PENERAPAN MODEL WORD SQUARE BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL TALKING STICK BERBANTUAN KARTU SOAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA

ARTIKEL. Oleh : I MADE SEPTI ASTAWAN

PENERAPAN TIME TOKEN ARENDS BERBANTUAN AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KELAS V

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI PUCANGAN

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PADA SISWA KELAS V

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V DI SD

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 TINGGARSARI

ARTIKEL KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

Yusra Guru Matematika SMP Negeri 30 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

PENERAPAN MODEL GI DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA X2 SMA NEGERI 4 SINGARAJA

Rahayu 6, Chumi Z F 7, Ika L R 8

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRILL

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE PICTURE AND PICTURE PADA KONSEP DAUR HIDUP

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PKN KELAS V SDS MUHAMMADIYAH HUTABANGUN

PENERAPAN MODEL CRH BERBANTUAN MEDIA VISUAL 3D UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN MATERI IPA SISWA KELAS V SD

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VB MELALUI PENDEKATAN PAILKEM DI SDN 29 GANTING UTARA KOTA PADANG

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD

Pendahuluan. Ratnasari et al., Penerapan Model Pembelajaran Word Square.

UPAYA MENINGKATAN PERHATIAN BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MIND MAPPING DI KELAS IV A SD MUHAMMADIYAH 14 DANUKUSUMAN SURAKARTA TAHUN 2015/2016

Darmawati, Arnentis dan Henny Julianita Husny Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

PENERAPAN MODEL MASTERY LEARNING BERBANTUAN LKPD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK DI KELAS VIII.3 SMP NEGERI 4 KOTA BENGKULU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SCIENTIFIC MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

Pendahuluan. Keywords: Mastery Learning, Student Activities, Result Of Learning

Dwi Septi 25,Hobri 26, Arika Indah K. 27

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

Abstrak. Kata Kunci : Metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa.

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR KELAS IV SD N BALANGAN II

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TSTS UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT RENDAH IPA KELAS V

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS KELINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

Anggun Triana *), Ahmad Hamid, Tarmizi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Unsyiah

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DENGAN GIVING REWARD AND PUNISHMENT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL TALKING STICK BERBANTUAN MEDIA ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA

Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Entrepreneurship

Yuanis et al., Penerapan Model Quantum Learning...

Dewi Mayangsari dkk, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas...

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN ASESMEN KINERJA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

PENINGKATAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DIPADU TALKING STICK

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IV SDN 2 BANDUNG

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V

Kata Kunci : Model pembelajaran kooperatif TPS, Kemampuan membaca pemahaman, Penelitian tindakan kelas.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING DI KELAS V SD NEGERI 50 PADANG TONGGA

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V.E DENGAN MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE DI SD KARTIKA I-10 PADANG

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII 7 SMPN 1 SOLOK SELATAN

PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE WORD SQUARE PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NO. 1 TUKADSUMAGA

PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN SATUA BALI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI FUNGSI ALAT TUBUH MANUSIA MELALUI PUZZLES PICTURE GAME PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INTERAKTIF JURNAL. Oleh NYOMAN TRI YULIANTI MUNCARNO NELLY ASTUTI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

Dwi Ratnasari Dewi SMP Negeri 11 Madiun

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE

A R T I K E L PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS IV SDN 09 KEPALA BUKIT KEC. SUNGAI PAGU KAB.

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 339 TAMANG

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOMETRI CONTEXTUAL APPROACH TO IMPROVE IMPLEMENTATION OF LEARNING GEOMETRY

