BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dalam hierarki struktur pemerintahan, desa adalah menempati posisi terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi terdepan dan langsung berada di tengah kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu hampir dapat dipastikan semua bentuk atau setiap program pembangunan dari pemerintah baik pemerintah pusat, propinsi maupun pemerintah daerah akan selalu bermuara ke desa. Untuk lebih mengoptimalkan program-program serta percepatan pembangunan ke wilayah daerah atau desa terpencil maka koordinasi lintas Kementerian di pusat maupun SKPD di daerah sangat diperlukan. Beberapa pembangunan infrastruktur dasar seperti pengairan dan pengolahan air bersih seharusnya bisa lebih dioptimalisasikan, karena selama ini fasilitas tersebut dibiarkan berjalan seadanya, tanpa pemeliharaan dan perawatan sehingga dari tahun ke tahun fasilitas tersebut makin menurun kemampuan fisiknya ini dapat dilihat dari makin menyusutnya jumlah luas lahan pertanian yang dahulunya mencapai 40 ha kini hanya tersisa 2 ha saja, lahan tersebut telah banyak berubah fungsi menjadi lahan perkebunan seperti karet dan kopi. 81
Kehidupan penduduk di lihat dari penghasilan rata-rata perbulan perkepala keluarga dari orang tua siswa SMPN 4 Mura Uya meski berada pada daerah terpencil masih bisa dikatakan bagus yaitu berkisar antara yang terkecil Rp. 2.000.000 s.d Rp. 8.000.000,-, dengan memakai kriteria Bank Dunia yaitu daya beli masyarakat 1,25 dollar perhari Peranan pembangunan pedesaaan memegang peranan yang sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah dan nasional. Hal tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan yang dirancang pemerintah untuk pembangunan desa. Hampir seluruh instansi, terutama pemerintah daerah mengakomodir pembangunan desa dalam program kerjanya. Tentunya berlandaskan pemahaman bahwa desa sebagai kesatuan geografis terdepan yang merupakan tempat sebagian besar penduduk bermukim. Meskipun demikian, pembangunan desa masih memiliki berbagai permasalahan, seperti adanya desa terpencil atau terisolir dari pusat-pusat pembangunan (centre of excellent), masih minimnya prasarana sosial ekonomi serta penyebaran jumlah tenaga kerja produktif yang tidak seimbang, termasuk tingkat produktivitas, tingkat pendapatan masyarakat dan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Semuanya itu pada akhirnya berkontribusi pada kemiskinan penduduk. Keberadaan SMPN 4 Muara Uya sudah memberikan hasil yang baik dalam hal ini masyarakat sebelum adanya sekolah tersebut rata-rata hanya berpendidikan SD saja kini telah meningkat 82
menjadi rata-rata berpendidikan SMP, maka selaras dengan perkembangan pembangunan desa nantinya juga tidak menutup kemungkinan dapat di bangun gedung SMA atau SMK. Keberadaan sekolah di wilayah terpencil Kabupaten Tabalong sebetulnya memang sangat dibutuhkan, artinya jumlah siswa pada lokasi tersebut sudah memadai meskipun untuk standar yang diperlukan masih sangat kurang mendukung, ini tampak dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) SD di atas 97% dan SLTP di atas 70%. Sebagaimana tampak dalam Tabel 2.14, APS untuk usia 7-12 tahun sebesar 99.3%, sedangkan untuk usia 13-15 sebesar 90.77%. Meskipun demikian aspek kuantitatif tersebut tidak akan banyak bermanfaat jika secara kualitatif keberadaan sekolah di wilayah terpencil Kabupaten Tabalong tidak atau kurang diperhatikan sebab kualitas infrastruktur pendidikan terkait erat dengan kualitas output pendidikan. Sekolah adalah kebutuhan sentral bagi pendidikan masyarakat, sayangnya untuk wilayah terpencil semacam di Kabupaten Tabalong ini ada kecenderungan pengabaian perlunya infrastruktur memadai. 6.2. SARAN Dengan demikian penulis merekomendasikan agar pemerintah setempat mengintegrasikan proses perencanaan infrastruktur sekolah dengan perencanaan dan pembangunan bidang lainnya di wilayah kabupaten Tabalong, terutama yang menyangkut penyediaan energi listrik, air bersih, 83
