BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI LEMBAGA REHABILITASI YAYASAN JAWOR KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. amanah dari Allah SWT dan fungsi sebagai generasi penerus kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. amanah dari Allah SWT dan fungsi sebagai generasi penerus kehidupan di

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB V PENUTUP. metode kualitatif dengan pendekatan metode study kasus yang menyajikan

BAB V PENUTUP. sebelumnya, dapat penulis ketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan

SKRIPSI. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2013, hal

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

BIMBINGAN KONSELING ISLAM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDI KASUS DI LEMBAGA REHABILITASI YAYASAN JAWOR KOTA SEMARANG)

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang besar pada setiap wanita yang normal, juga pada kedua orang

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. religious), yaitu makhluk yang memiliki rasa keagamaan dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia dikembangkan bimbingan konseling Islam, bimbingan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. yang sifatnya menembangkan pola hidup yang menyimpang dari norma. perikehidupan dan perkembangan remaja.

BAB l PENDAHULUAN. berikut : pernikahan adalah ikatan lahir batin antara suami istri denga tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB IV ANALISIS MASALAH. dirasakan sebagai suatu gangguan dalam jalan kehidupan sehari-hari. Oleh

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB IV MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING KENAKALAN REMAJA DI SMA NEGERI 8 SEMARANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman pada masa modern ini banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB IV ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN MAHASISWA DAN SOLUSINYA. A. Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Fakultas Dakwah dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. UMUM. menjadi...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di era modernisasi telah merambah ke seluruh. penjuru dunia. Hal ini membuat manusia terlena dengan kemegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN DZIKIR DAN MUJAHADAH SEBAGAI UPAYA PENYEMBUHAN STRES

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah mempunyai sebuah pengertian sebagai suatu ajakan dalam bentuk

BAB V ANALISIS PENANGGULANGAN SEKS BEBAS REMAJA DI KECAMATAN SLUKE KABUPATEN REMBANG (TINJAUAN BEHAVAVIOURISTIK DAN BIMBINGAN ISLAM)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KLEPTOMANIA DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM. Dalam kehidupan, yang namanya masalah besar maupun kecil harus di

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. Mellyarti Syarif. Pelayanan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Terhadap Pasien. Disertasi. Kementrian Agama RI. Jakarta hlm.

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI RUQYAH PADA PENDERITA GANGGUAN JIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERAPI SUFISTIK PADA GANGGUAN PSIKOSIS. A. Efektifitas terapi sufistik pada penderita psikosis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Menurut Hojat et al (2013), rasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Lansia merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahap yang cukup menakutkan bagi pria maupun wanita. seseorang, yaitu suatu periode dimana sesorang telah beranjak jauh dari

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI LEMBAGA REHABILITASI YAYASAN JAWOR KOTA SEMARANG 4.1. Analisis Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga Terhadap Kesehatan Mental Anak. Gangguan kesehatan mental merupakan bagian dari sasaran terapeutik (terapi mental) dan bukanlah yang mudah untuk dipahami melainkan diaplikasikan secara langsung sebagai cara penanganan terhadap klien sehingga mengetahui kondisi dan gejolak jiwa yang dialami klien namun lebih dari itu sebagai terapis dituntut untuk mampu memahami kondisi kesehatan mental yang dialami klien secara mendalam. Terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga, terdapat dampakdampak yang dapat merugikan pihak-pihak dalam keluarga yang telah disebutkan dalam UU PKDRT No. 23 tahun 2004, mulai dari dampak secara psikologis dan fisik. Dampak secara psikologis dapat berupa timbulnya trauma dari level ringan hingga level berat pada diri anggota keluarga yang menjadi korban, baik korban yang menjadi obyek sasaran kekerasan maupun obyek yang menyaksikan kekerasan tersebut. Dampak secara fisik dapat berupa luka fisik yang dialami oleh obyek korban kekerasan. Kekerasan dalam rumah tangga dapat berbentuk perilaku kasar, seperti menampar, memukul, maupun menendang dan dapat pula berbentuk ucapan-ucapan kasar seperti menghardik, mencaci, dan memaki. Umumnya,