PENERAPAN MODEL COMPLETE SENTENCE DENGAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS III SD

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SD N 16 PADANG BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD Ni Komang Santi Nopiyanti 1, Made Sulastri 2, Ign. I Wayan Suwatra 3 1 Jurusan PGSD, 2 Jurusan BK, 3 Jurusan TP Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: santinoviyanti11@yahoo.co.id 1, sulastrimade@yahoo.com 2, suwatra_pgsd@yahoo.com 3 Abstrak Penelitian tindakan kelas (PTK) ini bertujuan (1) untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar IPA siswa kelas IV di SDN 3 Banyuasri Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah penerapan model pembelajaran word square berbantuan mind mapping dan (2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN 3 Banyuasri Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah penerapan model pembelajaran word square berbantuan mind mapping. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 3 Banyuasri yang berjumlah 18 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode tes. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) persentase rata-rata aktivitas belajar IPA siswa secara klasikal mengalami peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 71,33% menjadi 83,75% pada siklus II. (2) Persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa secara klasikal mengalami peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 73,9% menjadi 84,7% pada siklus II. (3) Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siswa juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 61,11% menjadi 88,89% pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran word square berbantuan mind mapping dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN 3 Banyuasri Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, mind mapping, word square Abstract The aims of this classroom action research (CAR) are (1) to determine the improvement of science learning activities of fourth grade students at SDN 3 Banyuasri in the academic year of 2015/2016 after word square learning model which assisted by mind mapping was application and (2) to determine the improvement of science learning outcomes of fourth grade students at SDN 3 Banyuasri in the academic year of 2015/2016 after word square learning model which assisted by mind mapping was application. The subjects of this research were the fourth grade of SDN 3 Banyuasri which amount were 18 persons. Data collection methods used in this research was observation method and tests method. The data were analyzed by quantitative descriptive analysis method. The results of this research were (1) the average percentage of student s activities in learning science classically was increased that in the cycle I was 71,33% become 83,75% in the cycle II. (2) The average percentage of student s science learning outcomes classically was increased that in the cycle I was 73,9% become 84,7% in the cycle II. (3) Classical completeness of student s science learning outcomes also increased that the cycle I was 61,11% become 88,89% in the cycle II. It showed that the application of word square learning model which assisted by mind mapping can increased the student s activities and outcomes in learning science of fourth grade students at SDN 3 Banyuasri in academic year of 2015/2016. Key words: learning activities, learning outcomes, mind mapping, word square 1

PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu negara bergantung pada bagaimana cara negara tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakat, khususnya peserta didik. Pendidikan bertanggung jawab dalam membina, mengembangkan serta meningkatkan kemampuan peserta didik. Seperti yang kita ketahui, seiring dengan perkembangan zaman maka persaingan dalam bidang teknologi dan sumber daya manusia (SDM) akan semakin kuat. Terkait dengan hal tersebut maka diperlukan pengelolaan pendidikan yang dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu dan mampu bersaing di era globalisasi. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan melakukan perubahan kurikulum. Selain itu, keahlian dan keterampilan guru dalam mengelola kelas juga sangat berperan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu keahlian dan keterampilan tersebut yaitu guru dapat memilih model, teori ataupun langkah pembelajaran yang tepat agar siswa mampu menguasai dan memahami materi pelajaran. Siswa diharapkan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong aktivitas siswa dalam belajar. Dengan demikian, hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai untuk semua mata pelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA. Menurut Susanto (2013:167) Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat menjadi daya dukung utama bagi guru sebagai upaya untuk menciptakan suasana belajar yang aktif. Guru dituntut tidak hanya pintar dalam penguasaan materi pelajaran, tetapi juga diharapkan mampu menerapkan modelmodel pembelajaran dengan baik agar proses pembelajaran berjalan dengan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam pembelajaran dibutuhkan aktivitas belajar siswa yang tinggi. Semakin tinggi aktivitas siswa dalam belajar, maka kemampuan siswa dalam memahami materi akan semakin tinggi. Namun, pada kenyataannya guru belum mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menuntut siswa untuk aktif dalam setiap proses pembelajaran. Pembelajaran lebih didominasi oleh guru sedangkan siswa hanya mendengarkan dan menerima apa yang disampaikan oleh guru. Setelah itu, siswa menjawab soal-soal yang ada di buku sesuai dengan petunjuk guru. Winarno Surakhmad (dalam Suryosubroto, 2009) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ceramah sebagai metode mengajar ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya. Metode ceramah tidak dapat dipandang baik atau buruk karena harus dilihat dari segi pemanfaatannya. Maka dari itu, guru perlu menyesuaikan antara tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan penggunaan metode ceramah. Pelaksanaan metode ceramah juga harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas agar tujuan pengajaran perubahan tingkah laku anak dapat dicapai. Hal serupa juga tercermin pada pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas IV SDN 3 Banyuasri. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bersama guru kelas IV pada Hari Jumat, tanggal 11 Desember 2015 diperoleh informasi bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran IPA. Wawancara juga dilakukan bersama beberapa siswa kelas IV, adapun informasi yang diperoleh yaitu siswa merasa bosan saat mengikuti pembelajaran IPA dan mata pelajaran IPA dianggap cukup susah karena banyak hafalan. Selain melaksanakan wawancara, dilaksanakan pula observasi dalam pembelajaran IPA di kelas IV. Berdasarkan hasil observasi dalam pembelajaran IPA di kelas IV SDN 3 Banyuasri diperoleh informasi bahwa pembelajaran lebih berpusat pada guru (teacher centered). Dalam hal ini, peran 2

