II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir Kritis (critical thinking) merupakan sinonim dari pengambilan

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

Berdasarkan kemampuan menyusun bahan organik, organisme penyusun ekosistem dibedakan menjadi organisme autotrof dan heterotrof.

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Komponen rantai makanan menurut nicia/jabatan meliputi produsen, konsumen, dan pengurai. Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan

EKOSISTEM KOLAM. Di susun oleh : Ayu Nur Indah Sari ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

Ilmu Pengetahuan Alam

Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

1. Individu. 2. Populasi. 3. Komunitas. 4. Ekosistem. 5. Bioesfer

BAB II KAJIAN TEORI. A. Belajar dan pembelajaran. Dalam kehidupannya, manusia tidak pernah terlepas dari aktivitas atau kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Preview, Question, Read, Reflecty, Recite, dan Review) yang didasarkan

Ekologi ilmu tentang rumah atau tempat tinggal organisme atau rumah tangga mahluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

Aliran energi dalam ekosistem

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas.

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS X SMA PGRI 89 CIPANAS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Drs. H. MAHDUM MA, M.Pd. Dosen Bahasa Inggris FKIP UNRI Hp , Fax: (0761)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan

Daftar Isi. Halaman Sampul... Daftar Isi... A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan D. Manfaat Bab II Dasar Teori...

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal pengurai memegang peranan penting dalam proses fotosintesis

MAKALAH. Jaring-Jaring Makanan di Laut. Tugas Mata kuliah Dasar Akuakultur. Dosen Pendamping : Soko Nuswantoro, S.Pi, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Ekonomi

EKOLOGI TERESTRIAL. Ekologi adalah Ilmu Pengetahuan

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB IV E K O S I S T E M

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL)

LEMBAR KERJA SISWA 1 EKOSISTEM (Rancangan Percobaan)

Tujuan : 1. Mengetahui komponen penyusun ekosistem 2. Mengetahui interaksi antar komponen penyusun ekosistem 3. Mengetahui definisi ekosistem

BAB II LANDASAN TEORI. konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas-kelas yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Rantai Makanan. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai produsen, konsumen dan decomposer.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EKOLOGI (EKOSISTEM) SMA REGINA PACIS JAKARTA

1. ENERGI DALAM EKOSISTEM 2. KONSEP PRODUKTIVITAS 3. RANTAI PANGAN 4. STRUKTUR TROFIK DAN PIRAMIDA EKOLOGI

INTERAKSI DALAM EKOSISTEM BENTUK INTERAKSI PIRAMIDA EKOLOGI SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel

KONSEP ENERGI DAN PRODUKTIVITAS DALAM PENGELOLAAN SISTEM PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

Komponen Ekosistem, Peran dan Interaksinya

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

2) Komponen Penyusun Ekosistem

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TITIK ARIYANI HALIMAH A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

MODUL ONLINE 22.1 ARTI PENTING LINGKUNGAN HIDUP BAGI MANUSIA PENDALAMAN MATERI ISU-ISU LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

Transkripsi:

10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni kontruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian autentik (Trianto, 2010:107). Menurut Zahorik dalam Depdiknas (2003:5), ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual : 1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge). 2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya. 3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara 1. Menyusun konsep sementara (hipotesis), 2. Melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tangapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu, 3. Konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.

11 4. Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). 5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Menurut Trianto (2010:111-120) ada tujuh komponen dalam pembelajaran kontekstual yaitu : 1. Kontruktivisme (Contructivism) Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) model pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi tersebut menjadi milik mereka sendiri. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam pandangan kontruktivis strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. 2. Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil Smenemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan penemuan, apapun materi yang diajarkan. Siklus inkuiri :

12 1. Observasi (observation) 2. Bertanya (questioning) 3. Mangajukan dugaan (hipotesis) 4. Pengumpulan data (data gathering) 5. Penyimpulan (conclussion) 3. Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya (questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan siswa. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dengan sharing antara teman, antara kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas pembelajaran kontekstual guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang heterogen. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Semua saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang memiliki pengetahuan atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.

