BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

I. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam tinjauan pustaka akan diuraikan lebih jelas tentang: a) kecemasan yang meliputi:

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Mahasiswa dalam Menyusun Skripsi Pengertian Kecemasan Mahasiswa dalam Menyusun Skripsi

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Bidan. melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan,

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASN. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan diperoleh gambaran kecemasan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN :

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

Lembar Persetujuan Responden

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

PENDAHULUAN Kalau melihat data penduduk dari Biro Pusat Statistik ( maka setiap tahun akan terlihat bahwa banyak la

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

BAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB II LANDASAN TEORITIS

Nama : Jenis Kelamin :


BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

BAB II. Tinjauan Pustaka

PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

Berdasarkan surat No 2/PSIK-FIKES/ESAUNGGUL/1/2013 dengan perihal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

kelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya selalu mengadakan aktivitas-aktivitas, salah

#### Selamat Mengerjakan ####

Subjek I T10 T11 T12

KECERDASAN EMOSI DAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN PADA PNS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN OBSERVASI 1. Kondisi dan Ciri Fisik ( gambaran umum ) 6. Hubungan subjek dengan pasangan

Informed Consent. kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

Cara Mengatasi Kecemasan

BAB II KAJIAN TEORITIK. suatu peristiwa karena tidak yakin seperti apa hasilnya nanti (Ormrod,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB II TINJAUAN TEORI

INFORMED CONCENT (SURAT PERSETUJUAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. Mahasiswa IAIN Tulungagung sebagai berikut:

Transkripsi:

BAB II 6 KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Gibson (1996) Kemampuan (ability) adalah kapasitas individu untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual salah satunya adalah pemecahan masalah. Yang mana Adjie (2006) mendefinisikan, pemecahan masalah merupakan suatu proses penerimaan tantangan dan kerja keras untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pengertian ini mengandung makna bahwa ketika seseorang telah mampu menyelesaikan suatu masalah, maka seseorang itu telah memiliki suatu kemampuan yang baru. Kemampuan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang relevan. Dari beberapa pendapat tersebut, kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan suatu kapasitas dari aktivitas kognitif yang kompleks, sebagai proses untuk mengatasi suatu masalah yang ditemui dan untuk menyelesaikannya diperlukan sejumlah strategi. Melatih siswa dengan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika bukan hanya sekedar mengharapkan siswa dapat menyelesaikan soal atau masalah

7 yang diberikan, namun diharapkan kebiasaaan dalam melakukan proses pemecahan masalah membuatnya mampu menjalani hidup yang penuh kompleksitas permasalahan. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ditekankan pada berfikir tentang cara memecahkan masalah dan memproses informasi matematika. Adjie (2006) mengklasifikasikan masalah menjadi empat bagian yaitu 1) masalah translasi, dimana masalah kehidupan sehari-hari yang untuk menyelesaikannya perlu adanya translasi (perpindahan) dari bentuk verbal ke bentuk matematika. 2) masalah aplikasi, merupakan penerapan berbagai teori/konsep yang dipelajari pada matematika. 3) masalah proses, biasanya untuk menyusun langkah-langkah merumuskan pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah. 4) masalah teka-teki, dimaksudkan untuk reaksi dan kesenangan serta sebagai alat yang bermanfaat untuk mencapai tujuan afektif dalam pengajaran matematika. Jadi dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, pemecahan masalah matematika memberikan manfaat yang besar kepada siswa. Oleh karena itu, pemecahan masalah merupakan bagian integral dari semua pembelajaran matematika, Maka Jacob menyajikan empat komponen dasar dalam menyelesaikan suatu masalah: (1) tujuan, atau deskripsi yang merupakan suatu solusi terhadap masalah; (2) deskripsi objekobjek yang relevan untuk mencapai suatu solusi sebagai sumber yang dapat digunakan, pemecah masalah, dan setiap perpaduan atau