siswa adalah sebagai penerima informasi yang diberikan oleh guru. Kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat dan minatnya menjadi terbatas karena proses pembelajaran sepenuhnya diatur dan ditentukan oleh guru. Dalam proses pembelajaran guru belum menerapkan model pembelajaran yang dapat menumbuhkan semangat dan kerjasama antar siswa. Selain itu, guru juga belum menggunakan media pembelajaran saat mengajar. Cara pembelajaran yang demikian, dapat membuat siswa pasif dan tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terbukti ketika guru memberikan pertanyaan terkait dengan materi pelajaran, hanya beberapa orang siswa yang mau menanggapi pertanyaan tersebut sedangkan siswa yang lain hanya diam. Terkadang tidak ada satupun siswa yang mau menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru, bahkan ketika guru menunjuk siswa tertentu untuk menjawab, siswa tersebut tetap tidak mau menjawab pertanyaan. Kemudian saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya seputar materi yang belum dipahami, tidak ada satupun siswa yang mau mengajukan pertanyaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran masih kurang dan perlu ditingkatkan. Selain berdampak pada aktivitas belajar, cara pembelajaran seperti yang telah dijelaskan di atas juga berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari pencatatan dokumen guru diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai ulangan tengah semester ganjil pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV baru mencapai 67,22. Nilai rata-rata tersebut masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 71. Dari 18 orang siswa, hanya 5 orang saja yang mampu mencapai KKM dengan persentase 27,78%, sedangkan 13 siswa lainnya belum mampu mencapai KKM atau masih berada di bawah KKM. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa nilai hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN 3 Banyuasri masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan perlu diadakan perbaikan. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dilakukan upaya untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan suatu tindakan pada kelas yang bersangkutan agar aktivitas dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Alternatif tindakan yang dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Trianto (2007:1) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Adapun model pembelajaran yang relevan dengan permasalahan tersebut adalah model pembelajaran word square berbantuan mind mapping. Menurut Kurniasih dan Sani (2015:97) Model pembelajaran word square adalah model pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya dan berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran. Model ini memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Maka dari itu, guru harus mampu memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Sebelum melaksanakan pembelajaran, siswa harus memahami materi pelajaran karena model pembelajaran word square memerlukan pengetahuan dasar dari siswa. Untuk memudahkan siswa dalam menerima dan memahami materi pelajaran, maka dalam menyajikan materi guru dibantu dengan media mind mapping. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena mind mapping dapat dibuat dalam berbagai variasi dengan menyertakan gambar, warna, dan teks. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar IPA siswa kelas IV di SDN 3 Banyuasri Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah penerapan model pembelajaran word square berbantuan mind mapping dan (2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN 3 Banyuasri Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah penerapan model pembelajaran word square berbantuan mind mapping. 3

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SDN 3 Banyuasri, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, tahun pelajaran 2015/2016. Dipilihnya PTK karena pada penelitian ini dilakukan suatu perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada setiap siklus penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 18 orang. Adapun objek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar IPA. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan 1 kali pertemuan untuk pelaksanaan tes hasil belajar IPA. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi atau evaluasi, dan refleksi. Model Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada gambar 1. Refleksi Refleksi? Perencanaan SIKLUS I Observasi atau Evaluasi Perencanaan SIKLUS II Observasi atau Evaluasi Pelaksanaan Pelaksanaan Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Diadaptasi dari Arikunto, dkk. (2014:16) Tahapan-tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. Perencanaan, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah (1) melakukan koordinasi dengan kepala sekolah; (2) menyiapkan materi pelajaran (3) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran; (4) menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan (5) menyiapkan instrumen penelitian. Pelaksanaan Tindakan, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran word square berbantuan mind mapping sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Observasi atau Evaluasi, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah (1) mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung; (2) mengamati hambatan-hambatan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung; (3) memberikan tes evaluasi pada akhir siklus. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama proses pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan suatu kegiatan untuk mengkaji kekurangankekurangan dan hambatan-hambatan yang dihadapi selama pelaksanaan tindakan. Hambatan-hambatan tersebut kemudian dijadikan sebagai pertimbangan dalam merancang dan melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan dua metode yaitu metode observasi dan metode tes. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas belajar IPA sedangkan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA. Adapun instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar observasi aktivitas belajar dan tes hasil belajar. Tes yang diberikan berjumlah 20 butir soal pilihan ganda. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Dalam metode analisis data ini, dihitung persentase rata-rata aktivitas dan hasil belajar IPA siswa. Persentase ratarata aktivitas dan hasil belajar IPA tersebut selanjutnya dikonversikan ke dalam tabel penilaian acuan patokan skala lima sebagai berikut. 4