sarana transportasi, dan paket renumerasi layak bagi para guru. Visi misi pembangunan kabupaten Tabalong harus selaras bukan hanya dengan tujuan nasional pendidikan namun juga dengan pembangunan masyarakat setempat, kelestarian lingkungan, pertumbuhan regional, dan seluruh aspek investasi pembangunan infrastruktur. penawaran insentif untuk mengkoordinasikan perencanaan infrastruktur lokal di wilayah pembangunan sekolah dan perencanaan infrastruktur kabupaten Tabalong, misalnya bantuan berupa sarana transportasi umum atau kemudahan perijinan investasinya. Perbaikan proses kolaborasinya dengan bidang pembangunan jalan, perumahan, dan infrastruktur publik lainnya begitu rupa sehingga kendala aksesibilitas dan kelestarian lingkungan bisa teratasi tanpa memunculkan potensi problema polusi dan keruwetan lalu-lintas di masa mendatang. Jika ini bisa dilakukan dengan baik maka keberadaan sekolah baru bisa menjadi daya tarik yang mampu menumbuhkan lebih banyak aktifitas ekonomi dan berbagai peluang usaha baru. Libatkan pula lebih banyak partisipasi masyarakat sehingga mereka merasa ikut memiliki, ini penting untuk melangkah ke depannya dalam konteks pembangunan berkesinambungan. Dalam aspek riset penulis juga merekomendasikan agar hasil ini ditindaklanjuti oleh penelitian berikutnya yang berfokus pada eksplorasi terhadap semua strategi dan kendala bagi tercapainya integrasi proses perencanaan pembangunan infrastruktur, termasuk pula menemukan jenis dan bentuk training yang diperlukan untuk itu. Selain itu penelitian lanjutan juga 84
perlu menganalisa dan mengukur potensi biaya dari proses integrasi perencaan infrastruktur secara lebih makro. Analisa longitudinal terhadap pembangunan sekolah baru akan memunculkan sisi pembandingan biaya - manfaat dalam jangka panjang dan skala lebih luas. Pembangunan yang dilakukan oleh segenap komponen masyarakat atau pihak-pihak yang terkait, hendaknya dapat menjangkau seluruh asfek kehidupan masyarakat baik dibidang pendidikan, kesehatan maupun perekonomian. terlebih sekarang kabupaten Tabalong hanya bisa menduduki urutan 9 dari 13 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan dalam hal indek pembangunan manusia (IPM) dengan capaian sekitar 7,1, padahal kabupaten Tabalong tergolong kabupaten kaya karena banyaknya pertambangan berskala Nasional seperti Pertamina di bidang minyak dan PT Adaro di bidang pertambangan batubara, Pemerintah Daerah Kabupaten Tabalong di tuntut dapat lebih menggiatkan program-program peningkatan pendapatan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat seperti pembinaan usaha kecil menegah, pelatihan keterampilan, serta mengembangkan potensi hasil alam seperti perkebunan dan pertanian. Adanya bantuan fasilitas infrastruktur seperti lampu dan air bersih hendaknya dilakukan pengorganisaasian peran serta masyarakat untuk menjaga dan memelihara serta merawat fasilitas tersebut dengan sebaik-baiknya, peran serta tersebut dapat saja baik berupa materi maupun tenaga. 85
Beberapa program pendidikan juga harus lebih di tingkatkan seperti sosialisasi, pengawasan, pembinaan dan penambahan fasilitas penunjang pendidikan atau sarana prasarana bagi sekolah yang masih belum memiliki untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang lebih baik. Dari beberapa fasilitas serta penunjang kesejahteraan guru yang telah dan akan diberikan seharusnya mampu lebih meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru, namun pada kenyataannya masih di rasa masih sangat perlu pembinaan dan pengawasan yang lebih maksimal terhadap peran guru tersebut. Hasil penelitian sebagaimana disampaikan tersebut di atas mengerucut pada kesimpulan bahwa pengelolaan SMPN di kawasan terpencil di wilayah kabupaten Tabalong masih jauh dari optimal. Kendala pada aspek ketersediaan energi listrik, air bersih, dan transportasi mengindikasikan bahwa proses perencanaan pembangunan infrastruktur pendidikan di Kabupaten Tabalong belum terintegrasi dengan proses perencanaan pembangunan infrastruktur lainnya. Perasaan tidak betah di kalangan para guru adalah indikator penting sebab itu menunjukkan tingginya harapan untuk terpenuhi kebutuhan mereka terhadap ketersediaan listrik, air bersih, dan sarana transportasi sesuatu yang hingga saat ini masih sebatas angan. Dalam konteks peran guru sebagai aktor penting pembangunan pendidikan, maka berdirinya sekolah di wilayah terpencil tidak akan memberi manfaat jika persoalan ini dibiarkan. Kendala transportasi, ketersediaan listrik dan air bersih muncul karena penentuan lokasi pendirian sekolah tidak selaras dengan perencanaan tata ruang wilayah. 86