58 korban dalam kekerasan rumah tangga adalah siapa pun yang dikuasai oleh pemilik otoritas, bisa suami oleh istrinya, bisa istri oleh suaminya, bisa anak oleh orang tuanya. Dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap kesehatan mental anak di lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor Kota Semarang diantaranya yaitu: depresi, stres, frustasi, ketakutan, kekalutan mental, neurotis, dan psikotis. Dampak tersebut dipengaruhi oleh faktor ekonomi, moral dan agama. Faktor ekonomi merupakan penyebab utama dari korban kekerasan dalam rumah tangga, yang disebabkan karena kebutuhan pokok dan pangan yang semakin meningkat, lapangan pekerjaan semakin berkurang dan biaya sekolah bertambah mahal sehingga memunculkan terjadinya korban kekerasan dalam rumah tangga yang disebabkan oleh ekonomi. Pada faktor moral, kaitannya dengan moral di lingkungan masyarakat terdapat banyak sekali yang tidak peduli, bahkan ada orang tua yang tidak memiliki moral yang baik yang tega menyiksa anaknya sendiri dan tidak memperhatikannya, sehingga anaklah yang menjadi korban. Dan juga ada yang dipengaruhi oleh faktor agama, yang disebabkan karena orang tua yang memiliki agama hanya setengah-setengah dan tidak mempedulikan anaknya, sehingga keluarganya berantakan karena tidak bisa mendidik anak dan keluarganya. Dari dampak-dampak kekerasan dalam rumah tangga tersebut, dapat mengganggu psikologi anak yang mengakibatkan terganggunya kesehatan mental anak. Hal ini disebabkan karena pada masa anak-anak merupakan fase perkembangan awal psikologi mereka. Jadi apabila terjadi sesuatu hal

59 yang mengganggu psikologi anak-anak, maka mereka akan mengalami ketergangguan psikisnya. Dari beberapa dampak kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana yang ada di lembaga rehabilitasi mental Yayasan Jawor Semarang menunjukkan adanya titik kesamaan dengan dampak-dampak kekerasan dalam UU PKDRT No. 23 tahun 2004. Kesamaan tersebut terdapat pada faktor ekonomi dan psikologis anak. Bentuk dari kegiatan dakwah untuk menghadapi permasalahan gangguan psikis pada anak yang disebabkan oleh dampak kekerasan dalam rumah tangga dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan dan konseling Islam. Penerapan Bimbingan Konseling Islam di Lembaga Rehabilitasi Mental Yayasan Jawor sebagai bantuan psikologis memiliki keunikan tersendiri. Pada umumnya bantuan psikologis yang diberikan kepada klien berupa spesifik-non-generalis, yaitu permasalahan klien adalah berbeda antara satu dengan lainnya sehingga sifat treatmennya khusus, dan tidak sama antara klien satu dengan lainnya. Namun tidak demikian halnya dengan yang ada di Lembaga Rehabilitasi Mental Yayasan Jawor, sifat bantuan psikologis bimbingan konseling Islam di lembaga rehabilitasi mental Yayasan Jawor Semarang adalah generalis-non-spesifik, yakni anggapan bahwa seluruh klien berada dalam permasalahan yang sama dan dapat ditangani secara bersama-sama.

60 4.2. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam di Lembaga Rehabilitasi Yayasan Jawor Terhadap Kesehatan Mental Anak Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga. Problematika gangguan kesehatan mental klien yang ditangani di lembaga rehabilitasi mental Yayasan Jawor Semarang sebagaimana telah di jelaskan dalam bab III terdahulu, dalam bab ini sejauh mungkin akan penulis analisis dengan menggunakan beberapa konsep mengenai faktor-faktor penyebab gangguan kesehatan mental lewat analisis semacam ini penulis berharap dapat secara lebih jauh melihat adanya indikasi yang cenderung menjurus kearah gangguan kesehatan mental Kartini Kartono. Lebih condong melihat keadaan gangguan kesehatan mental dari sisi demoralisasi transisi kebudayaan., dinamika agraris menuju masyarakat industri diwarnai oleh semangat kompetensi individu di segala bidang kehidupan. Dampak terciptalah sosok yang individualis dan egois mewarnai interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari maka munculah konflik kemudian menciptakan ketegangan psikologi yang berujung pada gangguan kesehatan mental. Gejala sentral di era seseorang yang terjadi ialah kurangnya penguasaan terhadap konflik-konflik intra psikis dan kekalutan batin sehingga orang tidak tanggap terhadap keadaan lingkungan dan lama kelamaan menjadi neuritis dan psikotis. Gangguan kesehatan mental bertumpu pada sisi kebutuhan hidup manusia, dalam gangguan kesehatan mental untuk dicermati bersama bahwa dari analisis berdasarkan konsep Kartini Kartono, bila dikaitkan dengan teori Maslow, antara keduanya