Tabel 1. Kriteria Penilaian Acuan Patokan Skala Lima tentang Aktivitas Belajar Persentase Kriteria Aktivitas Belajar IPA 90 100 Sangat Aktif 80 89 Aktif 65 79 Cukup Aktif 55 64 Kurang Aktif 0 54 Sangat Kurang Aktif Sumber: Diadaptasi dari Agung (2005:97) Tabel 2. Kriteria Penilaian Acuan Patokan Skala Lima tentang Hasil Belajar Persentase Penguasaan Keberhasilan penelitian ini ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kearah yang lebih baik. Adapun indikator keberhasilan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: (1) persentase rata-rata aktivitas belajar IPA siswa secara klasikal minimal mencapai 80% dengan kategori aktif; (2) persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa secara klasikal minimal mencapai 80% dengan kategori tinggi; (3) Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siswa minimal mencapai 75% dengan kategori sedang, yang artinya 75% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai minimal 75. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Melalui analisis data siklus I, diketahui bahwa persentase rata-rata aktivitas belajar IPA siswa secara klasikal baru mencapai 71,33% dengan kategori Cukup Aktif. Persentase rata-rata aktivitas belajar tersebut belum mencapai indikator keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan yaitu minimal mencapai 80% dengan kategori Aktif. Hasil belajar siswa juga belum mencapai indikator keberhasilan. Persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa secara klasikal pada siklus I baru mencapai 73,9% dengan kategori Sedang, sedangkan indikator keberhasilan tindakan Kategori 90 100 Sangat Tinggi 80 89 Tinggi 65 79 Sedang 55 64 Rendah 00 54 Sangat Rendah Sumber: Agung (2014:118) yang telah ditetapkan yaitu minimal mencapai 80% dengan kategori Tinggi. Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siswa pada siklus I juga baru mencapai 61,11% dengan kategori Rendah, sedangkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini yaitu minimal mencapai 75% dengan kategori Sedang. Dari 18 orang siswa kelas IV, 11 orang siswa sudah mampu mencapai nilai minimal yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu sebesar 75, sedangkan 7 orang siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah 75. Berdasarkan hasil observasi selama pelaksanaan tindakan siklus I, selanjutnya diadakan kegiatan refleksi untuk mengkaji kendala-kendala yang dialami pada siklus I. Adapun kendala-kendala yang dialami pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut: (1) siswa kurang disiplin dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat ketika siswa membaca materi pada buku sumber, masih ada beberapa siswa yang bercanda dengan temannya sehingga suasana ruang belajar menjadi kurang nyaman; (2) siswa masih kurang percaya diri saat mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan memberi saran dalam berdiskusi; (3) pada akhir pembelajaran, siswa belum mampu menyimpulkan dengan baik konsep yang 5