8 pertentangan yang dapat tercakup; (3) himpunan operasi, atau tindakan yang diambil untuk membantu mencapai solusi; dan (4) himpunan pembatas yang tidak harus dilanggar dalam menyelesaikan masalah. Jadi, dari komponen-komponen di atas, jelaslah bahwa dalam suatu penyelesaian masalah itu mencakup adanya informasi keterangan yang jelas untuk menyelesaikan masalah matematika, tujuan yang ingin dicapai, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan, agar penyelesaian masalah berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah matematika, menurut Jacob yaitu: 1) Latar belakang pembelajaran matematika. 2) Kemampuan siswa dalam membaca. 3) Ketekunan atau ketelitian siswa dalam mengajarkan soal matematika. 4) Kemampuan ruangan dan faktor umur. Setelah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah, maka kita dapat mengetahui beberapa manfaat yang akan diperoleh peserta didik melalui pemecahan masalah yaitu: 1) Peserta didik akan belajar bahwa akan ada banyak cara untuk menyelesaikan masalah suatu soal dan ada lebih dari satu solusi yang mungkin dari suatu soal. 2)Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan membentuk nilainilai sosial kerja kelompok. 3) Peserta didik berlatih untuk bernalar secara logis. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti dapat memberikan

9 suatu pengertian bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika yang mungkin mempunyai beberapa penyelesaian. Pemecahan masalah matematika merupakan tujuan penting dalam pembelajaran matematika karena pemecahan masalah ini menuntut siswa untuk menggunakan daya nalar, pengetahuan, ide dan konsep-konsep matematika yang disusun dalam bentuk bahasa matematika. Memperhatikan beberapa pendapat tentang pemecahan masalah mulai dari definisi sampai dengan manfaat dari pemecahan masalah itu sendiri, maka pemecahan masalah memerlukan langkah-langkah dalam memecahkan masalah. Menurut Polya (1973) langkah-langkah pemecahan masalah meliputi memahami masalah (Understanding the problem), membuat rencana pemecahan masalah (Devising a plan), melaksanakan rencana (Carrying out the plan), serta memerika kembali hasil yang diperoleh (Looking back). 2. Kecemasan Belajar a. Pengertian Kecemasan Belajar Nevid (2005) mengemukakan bahwa, Anxiety (kecemasan) dapat medefinisikan pada suatu suasana kekhawatiran atau suatu kejadian yang buruk akan segera terjadi. Sehingga menimbulkan intensitas ketakutan yang meningkat. Hal tersebut membantu mengorganisasikan respon seseorang untuk menghindar atau melawan

10 ancaman yang dia hadapi. Kecemasan menurut Djiwandono (2008) dijelaskan sebagai berikut: Kecemasan ada dua, yaitu pertama, trait anxiety (sifat kecemasan), yaitu seorang yang mempunyai kecenderungan untuk menjadi cemas atau khawatir barangkali lebih banyak merespon terhadap banyak bentuk situasi, dengan telapak tangan yang berkeringat, dengan jantung yang berdetak keras. Individu dengan sifat-sifat ini pada umumnya mengalami kecemasan dalam situasi yang lebih luas dan merasa cemasnya lebih sensitif daripada orang lain. Kedua, State anxiety (pernyataan cemas), yaitu kecemasan yang terjadi ketika seseorang mendapat ancaman tertentu. Jadi seseorang yang tidak cemas mungkin menjadi cemas jika dibawah ancaman tertentu. Slameto (2010) mengatakan bahwa, Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Thorndike dalam Djiwandono (2008), teorinya dikenal sebagai connectionism (pertautan, pertalian) karena dia berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses stamping in (diingat), forming, hubungan antara Stimulus dan Respon. Thorndike menyatakan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon dan penyelesaian masalah (problem solving) yang dapat dilakukan dengan cara trial and error (coba-coba). Dari uraian di atas

11 dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan belajar adalah perasaan cemas saat seseorang belajar yang timbul karena adanya tekanan dan ketidakmampuan menghadapi masalah. Kecemasan siswa dalam belajar dicirikan dengan kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan yang tidak mendasar. b. Ciri-ciri Kecemasan Belajar Siswa yang mengalami kecemasan menurut Nevid (2003) memiliki beberapa ciri, seperti ciri fisik, perilaku (behavioral) dan kognitif. Berikut merupakan beberapa ciri kecemasan: 1) Ciri-ciri fisik dari kecemasan, seperti: tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, kegelisahan, kegugupan, kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada, banyak berkeringat, telapak tangan yang berkeringat, pening atau pingsan, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang bergetar, jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa lemas atau mati rasa, sulit menelan, kerongkongan terasa tersekat, leher atau punggung terasa kaku, sensasi seperti tercekik atau tertahan, tangan yang dingin dan lembab, terdapat gangguan sakit perut atau mual, panas dingin, sering buang air kecil, wajah terasa memerah, diare, merasa sensitif atau mudah marah.