61 cenderung mengerucut dalam persoalan tidak terpenuhinya kebutuhan rasa aman sebagai basic needs tingkat kedua setelah kebutuhan fisiologi. Berdasarkan teori Maslow dapat ditarik benang merah bahwa kondisi klien yang terganggu kesehatan mentalnya tidaklah memungkinkan bagi mereka untuk mencapai mental yang sehat, karena salah satu penyebabnya adalah klien terhambat dalam hal pemenuhan fisiologi sebagai basic needs tingkat pertama. Berdasarkan hal yang menunjukan terpenuhinya basic needs di kalangan adalah sebagai berikut ; a. Kebutuhan fisiologi kebutuhan liver pertama tidak terpenuhinya dengan adanya persoalan pemenuhan kebutuhan hidup. b. Kebutuhan rasa aman (safety) perasaan cemas dan takut dalam keseharian klien karena ancaman dari para eksploitir dan aksi tawuran menunjukan bahwa klien belum terpenuhi akan kebutuhan rasa aman sebagai basic need level kedua. c. Kebutuhan akan kasih sayang (mercy) belum terpenuhinya kasih sayang sebagai kebutuhan level ketiga ditunjukkan dengan adanya problem keluarga yang ditunjukkan adanya konflik atau pertengkaran antara anak dengan orang tua. d. Kebutuhan akan harga diri persoalan hukum dan persoalaaan di keluarkan dari sekolah sangat mengindikasikan bahwa harga diri klien dengan sendiri menjadi tidak terhormat di kalangan masyarakat.

62 e. Kebutuhan akan aktualisasi diri, aktualisasi diri sebagai kebutuhan manusia level kelima di tandai dari adanya keinginan akan keindahan, kesempurnaan, keadilan dan kebermaknaan Keterputusan hubungan dengan keluarga sangat jelas ditunjukkan dengan adanya problem konflik keluarga antara klien untuk mendapatkan ketenangan dalam rumah tangga. Dampaknya kasih sayang keluarga sama sekali tidak diperoleh demikian pula dengan lingkungan sekolah. Sementara itu keterputusan hubungan antara klien dengan lingkungan masyarakat yang kurang setabil, sehingga masyarakat cenderung mengklaim klien tersebut sebagai orang yang kurang atau tidak normal, sehingga peran bimbingan konseling Islam sebagai upaya terapi mental terhadap klien sangatlah dibutuhkan secara efektif dan intensif sebagaimana yang ditempuh oleh lembaga rehabilitasi mental Yayasan Jawor Kota Semarang. Secara teoritis penyebab terjadinya gangguan kesehatan mental dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan segala hal yang berasal dari dirinya sendiri dan keluarga. Faktor ini menyikapi banyak berhubungan dengan kekuatan mental (The Power of Soul) dalam perubahan hidup sehari-hari, sedangkan faktor eksternal persoalan hidup sendiri, pada umumnya faktor eksternal muncul pada kontak sosial dalam lingkungan budaya. Gambaran di atas setidaknya dapat memberikan masukan kepada kita bahwa tidaklah mungkin kita mengetahui faktor internal dan faktor eksternal kepada klien. Maksimal kita mendapat informasi dari dokumen Yayasan Jawor perihal gangguan