telah dipelajari; (4) kurangnya kerjasama antar siswa dalam satu kelompok. Dalam satu kelompok yang berjumlah 4 sampai 5 orang siswa, hanya 1 atau 2 orang siswa saja yang mengerjakan LKS, sedangkan siswa yang lain hanya diam. Sehingga siswa belum mampu memecahkan dengan maksimal permasalahan yang terdapat pada LKS. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, penelitian dipandang perlu dilanjutkan ke siklus II untuk lebih mengoptimalkan hasil yang diperoleh. Dari kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan tindakan siklus I, selanjutnya dilakukan diskusi bersama guru kelas IV untuk mencari alternatif penyelesaian sebagai perbaikan tindakan pada siklus II. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: (1) guru harus bersikap tegas dan memberikan bimbingan kepada siswa agar selalu bersikap disiplin dalam mengikuti pembelajaran terutama pada saat membaca buku. Guru juga memberikan penjelasan kepada siswa bahwa dengan membaca buku, siswa dapat lebih memahami materi dan mampu menjawab soal-soal yang terdapat pada LKS; (2) memberikan motivasi kepada siswa agar lebih berani dan percaya diri saat mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan memberi saran dalam berdiskusi; (3) guru lebih membimbing siswa dalam kegiatan menyimpulkan pembelajaran, yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan pancingan sehingga siswa mampu menyimpulkan sendiri konsep yang telah dipelajari; (4) memberikan motivasi dan pemahaman kepada siswa mengenai manfaat belajar secara berkelompok. Hal ini dilakukan untuk mendorong siswa agar mau bekerja sama dengan anggota kelompoknya dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga mengawasi dan membimbing siswa dalam melakukan diskusi kelompok. Hasil refleksi pada siklus I digunakan sebagai dasar penetapan alternatif tindakan baru yang direncanakan pada siklus II untuk lebih meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa. Melalui analisis data siklus II, diketahui bahwa persentase rata-rata aktivitas belajar IPA siswa secara klasikal sudah mencapai 83,75% dengan kategori Aktif. Persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa secara klasikal pada siklus II juga sudah mencapai 84,7% dengan kategori Tinggi. Begitu pula dengan ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siswa yang sudah mencapai 88,89% dengan kategori Tinggi. Semua indikator keberhasilan yang ditetapkan sudah terpenuhi pada siklus II yaitu persentase rata-rata aktivitas dan hasil belajar minimal mencapai 80% serta ketuntasan klasikal hasil belajar minimal mencapai 75%. Berdasarkan pencapaian tersebut, dapat diputuskan bahwa penelitian ini sudah berhasil dan tindakan bisa dihentikan pada siklus II. Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II merupakan perbaikan dari pelaksanaan pembelajaran siklus I. Berdasarkan data yang telah terkumpul pada siklus II, adapun hal-hal yang tampak saat pelaksanaan tindakan siklus II yaitu sebagai berikut: (1) sudah tidak ada lagi siswa yang bercanda ketika sedang membaca materi pada buku sumber, sehingga suasana ruang belajar menjadi tenang dan nyaman; (2) siswa sudah mulai percaya diri saat mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan memberi saran dalam berdiskusi; (3) siswa sudah mampu menyimpulkan dengan baik konsep yang telah dipelajari; (4) siswa sudah mau bekerja sama dengan anggota kelompoknya dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa mampu memecahkan permasalahan yang terdapat pada LKS; (5) aktivitas dan hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Ringkasan peningkatan aktivitas dan hasil belajar serta ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 3 Banyuasri tahun pelajaran 2015/2016 dapat diamati pada tabel 3 berikut ini. 6

