualan, kurang bayar/lebih bayar dan penyetorannya untuk mengetahui tata cara pencatatan. 2. Membandingkan kesesuaian perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPN pada CV. Hasba dengan Undang-Undang No. 42 Tahun 2009; 3. Membandingkan kesesuaian pencatatan PPN yang dilakukan CV. Hasba dengan prinsip akuntansi berlaku umum. HASIL PENELITIAN Tata Cara Perhitungan PPN CV. Hasba Tahun 2014 Saat penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak oleh CV. Hasba akan mendapatkan Faktur Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan PPN Keluaran yang dipungut. Harga pembelian sama dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Perhitungan untuk PPN adalah tarif sebesar 10% dikalikan dengan DPP. Berikut adalah contoh pembelian/perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan CV. Hasba: Tanggal 9 Januari 2014 CV. Hasba melakukan pembelian beberapa jenis BKP dari PT. Alam Lestari Unggul dengan harga pembelian sebesar Rp17.724.000,00. Dari transaksi itu, CV. Hasba menerima faktur pajak masukan dengan nomor 010.000-14.25280831. Perhitungan PPN Masukan yang dilakukan CV. Hasba dari transaksi tersebut adalah sebagai berikut: Dasar Pengenaan Pajak =Rp17.724.000,00 PPN Masukan (10% x Rp17.724.000) =Rp 1.772.400,00 Nilai Faktur =Rp19.496.400,00 Setiap penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) oleh CV. Hasba membuatkan Faktur Pajak untuk para pembeli yang telah terdaftar sebagai PKP maupun yang non-pkp. Mekanisme perhitungan PPN sesuai dengan UU No. 42 tahun 2009 dilakukan dengan mengalikan DPP dengan tarif PPN. Berikut adalah contoh perhitungan PPN dan pemberian jasa yang dilakukan CV. Hasba: Tanggal 2 Januari 2014 CV. Hasba memberikan jasa pembuatan feed back impeller kepada PT. Nichias Rockwool Indonesia dengan total nilai tagihan sebesar Rp36.827.250,00. Dari transaksi itu, CV. Hasba memungut PPN sebesar 10% dari nilai tagihan. Untuk itu CV. Hasba menerbitkan faktur pajak dengan nomor seri 010.000-14.92071502. Perhitungan PPN Keluaran yang dilakukan CV. Hasba dari transaksi tersebut adalah sebagai berikut: Dasar Pengenaan Pajak =Rp36.827.250,00 PPN Keluaran (10% x Rp36.827.250) =Rp 3.682.725,00 Nilai Faktur =Rp40.509.975,00 Setelah melakukan perhitungan pajak keluaran dan pajak masukan maka selanjutnya akan dilakukan perhitungan lebih bayar/kurang bayar yang dilakukan dengan menselisihkan pajak keluaran dan pajak masukan. Untuk memudahkan pembahasan peneliti menyajikan perhitungan pemberian JKP, jumlah PPN
terutang, PPN masukan yang dapat dikreditkan dan PPN lebih bayar/kurang bayar untuk masa pajak Januari-Desember 2014. Perhitungan PPN masa pajak Januari 2014 Jumlah Penyerahan JKP Rp325.025.200 PPN Keluaran yang dipungut Rp 32.502.520 Pajak Masukan yang dapat dikreditkan Rp 1.772.400 PPN Kurang Bayar Rp 30.730.120 Tata Cara Penyetoran PPN pada CV.Hasba Tahun 2014 CV. Hasba melakukan penyetoran PPN terutang setiap masa ke Bank Mandiri. Penyetoran dilakukan setiap akhir bulan berikutnya, hal ini terbukti dalam validasi bank pada Surat Setoran Pajak (SSP) yang diterima oleh CV. Hasba. Tata Cara Pelaporan PPN CV. Hasba Tahun 2014 Setelah melakukan penyetoran, CV. Hasba wajib melaporkan PPN yang telah disetorkan ke Kantor Pelayanan Pajak dengan melampirkan dokumendokumen yang diperlukan yaitu Surat Setoran Pajak (SSP) yang sudah mendapat validasi dari Bank, Surat Pemberitahuan Masa PPN dan e-spt. Tata Cara Pencatatan PPN CV. Hasba Tahun 2014 Dalam transaksi pembelian barang untuk jasa bengkel, pembayaran dilakukan secara kredit oleh CV. Hasba. Pembayaran hutang dagang dilakukan pada jatuh tempo yang diberikan. Berikut adalah contoh mekanisme pencatatan pembelian selama tahun 2014. Tabel 1. Jurnal Transaksi Pembelian CV. Hasba Tahun 2014 Tanggal Jurnal Debit Kredit 9 Januari Perlengkapan Reparasi PPN Masukan 17.724.000 1.772.400 2014 Hutang Usaha 19.496.400 Sumber: File Jurnal Umum CV. Hasba Dalam transaksi penyerahan jasa bengkel dilakukan oleh CV. Hasba secara kredit dengan waktu pembayaran 30 hari setelah barang dikirimkan. Berikut adalah contoh mekanisme pencatatan penjualan selama tahun 2014. Tabel 2. Jurnal Transaksi Penjualan CV. Hasba Tahun 2014 Tanggal Jurnal Debit Kredit 2 Piutang Usaha 40.509.975 Januari 2014 Pendapatan Service PPN Keluaran 36.827.250 3.682.725 Sumber: File Jurnal Umum CV. Hasba