63 kesehatan mental klien di sana, itu pun hanya informasi yang diberikan oleh Pembina dari pihak keluarga pada saat menyerahkan klien. Kendatipun ada informasi lisan mengenai gangguan kesehatan mental klien dari Pembina namun hal itu masih dirasa kurang dapat memahami faktor internal dan faktor eksternal penyebab gangguan kesehatan mental. Menurut pemahaman penulis, riwayat kasus gangguan kesehatan mental klien di lembaga tersebut dilatar belakangi oleh banyak faktor (Multy Factor Cause). Tidak penulis temukan dalam sebuah riwayat kasus ada satu faktor saja yang menjadi penyebabnya secara garis besar faktor yang menjadi penyebab gangguan kesehatan mental klien di lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor Semarang adalah : 1. Faktor ketahanan mental yang lemah (Mental Defance) 2. Faktor tekanan ekonomi (Economic Pressure) 3. Faktor tekanan keluarga 4. Faktor religius yang rendah 5. Faktor pergaulan yang salah 6. Faktor organis. Dapat diketahui bahwa klien penderita gangguan kesehatan mental adalah sebagai orang yang membutuhkan bantuan orang lain dengan kondisi dan konteks klien yang mengalami kegoncangan hidup yang dialami klien penderita gangguan kesehatan mental di lembaga rehabilitasi mental Yayasan Jawor Kota Semarang, baik depresi, frustasi, kekalutan mental, hingga sampai pada neuritis dan psikotis. Dalam hal ini sangat

64 membutuhkan penanganan yang intensif serta bimbingan dan penyembuhan dalam bentuk terapis dengan materi yang telah ditetapkan senantiasa mengharapkan kesembuhan secara normal baik psikis maupun fisik, sehingga dapat diterima kembali dalam masyarakat. Aktivitas yang dilakukan para pembimbing atau konselor Islam di lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor Semarang merupakan upaya nyata dari sebuah lembaga dakwah untuk terwujudnya kesehatan mental. Bidang kesehatan mental yang menjadi fokus aktivitas dakwah di lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor Semarang menurut pemahaman penulis sangat di butuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat yang rawan gangguan kesehatan mental, sering dinamika hehidupan modern yang sekesleristik, keberadaan lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor Semarang sekaligus menjadi jawaban bagi mereka klien yang perlu mendapatkan bimbingan konseling Islam dalam bentuk mental yang sehat dalam pendekatan agama. Demikian lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor Semarang dalam terapi jiwa seluruh dengan konsep dasar teoritik fungsi dan tujuan bimbingan konseling Islam, selain aktivitas para pembimbing dalam menanggulangi gangguan kesehatan mental klien terdapat relevansi yang erat dalam upaya yang ditempuh dimana dapat diketahui bahwa pembimbing berstatus agama Islam serta teknik dan metode penyembuhan menggunakan metode dan materi Islam, sehingga tepat bila dikatakan sebagai konselor Islam dalam proses bimbingan konseling Islam.

65 Hubungan antara klien yang telah sembuh dengan konselor tidaklah putus begitu juga dengan kesembuhan klien, hubungan tersebut tetap terjalin, hal ini diterapkan oleh Pembina sebagai upaya untuk malakukan evaluasi klien yang telah sembuh. Untuk kepentingan tersebut lembaga rehabiltasi Yayasan Jawor Semarang sengaja mentradisikan budaya sowan sebagaimana telah penulis jelaskan. Selain itu lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor Semarang juga melakukan kunjungan visiting ke pihak keluarga mantan klien. Dari survei yang penulis lakukan ada beberapa hal yang sangat menarik dari pelaksanaan bimbingan konseling Islam di lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor Semarang secara teoritik masingmasing klien memiliki karekteristik problem yang berbeda sehingga cara yang diberikan tidak sama antara satu dengan yang lainnya, tidak demikian halnya dengan apa yang terjadi di lembaga rehabilitasi mental sama antara satu dengan yang lainnya merupakan kontradiksi antara teori dengan kenyataan di lapangan. Menurut penulis (Kiswantoro) sehat bagi pasien penderita gangguan kesehatan mental secara mental dan sehat secara mental tersebut dalam upaya penyembuhan pasien harus memenuhi beberapa elemen, yang meliputi elemen psikologis, elemen sosiologis, dan elemen spiritualis atau disingkat dengan psiko-sosio spiritual. Pemahaman penulis berpendapat bila dijabarkan tentang ciri mental sehat yang sehat telah dikemukakannya dikaitkan dengan elemen-elemen akan diperoleh titik temunya yaitu :