Tabel 3. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar serta Ketuntasan Klasikal Objek Penelitian Siklus I Siklus II Peningkatan Aktivitas Belajar 71,33% 83,75% 12,42% Hasil Belajar 73,9% 84,7% 10,8% Ketuntasan Klasikal 61,11% 88,89% 27,78% Berdasarkan data pada tabel 3 tersebut, peningkatan aktivitas dan hasil belajar serta ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 3 Banyuasri tahun pelajaran 2015/2016 dapat disajikan ke dalam grafik sebagai berikut. 100,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 71,33% 73,9% Siklus I 61,11% 88,89% 83,75% 84,7% Siklus II Aktivitas Belajar Hasil Belajar Ketuntasan Klasikal Gambar 2. Grafik Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar serta Ketuntasan Klasikal Berdasarkan hasil refleksi siklus II, dapat dikatakan bahwa penelitian sudah berhasil karena indikator keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan sudah dapat terpenuhi pada siklus II. Kendala-kendala pada siklus I juga sudah dapat diatasi pada siklus II. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran word square berbantuan mind mapping dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN 3 Banyuasri Tahun Pelajaran 2015/2016. Jadi, dapat diputuskan bahwa penelitian dihentikan pada siklus II. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran word square berbantuan mind mapping dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN 3 Banyuasri Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal tersebut terlihat dari peningkatan persentase rata-rata aktivitas belajar IPA siswa secara klasikal dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 12,42%. Persentase ratarata hasil belajar IPA siswa secara klasikal juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 10,8%. Peningkatan persentase rata-rata hasil belajar juga didukung dengan peningkatan ketuntasan klasikal yaitu sebesar 27,78%. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya (1) model pembelajaran word square berbantuan mind mapping sudah diterapkan sesuai dengan prosedur sehingga proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien; (2) model pembelajaran word square memiliki sintaks yang mampu mendorong aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran; (3) penggunaan media pembelajaran mind mapping dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Pada tahap perencanaan siklus II, guru merancang tindakan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Hal ini dilakukan agar kendala-kendala yang dihadapi selama pelaksanaan tindakan siklus I tidak terjadi lagi pada siklus II. Adapun rancangan tindakan yang dilaksanakan pada siklus II, yaitu (1) guru harus bersikap tegas dan memberikan bimbingan kepada siswa agar selalu bersikap disiplin dalam mengikuti pembelajaran terutama pada saat membaca buku; (2) memberikan motivasi kepada siswa agar lebih berani dan percaya diri saat mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan memberi saran dalam berdiskusi; (3) guru lebih membimbing siswa dalam kegiatan menyimpulkan pembelajaran, yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan 7

pancingan sehingga siswa mampu menyimpulkan sendiri konsep yang telah dipelajari; (4) memberikan motivasi dan pemahaman kepada siswa mengenai manfaat belajar secara berkelompok. Selain itu guru juga mengawasi dan membimbing siswa dalam melakukan diskusi kelompok. Sintaks model pembelajaran word square terdiri atas lima fase, yaitu fase menyampaikan tujuan pembelajaran, fase menyajikan materi, fase mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, fase membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar, serta fase memberikan poin. Pada fase pertama guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan indikator agar siswa mengetahui sejauhmana mereka harus memahami materi pelajaran. Fase selanjutnya adalah menyajikan materi. Dalam menyajikan materi, guru dibantu dengan media mind mapping sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamzah dan Muhlisrarini (2014) yang menyatakan bahwa mind mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Tidak hanya itu, pembelajaran juga menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena mind mapping dapat dibuat dalam berbagai variasi. Pada fase ini siswa terlibat aktif dalam menjelaskan gambar-gambar yang terdapat pada mind mapping. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat proses pembentukan pengetahuan secara berkesinambungan pada siswa. Selanjutnya yaitu fase mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Kelompok belajar yang dibentuk beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa dan bersifat heterogen, artinya siswa dikelompokkan tanpa memandang jenis kelamin, agama, status sosial, status ekonomi, dan lain sebagainya. Pembelajaran secara berkelompok bertujuan agar siswa dapat saling berbagi informasi dengan teman sekelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan fase membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar. Pada fase ini guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS. Dalam penerapan model pembelajaran word square, siswa tidak hanya sekedar menjawab soal namun siswa juga harus teliti dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Jadi, dalam proses pembelajaran siswa memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Ketika siswa ditugaskan untuk memecahkan persoalan yang terdapat pada LKS, maka keterlibatan siswa secara aktif merupakan suatu keharusan. Dalam bekerja secara berkelompok, siswa harus bekerja secara aktif, terutama berkomunikasi dan memberikan gagasan. Siswa juga dapat berbagi pengetahuan antara siswa yang mempunyai kemampuan lebih dan siswa yang mempunyai kemampuan kurang. Pada fase ini juga dilakukan kegiatan presentasi yaitu siswa menyampaikan hasil kerjanya di depan kelas. Melalui kegiatan ini, siswa terlatih untuk mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan memberi saran dalam berdiskusi. Kemudian, fase terakhir yaitu memberikan poin. Pada fase ini guru memberikan satu poin untuk setiap jawaban yang benar pada LKS. Pemberian poin sangat berguna untuk membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan fase-fase pelaksanaan model pembelajaran word square, terlihat bahwa model pembelajaran ini menekankan pada aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga konsep yang harus dikuasai dapat lebih mudah diterima. Hal ini sejalan dengan pendapat Kurniasih dan Sani (2015:97) yang menyatakan bahwa Model pembelajaran word square adalah model pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya dan berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran. Setelah pelaksanaan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran word square berbantuan mind mapping, banyak hal-hal yang ditemukan dalam proses pembelajaran. Temuan-temuan tersebut diantaranya siswa sudah disiplin dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa sudah mampu menyimpulkan konsep yang telah dipelajari, 8