12 2) Ciri-ciri perilaku (behaviour) dari kecemasan, seperti: perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen, perilaku terguncang. 3) Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, seperti: khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi kebutuhan, sangat waspada pada sensasi kebutuhan, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang sepele, berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran. Berdasarkan uraian tentang kecemasan belajar diatas, sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator kecemasan belajar adalah sebagai berikut: 1) Gugup, takut tanpa alasan, panik, syok (akan pingsan), jantung berdetak lebih kencang, mengalami mimpi buruk

13 2) Rasa semangat yang meningkat, suasana hati dan pikiran lebih rileks, mampu mengontrol pernapasan dengan baik, dapat istirahat dengan baik, 3) Anggota badan gemetar, anggota badan merasa nyeri, anggota badan mudah lelah, Mengeluh pusing, tidak dapat tidur, gangguan maagh kambuh, sering kencing, anggota badan serasa mati rasa, panas dingin. B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hapsari,dkk (2016) hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa kemampuan pemahaman konsep dan pemecahan masalah dapat dipengaruhi oleh tingkat kecemasan belajar yaitu dimana siswa yang memiliki pemahaman konsep dan pemecahan masalah yang lebih baik adalah siswa dengan tingkat kecemasan terhadap matematika rendah dibandingkan siswa dengan tingkat kecemasan terhadap matematika sedang dan tinggi, sedangkan siswa dengan tingkat kecemasan terhadap matematika sedang lebih baik daripada siswa dengan tingkat kecemasan terhadap matematika tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan Kurniawati (2014) dan Satriyani (2011), kecemasan belajar matematika siswa dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis. Menurut beberapa penelitian relevan tentang gambaran kemampuan pemecahan masalah matematis dan kecemasan belajar

14 matematika di atas, maka yang peneliti tulis ini mempunyai kesamaan. Kesamaan tersebut terletak pada variabel yang akan diteliti, yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis dan kecemasan belajar matematika. Akan tetapi, selain kesamaan juga terdapat perbedaan dalam penelitian ini yaitu tentang materi pembelajaran, tempat penelitian, serta subjek diambil dalam penelitian. C. Kerangka Pikir Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian diatas dapat dikatakan bahwa kecemasan belajar matematika merupakan kondisi dimana seseorang merasa tidak nyaman, takut, tak berdaya, fobia tertentu yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang mengancam, peristiwa tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam kegiatan belajar matematika. Pembelajaran matematika sendiri memerlukan keterampilan dan kemampuan, salah satunya adalah kemampuan memecahkan masalah matematika yang berupa soal non rutin yang tidak bisa diketahui secara langsung penyelesaiannya. Siswa perlu merencanakan terlebih dahulu prosedur yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa belajar matematika memerlukan kemampuan pemecahan masalah yang baik. Siswa yang memiliki perasaan cemas tidak selalu berdampak negatif, akan tetapi tergantung cara menyikapi perasaan cemas tersebut. Sedikit cemas akan mendorong siswa untuk bertindak seperti lebih giat belajar, dan mengerjakan tugas. Kecemasan yang berlebih justru

15 akan merugikan siswa itu sendiri, seperti yang telah dijelaskan dalam beberapa jurnal terdahulu yaitu kecemasan belajar dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis. Hal tersebut menjadikan kecemasan belajar sudah seharusnya diperhatikan oleh pendidik, karena jika dibiarkan akan mempersulit siswa dalam memahami matematika. Adanya kemampuan pemecahan masalah matematis yang baik karena kecemasan belajar yang rendah dapat menjadikan siswa nyaman dan mudah dalam menyerap setiap pembelajaran matematika, serta meningkatkan motivasi belajar siswa.