66 a. Mampu secara luwes menyesuaikan diri dan menciptakan hubungan antar pribadi yang bermanfaat dan menyenangkan (elemen sosiologi). b. Bebas dari gangguan kesehatan mental dan penyakit kesehatan mental (elemen psikologis). c. Mengembangkan potensi-potensi pribadi (bakat, sikap, sifat, dan sebagainya) yang baik dan bermanfa at bagi diri sendiri dan lingkungan (elemen psikolis). d. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berusaha menerapkan tuntutan agama dalam kehidupan sehari-hari (elemen spiritualis). Penulis coba melihat sejauh manakah pula bimbingan konseling Islam yang diterapkan oleh lembaga rehabilitasi mental Yayasan Jawor Semarang terhadap penderita gangguan kesehatan mental menunjukkan relevansinya dalam hal membentuk mental sehat secara jasmani dan rohani. Membahas persoalan pelaksanaan bimbingan konseling Islam yang diterapkan oleh lembaga rehabilitasi mental Yayasan Jawor Semarang, maka langkah-langkah yang diterapkan oleh konselor dalam membimbing klien penderita gangguan kesehatan mental adalah dengan menggunakan materi dan metode bimbingan. Materi bimbingan yang diberikan sebagai alternatif penyembuhan terhadap klien penderita gangguan kesehatan mental di lembaga rehabilitasi mental Yayasan Jawor Semarang meliputi dua hal, yaitu materi rohaniyah dan materi badaniyah.

67 Materi rohaniyah adalah materi yang berkaitan dengan penyembuhan klien secara transindental. Materi ini berupa bacaan-bacaan Al-Qur an, dzikir, do a-do a, pelajaran tentang ilmu agama seperti sholat, wudhu, dan lain sebagainya. Materi sebagai alat untuk menyembuhkan klien, secara spiritual penyakit yang ada dalam batin dan hatinya dapat disembuhkan. Sedangkan badaniyah adalah materi yang merupakan alat untuk menyembuhkan klien gangguan kesehatan mental dengan perantara yang bersifat jasmaniah, seperti pengobatan dengan olah raga, senam, mandi, dan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab III. Adapun metode terapi penyembuhan terhadap klien penderita gangguan kesehatan mental di lembaga rehabilitasi mental Yayasan Jawor Semarang ada enam aspek metode terapi penyembuhan yang diterapkan yaitu : 1) terapi pijat, 2) terapi mandi, 3) terapi sholat, 4) terapi dzikir, 5) terapi alam, dan 6) terapi kerja. Dari keenam aspek terapi penyembuhan dalam bimbingan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh demi keberhasilan terapi terhadap klien penderita gangguan kesehatan mental. Dari beberapa materi bimbingan dan metode terapi penyembuhan bagi klien penderita gangguan kesehatan mental sebagaimana yang telah diterapkan di lembaga rehabilitasi mental Yayasan Jawor Semarang menunjukkan adanya titik kesamaan dengan bimbingan konseling Islam. Kesamaan tersebut terdapat dalam proses dan upaya pemberian bantuan kepada klien (orang yang membutuhkan bantuan) dengan menggunakan materi dan metode yang jelas-jelas dianjurkan dalam ajaran agama Islam.