13 5. Pemodelan (Modelling) Pemodelan maksudnya adalah dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Model disini adalah segala bentuk media/alat yang dapat dipakai sebagai sarana untuk mencapai tujuan belajar. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi adalah berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. 7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Menurut Johnson (2009: 65-66), sistem pembelajaran kontekstual mencakup delapan komponan, yaitu: a. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna b. Melakukan pekerjaan yang berarti

14 c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri d. Bekerjasama e. Berpikir kritis dan kreatif f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang g. Mencapai standar yang tinggi h. Menggunakan penilaian autentik Sesuai dengan pendapat Johnson (2009:190) untuk membantu siswa mengembangkan intelektual mereka, model kontekstual mengajarkan langkah-langkah yang dapat digunakan dalam berpikir kritis. Kedelapan langkah ini disajikan dalam bentuk pertanyaan karena dengan menjawab pertanyaan, para siswa dilibatkan dalam kegiatan mental yang mereka perlukan untuk mendapat pemahaman yang mendalam. Berikut ini merupakan langkah-langkah pembelajaran kontekstual dalam memunculkan kemampuan berpikir kritis siswa: 1) Apa sebenarnya isu, masalah, atau keputusan yang sedang dipertimbangkan?; 2) Apa sudut pandangnya?; 3) Apa alasan yang diajukan?; 4) Asumsi apa saja yang dibuat?; 5) Apakah bahasanya jelas?; 6) Apakah alasan didasarkan pada bukti yang meyakinkan?; 7) Kesimpulan apa yang ditawarkan; 8) Apakah implikasi dari kesimpulan yang sudah diambil?. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kegemaran siswa adalah mencoba hal-hal yang dianggap aneh dan baru. Oleh karena itu, belajar bagi mereka adalah mencoba memecahkan setiap persolalan yang menantang. Dengan demikian, guru

15 berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa. Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Berdasarkan uraian di atas menjelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual memposisikan siswa sebagai peran yang aktif, siswa dilatih menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan membawa skemata dalam proses pembelajaran (Depdiknas, 2003:7). B. Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisa asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi untuk mengevaluasi secara sistematis pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam sehingga kita dalam mengungkapkan makna mengerti maksud segala sesuatu dibalik suatu kejadian (Johnson, 2009: 185). Berpikir kritis berarti mengombinasikan apa yang telah anda ketahui dengan fakta baru yang diberikan (Ferdinand dan Ariwibowo, 2008: 11). Johnson (2009: 184) menyatakan apabila siswa diberi kesempatan untuk menggunakan pemikiran tingkat yang tinggi di setiap tingkatan kelas, pada akhirnya mereka akan terbiasa membedakan antara kebenaran dan

16 kebohongan, antara penampilan dan kenyataan, antara fakta dan opini, pengetahuan dan keyakinan. Berdasarkan pendapat Ennis (1985: 55-56) indikator keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi 5 kelompok besar aktivitas sebagai berikut : a. Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan. b. Membangun ketrampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi. c. Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai pertimbangan. d. Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilahistilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi. e. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. C. Kajian Materi 1. Pengertian Ekosistem Ekosistem merupakan hubungan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungannya (makhluk tak hidup) membentuk suatu sistem. Sebuah

17 kebun, halaman sekolah, kolam, parit, sungai, lahan kosong dan taman sekolah masing-masing merupakan suatu ekosistem. Ilmu yang mempelajari ekosistem adalah ekologi. Seluruh ekosistem di permukaan bumi membentuk suatu ekosistem yang sangat besar, yakni ekosistem dunia atau biosfer. Biosfer meliputi seluruh makhluk hidup yang ada di bumi beserta udara, air, dan tanah di sekitarnya. (Ahadinniyati, 2007:9). 2. Satuan Makhluk Hidup Dalam Ekosistem Di dalam ekosistem terdapat satuan-satuan makhluk hidup yang dinamakan individu, populasi, dan komunitas yang saling berinteraksi dengan komponen benda tak hidup, misanya air dan udara. Individu Di dalam suatu habitat tidak hanya terdapat satu jenis makhluk hidup, melainkan ada berbagai jenis makhluk hidup. Pada habitat perairan terdapat makhluk hidup, yaitu ikan kecil, ikan lundu, ikan seluang, ikan gabus, ikan sepat, teratai, kangkung, Salvinia sp, ganggang dan Hydrilla sp. Jumlah setiap jenis makhluk hidup tersebut lebih dari satu. Satu ekor ikan gabus atau satu ekor ikan sepat disebut individu. Satu ganggang disebut individu. Demikian juga dengan manusia. Seorang manusia disebut individu. Individu adalah satuan makhluk hidup tunggal (Sumarwan dkk., dalam Ahadinniyati, 2007:9).