Untuk pencatatan lebih/kurang bayar PPN CV. Hasba melakukan jurnal penutup pada setiap bulannya dengan mencatat PPN Keluaran (D) pada Kurang Bayar (K) dan PPN Masukan (K). Berikut adalah mekanisme pencatatan lebih/kurang bayar PPN yang dilakukan oleh CV. Hasba selama tahun 2014. Tabel 3. Jurnal Perhitungan PPN Kurang atau Lebih Bayar CV. Hasba Tahun 2014 Masa KB/LB Jurnal Debit (Rp) Kredit (Rp) Januari KB PPN Keluaran 32.502520 PPN Kurang Bayar PPN Masukan 30.730.120 1.772.400 Sumber: File Jurnal Umum CV. Hasba Untuk pencatatan penyetoran kurang bayar PPN. CV. Hasba menjurnal pada saat penyetoran terjadi dengan mencatat PPN Keluaran pada sisi debit dan Bank pada sisi kredit. Berikut adalah mekanisme pencatatan penyetoran kurang bayar PPN yang dilakukan oleh CV. Hasba selama tahun 2014. Tabel 4. Jurnal Penyetoran PPN kurang Bayar CV. Hasba Tahun 2014 Tanggal Jurnal Debit (Rp) Kredit (Rp) Januari PPN Kurang Bayar 30.730.120 Bank Mandiri 30.730.120 Sumber: File Jurnal Pencatatan CV. Hasba PENUTUP Berdasarkan hasil analisis perolehan dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap CV. Hasba dalam melakukan Perhitungan, Pencatatan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), maka peneliti mengambil kesimpulan: 1. Tata cara perhitungan, penyetoran, pelaporan dan pencatatan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan oleh CV. Hasba adalah sebagai berikut: a. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada CV. Hasba atas transaksi penjualan dan pembelian dihitung dari mengalikan Dasar Pengenaan Pajak dengan tarif 10%, sedangkan untuk menghitung Kurang Bayar CV. Hasba menggurangkan Pajak Keluaran yang dipunggut dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.\ b. Selama tahun 2014 CV. Hasba telah melakukan penyetoran pada setiap akhir bulan berikutnya melalui Bank Mandiri. c. Dalam melakukan pelaporan CV. Hasba melampirkan dokumen SSP, SPT & e-spt di KPP Pratama Karawang Selatan pada setiap akhir bulan berikutnya dan apabila berakhirnya masa pajak yang bersangkutan jatuh
pada hari Sabtu atau hari libur nasional maka penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. d. Pencatatan yang dilakukan antara lain pencatatan atas pembelian, penjualan, pencatatan Kurang/Lebih bayar PPN dan penyetoran Kurang/Lebih bayar PPN. Penjualan dilakukan secara kredit dimana pembayaran dilakukan setelah 30 hari setelah pengiriman barang pesanan. 2. Selama tahun 2014 CV. Hasba telah melaksanakan sistem perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPN sudah sesuai dengan UU No. 42 Tahun 2009. 3. Selama tahun 2014 CV. Hasba telah melaksanakan sistem pencatatan PPN sesuai dengan ketentuan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum. Selama melakukan penelitian terhadap sistem perhitungan, pencatatan, penyetoran dan pelaporan pada CV. Hasba peneliti mengalami keterbatasan yaitu data tidak diperoleh dengan lengkap oleh peneliti yaitu jurnal pencatatan atas transaksi yang dilakukan dan invoice tetapi peneliti mendapatkan contoh jurnal sebagai sampel yang dapat mewakili. Dari penelitian ini, rekomendasi yang dapat diberikan untuk mengatasi keterbatasan peneliti selanjutnya yaitu mempersiapkan data sekunder yang telah terorganisir agar penelitian dapat berjalan dengan lancar. REFERENSI: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009. Peraturan Direktur Jendral Pajak PER-24/PJ/2012 Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 Tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan Serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan dan Penyampaian Surat Pemberitahuan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012 Tentang Pedoman Perhitungan Pengkreditan Pajak Masukan Bagi Pengusaha Kena Pajak yang Mempunyai Peredaran Usaha Tidak Melebihi Jumlah Tertentu. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 Tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai.
Diana, Anastasia, dan Lilis Setiawati. 2014. Perpajakan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET. Mardiasmo. 2013. Perpajakan. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET. Sukardji, Untung. 2014. Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Waluyo. 2012. Akuntansi Pajak. Jakarta: Salembada Empat.