68 Demikian pembahasan mengenai analisis bimbingan dan konseling Islam terhadap anak korban kekerasan dalam rumah tangga di lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor Kota Semarang. Pelaksanaan bimbingan dan konseling Yayasan Jawor dapat berjalan dengan baik jika bimbingan dan konseling Islam yang ada di dalamnya dilaksanakan dengan baik serta menerapkan materi, metode dan teknik dengan baik pula. 4.3 Analisis Bimbingan Konseling Islam Terhadap Anak Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga di Lembaga Rehabilitasi Yayasan Jawor Kota Semarang Suatu lembaga rehabilitasi dalam mencapai hasil yang memuaskan maka diperlukan suatu kerjasama yang sungguh-sungguh. Apabila lembaga tersebut mempunyai tujuan dalam menyiarkan agama Islam yang berlandaskan pada Al-Qur an dan Hadits guna meningkatkan mutu pemberdayaan dan pembinaan klien gangguan kesehatan mental, maka dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan bimbingan dan konseling yang baik, dimana lembaga tersebut harus bekerjasama secara teratur dan terarah. Bimbingan dan konseling yang dimaksud dalam konteks dakwah tersebut tidak lain adalah bimbingan dan konseling Islam yang menjadikan nilai-nilai ajaran agama Islam sebagai sumber dasar pedoman dalam memberikan bimbingan dan konseling sehingga klien dapat menanggulangi problematika hidup dengan baik dan benar secara mandiri yang berpandangan pada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW.

69 Bimbingan konseling Islam merupakan usaha pemberian bantuan baik berupa pengarahan, nasehat, maupun perintah kepada individu atau kelompok yang mengalami kesulitan dalam kehidupannya, sehingga tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dalam hal ini Yayasan Jawor sebagai lembaga rehabilitasi dalam menanggulangi atau upaya penyembuhan anak korban kekerasan dalam rumah tangga memiliki empat fungsi bimbingan konseling yaitu fungsi preventif, fungsi kuratif, fungsi preservatif, dan fungsi developmental. Fungsi preventif dapat diartikan sebagai upaya membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya sendiri. Dalam hal ini konselor di lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor berupaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana terhadap lingkungan dan diri klien yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian pada klien atau anak. Fungsi kuratif diartikan sebagai membantu individu dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Dalam hal ini konselor di lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor memberikan bimbingan dan konseling dengan cara memberikan pengarahan, nasehat atau perintah kepada klien atau anak. Fungsi preservatif diartikan sebagai upaya membantu individu menjaga kondisi yang semula tidak baik menjadi baik dan kebaikan itu bertahan lama. Dalam hal ini konselor di lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor selalu berusaha memantau, mengamati, mencatat, melayani seluruh aktifitas dan kebutuhan bagi klien atau anak dengan cara mengusahakan dan

70 mengadakan ketrampilan dan kesibukan, berupa kerja mengangkati kayu, menggergaji kayu, menyapu dan sebagainya, mengikuti dan mendengarkan pengajian di masjid, dan kegiatan lainnya Fungsi developmental diartikan sebagai upaya untuk membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya permasalahan baginya. Dalam hal ini konselor di lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri klien atau anak, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan, dan program. Dalam upaya penyembuhan pada klien atau anak di lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor selain melalui bimbingan dan konseling terdapat pula terapi-terapi sebagai pendukung dalam penyembuhan. Diantaranya yaitu terapi pijat, terapi mandi, terapi sholat, terapi dzikir, terapi alam, dan terapi kerja. Penerapan Bimbingan Konseling Islam di Lembaga Rehabilitasi Yayasan Jawor sebagai bantuan psikologis memiliki keunikan tersendiri. Pada umumnya bantuan psikologis yang diberikan kepada klien berupa spesifik-non-generalis, yaitu permasalahan klien adalah berbeda antara satu dengan lainnya sehingga sifat treatmennya khusus, dan tidak sama antara

71 klien satu dengan lainnya. Sedangkan sifat bantuan psikologis bimbingan konseling Islam di lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor adalah generalisnon-spesifik, yakni anggapan bahwa seluruh klien berada dalam permasalahan yang sama dan dapat ditangani secara bersama-sama. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa di lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor terdapat bimbingan konseling Islam dalam proses penyembuhan klien atau anak korban kekerasan dalam rumah tangga. Hal itu terbukti pengurus lembaga rehabilitasi Yayasan Jawor sebagai konselor telah memberikan bimbingan dan konseling serta melaksanakan fungsifungsi bimbingan dan konseling dalam penyembuhan klien.