18 Populasi Ikan gabus yang hidup di kolam yang jumlahnya lebih dari satu. Demikian juga dengan tumbuhan air seperti Hydrilla sp, ganggang, Salvinia sp dan teratai. Semua ikan sepat yang hidup di kolam tersebut disebut populasi ikan sepat, semua Salvinia sp disebut populasi Salvinia sp, semua teratai disebut populasi teratai, dan semua tumbuhan Hydrilla sp disebut populasi Hydrilla sp, semua ganggang disebut disebut populasi ganggang. Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup menetap di suatu daerah tertentu (Sumarwan dkk., dalam Ahadinniyati, 2007:10). Komunitas Semua populasi makhluk hidup yang hidup dalam suatu daerah atau lingkungan yang sama disebut komunitas. Misalnya populasi ikan gabus, populasi ikan kecil, ikan sepat, populasi teratai, dan populasi Hydrilla sp di kolam merupakan anggota komunitas air. Di antara anggota komunitas ini terjadi interaksi atau hubungan timbal balik. Komunitas adalah kumpulan populasi makhluk hidup yang hidup pada suatu daerah tertentu (Sumarwan dkk., dalam Ahadinniyati, 2007:10). 3. Saling Hubungan Antar Komponen Ekosistem Setiap ekosistem tersusun oleh benda-benda tak hidup dan makhluk hidup. Benda-benda tak hidup merupakan komponen abiotik (a berati tidak, bio bearti hidup ) dari suatu ekosistem, dan makhluk hidup merupakan komponen biotik dari ekosistem tersebut.

19 Peran komponen abiotik Komponen abiotik yang berpengaruh terhadap makhluk hidup antara lain tanah, air, udara, cahaya matahari dan suhu. Peran komponen biotik Setiap jenis makhluk hidup mempunyai peran tertentu di dalam suatu ekosistem. Peran ini berhubungan dengan cara-cara makhluk hidup tersebut memenuhi kebutuhan makanannya. Ada makhluk hidup yang dapat membuat sendiri makanannya, ada yang harus mengambil makanan dari makhluk hidup lain, dan ada pula yang memperoleh makanannya dengan jalan menguraikan makhluk yang telah mati. Berdasarkan cara memperoleh makanan itu, komponen biotik dari suatu ekosistem dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu produser (penghasil), konsumer (pemakai), dan dekomposer (pengurai) (Muid dan Kamajaya, dalam Ahadinniyati, 2007:11). a) Produser Semua produser dapat menghasilkan makanannya sendiri sehingga disebut organisme autotrof. Mereka mampu membentuk zat-zat organik dari zat anorganik sederhana. Pembentukan makanan ini dapat melalui proses fotosintesis dengan bantuan energi cahaya dan klorofil atau zat hijau daun. Sebagai produser, tumbuhan hijau menghasilkan makanan (karbohidrat) dan O2 melalui proses fotosintesis. Makanan ini dimanfaatkan oleh tumbuhan sendiri maupun makhluk hidup lainnya. Dengan demikian, produser merupakan sumber energi utama bagi organisme lain, yaitu