siswa sudah mau bekerja sama dengan anggota kelompoknya dan siswa juga sudah percaya diri ketika mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, serta memberi saran dalam berdiskusi. Meningkatnya aktivitas belajar menyebabkan terjadinya peningkatan hasil belajar. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian pada siklus I. Salah satu contoh, yaitu kode subjek A1 memperoleh persentase rata-rata aktivitas belajar sebesar 72,25 dengan kategori Cukup Aktif. Persentase aktivitas belajar ini mendukung perolehan nilai hasil belajar kode subjek A1, yaitu sebesar 75 (tuntas). Contoh lain juga dapat dilihat dari hasil penelitian siklus II. Kode subjek A12 memperoleh persentase rata-rata aktivitas belajar sebesar 88,92% dengan kategori Aktif. Persentase aktivitas belajar ini mendukung perolehan nilai hasil belajar kode subjek A12, yaitu sebesar 95 (tuntas). Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2005) yang menyatakan bahwa sistem pembelajaran saat ini sangat menekankan pada pendayagunaan aktivitas dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, karena dengan bekerja siswa akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Dengan demikian, apabila siswa sudah terlibat langsung dan aktif dalam proses pembelajaran maka siswa dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih optimal mengenai materi pelajaran. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Luh Putu Sukandheni pada tahun 2014 dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe word square berbasis lingkungan dengan pembelajaran konvensional. Hal serupa juga dikemukakan oleh Yesi Ratnasari melalui penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Word Square untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Mata Pelajaran PKn Pokok Bahasan Keputusan Bersama di SDN Umbulrejo 01 Jember Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran word square dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena semua indikator keberhasilan yang ditetapkan sudah tercapai pada siklus II. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran word square berbantuan mind mapping dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN 3 Banyuasri Tahun Pelajaran 2015/2016. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran word square berbantuan mind mapping dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN 3 Banyuasri tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Persentase rata-rata aktivitas belajar IPA siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 71,33% berada pada kategori Cukup Aktif. Persentase rata-rata aktivitas belajar IPA siswa secara klasikal pada siklus II sebesar 83,75% berada pada kategori Aktif. Jadi persentase rata-rata aktivitas belajar IPA siswa secara klasikal mengalami peningkatan sebesar 12,42%. Persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 73,9% berada pada kategori Sedang. Persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa secara klasikal pada siklus II sebesar 84,7% berada pada kategori Tinggi. Jadi, persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa secara klasikal mengalami peningkatan sebesar 10,8%. Peningkatan hasil belajar IPA siswa juga dapat dilihat dari peningkatan ketuntasan 9

klasikal. Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siswa pada siklus I sebesar 61,11% berada pada kategori Rendah. Ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siswa pada siklus II sebesar 88,89% berada pada kategori Tinggi. Jadi, ketuntasan klasikal hasil belajar IPA siswa mengalami peningkatan sebesar 27,78%. Saran Adapun saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian tindakan ini, yaitu: (1) kepada siswa kelas IV SDN 3 Banyuasri, disarankan agar lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh untuk semua mata pelajaran dapat terus mengalami peningkatan; (2) kepada guru SDN 3 Banyuasri, disarankan agar menggunakan model dan media pembelajaran yang inovatif untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton; (3) kepada sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam upaya menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien; (4) kepada peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran word square berbantuan mind mapping, disarankan agar memperhatikan kendala-kendala yang dihadapi sebagai bahan pertimbangan untuk menyempurnakan pelaksanaan penelitian selanjutnya. DAFTAR RUJUKAN Agung, Anak Agung Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja. -------. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing. Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015. Model Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena. Ratnasari, Yesi. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Word Square untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Mata Pelajaran PKn Pokok Bahasan Keputusan Bersama di SDN Umbulrejo 01 Jember Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 1, No. 1 (hlm. 1-5). Sukandheni, Luh Putu. 2014. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha. Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 10