20 konsumer. Sementara itu, produser menggunakan sumber energi matahari dalam proses fotosintesis. Dengan demikian, matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan (Sudjino, dalam Ahadinniyati, 2007:11). b) Konsumer Semua konsumer tidak dapat membuat makanan sendiri di dalam tubuhnya sehingga disebut heterotrof. Mereka mendapatkan zat organik yang telah dibentuk oleh produser atau dari konsumer lain yang menjadi mangsanya. Zat-zat organik ini digunakan oleh konsumer sebagai sumber energi (Sudjino, dalam Ahadinniyati, 2007:12). c) Pengurai Semua makhluk hidup akhirnya akan mati. Daun-daun kering berguguran, pohon-pohon tua tumbang, dan hewan-hewan mati menjadi bangkai. Namun demikian, bumi tidak dipenuhi oleh sampah tumbuhan dan bangkai hewan. Hal ini semua berkat adanya pengurai (dekomposer), yaitu konsumer khusus, yang mengambil makanan dari bangkai atau makhluk hidup yang telah mati. Bakteri dan jamur saprofit merupakan organisme yang termasuk dekomposer. 4. Ketergantungan Antara Produser, Konsumer, Dan Pengurai a. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan 1) Rantai makanan Urutan makan dan dimakan membentuk suatu pola. Pola-pola makanmemakan yang berurutan memberikan kesan saling mengait seperti rantai. Oleh karena itu, pola seperti itu disebut rantai makanan. Dalam

21 makanan terdapat energi, proses makan dan dimakan pada dasarnya merupakan proses perpindahan energi. Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup satu ke makhluk hidup lain melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu (Sudjino, dalam Ahadinniyati, 2007:12). 2) Jaring-jaring makanan Konsumer tidak hanya tergantung pada satu macam makanan saja. Misalnya sapi tidak hanya makan rumput, tetapi dapat juga makan tumbuhan perdu. Demikian pula sebaliknya. Satu jenis makanan dapat dimakan oleh lebih dari satu macam konsumer. Misalnya, rumput tidak hanya dimakan oleh sapi, tetapi dimakan juga oleh kambing atau kerbau. Dengan demikian, konsumer pada suatu rantai makanan dapt menjadi anggota rantai makanan yang berbeda. Jadi, rantai-rantai makanan dapat saling tumpang tindih atau saling berhubungan satu sama lain membentuk suatu jaring-jaring yang simpang siur, dan disebut jaring- jaring makanan. Jadi, kumpulan rantai makanan yang saling berhubungan disebut jaringjaring makanan (Muid dan Kamajaya, dalam Ahadinniyati, 2007:13). b. Piramida Makanan dan Aliran Energi 1) Piramida makanan Dalam piramida makanan, produser dan konsumer menduduki tingkattingkat tertentu. Tingkatan-tingkatan tersebut dinamakan tingkat tropik. Produser menempati tingkat tropik 1, konsumer 1 menempati tingkat tropik 2, konsumer II menempati tingkat tropik 3, dan seterusnya.

22 Piramida makanan adalah komposisi rantai makanan yang makin ke atas jumlahnya makin kecil (Sumarwan dkk., dalam Ahadinniyati, 2007:14). 2) Aliran Energi Dalam suatu ekosistem terjadi proses makan dan dimakan yang dilakukan organisme untuk memperoleh tenaga atau energi. Di dalam proses makan dan dimakan tersebut juga berlangsung aliran energi. Dalam jaring-jaring kehidupan, hanya sebagian kecil dari energi mengalami perpindahan dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya. Energi yang tersimpan dalam produser tidak seluruhnya akan pindah ke dalam jaringan tubuh konsumer tingkat pertama. Dari sejumlah energi yang tersimpan dalam jaringan, yang disimpan dalam tubuh konsumer kira-kira 10% saja. Energi yang lain akan digunakan untuk gerak, aktivitas biologis, dan sebagian energi hilang sebagai panas, sedangkan sebagian lagi tetap tersimpan dalam makanan yang tidak tercena dan keluar sebagai kotoran. Pendek kata, setaip kali energi terlibat dalam suatu kegiatan hidup, selalu ada sebagian yang diepaskan ke alam bebas. Jadi, dalam proses makan dan dimakan terjadi aliran energi antar komponen biotiknya (Sudjino, dalam Ahadinniyati, 2007:14).