BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Pengertian Model Pembelajaran CTL Pembelajaran CTL pertama kali diajukan pada awal abad ke-20 di USA oleh John Dewey. Model pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. (Syaiful Sagala, 2005:88). Pendekatan ini mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. CTL merupakan sebuah sistem yang menyeluruh, yang terdiri dari bagian yang terhubung satu sama lain, maka dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagian secara terpisah. Setiap bagian yang berbeda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami materi disekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Elaine B Johnson (2006:65) bahwa secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna didalamnya, dan mengingat materi akademik. Berdasarkan pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa CTL merupakan model pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa, dan terdiri dari komponen-komponen yang saling terkait sehingga memberi pengaruh yang lebih dalam proses pembelajaran. Melalui model pembelajaran CTL diharapkan guru dapat menghadirkan dunia nyata ke kelas dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara materi yang diterima siswa disekolah dengan penerapan materi tersebut dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekadar dilihat dari sisi produk, tetapi yang terpenting adalah proses. b. Elemen dalam CTL Model pembelajaran CTL memiliki beberapa elemen yang harus diperhatikan oleh guru ketika melakukan pembelajaran. Menurut Zahorik dalam E. Mulyasa(2005:138), ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu: (1)

2 Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik. (2) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan(global) menuju bagian-bagiannya yang secara khusus. (3) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahama, dengan cara : Menyusun konsep sementara, melakukan sharing untuk memperoleh masukan dari orang lainserta merevisi dan mengembangkan konsep. (4) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa yang dipelajari. (5) Adanya refleksi terhadap model pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari. Kelima elemen CTL tersebut mengarah pada pembelajaran yang terpusat pada siswa yang merupakan pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar suatu materi. Oleh karena itu, kelima elemen itu harus dilaksanakan oleh guru pada saat melakukan kegiatan pembelajaran. c. Komponen-komponen CTL Model pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Depdiknas (2007:5), komponen tersebut adalah: (1)Konstruktivisme (constructivism), (2)Bertanya (questioning), (3)Menemukan (inquiry), (4)Masyarakat belajar (learning community), (5)Pemodelan (modelling), (6)Refleksi (reflection), (7) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Suatu kelas dapat dikatakan menerapkan model pembelajaran kontekstual apabila telah menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Berikut adalah uraian mengenai ketujuh komponen utama dalam pembelajaran CTL : 1) Kontrukstivisme (constructivism) Salah satu landasan teoritis pendidikan modern termasuk CTL adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahun mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai pada pembelajaran siswa aktif. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa. Kontruktivisme merupakan landasan berpikir dalam pendekatan belajar kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Dalam hal ini, manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

3 Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Berdasarkan hal itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru. 2) Menemukan (inquiry) Menemukan merupakan kegiatan inti dari proses pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini tugas guru yang harus selalu merancang kegiatan yang selalu merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. 3) Bertanya (questioning) Bertanya merupakan model utama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Kegiatan bertanya bagi siswa yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Guru dapat menggunakan teknik bertanya dengan cara memodelkan keingintahuan siswa dan mendorong siswa agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang gejala-gejala yang ada, belajar bagaimana merumuskan pertanyaan-pertanyaan, dan belajar bertanya tentang bukti, dan penjelasan-penjelasan yang ada. Dalam pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya berguna untuk: (1) Menggali informasi baik administrasi maupun akademis, (2) Mengecek pemahaman siswa (3) Membangkitkan respon kepada siswa, (4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (6) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (7) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, (8) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan (9) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4 4) Masyarakat belajar (learning community) Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil pembelajaran diperoleh dari berbagi antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu dengan yang tidak tahu. Sehingga menimbulkan komunikasi dua arah, saling memberikan informasi satu dengan yang lain. Pembelajaran CTL dapat menerapkan asas masyarakat belajar yang dilakukan melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan, yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain. 5) Pemodelan (modeling) Pemodelan maksudnya adalah bahwa dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu harus ada model yang ditiru. Pemodelan akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pembelajaran. Prinsip pembelajaran modeling merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja akan tetapi guru dapat memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Artinya dalam pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Modeling merupakan prinsip yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab dengan modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang abstrak. 6) Refleksi (reflection) Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan lagi aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya atau menambah khazanah pengetahuannya. Proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, pada setiap berakhirnya proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajari. Membiarkan secara bebas siswa

5 menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya. 7) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment) Tahap terakhir dari pembelajaran Kontekstual ialah melakukan penilaian sebenarnya. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian sebenarnya adalah penilaian yang dilakukan berkenaan dengan seluruh aktivitas pembelajaran yang meliputi proses dan produk belajar sehingga seluruh usaha siswa yang telah dilakukan mendapat penghargaan. Penilaian sebenarnya menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa. Penilaian yang dilakukan tidak hanya dilakukan guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. d. Pelaksanaan Pembelajaran CTL Sebuah kelas dikatakan menggunakan model pembelajaran kontekstual apabila menerapkan ketujuh komponen CTL, yaitu filosofi belajarnya adalah konstruktivisme, selalu ada unsur bertanya, pengetahuan dan pengalaman diperoleh dari kegiatan menemukan, terbentuk masyarakat belajar, ada model yang ditiru, guru melakukan refleksi, dan dilakukan penilaian sebenarnya. Dari ketujuh komponen tersebut penerapan CTL secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. 3) Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya. 4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). 5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6) Lakukan refleksi diakhir pertemuan. 7) Lakukan penilai sebenarnya dengan berbagai cara. Agar proses pembelajaran kontekstual dapat efektif, terdapat beberapa tahap yang perlu dilakukan guru. Tahap tersebut adalah: perencanaan, pelaksanaan dan penilaian (Depdiknas, 2007:11). Berikut adalah uraian mengenai ketiga tahapan tersebut : 1) Perencanaan

6 Perencanaan merupakan kegiatan pertama yang harus dilakukan sebelum melaksanakan pembelajaran. Menurut Depdiknas (2007:11), untuk keperluan perencanaan, guru diharapkan melaksanakan beberapa hal berikut : a) Mengkaji konsep, teori atau kompetensi yang akan dipelajari siswa. b) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. c) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam proses pembelajaran kontekstual. d) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan kehidupan mereka. Melalui perencanaan pembelajaran ini, diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif, dan menyenangkan. 2) Pelaksanaan Pada dasarnya, pelaksanaan pembelajaran mengacu pada RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan. Dalam hal ini aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa mengikuti tahap-tahap yang telah dirancang dalam RPP. Menurut Depdiknas (2007:14), dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual diperlukan model sebagai berikut : a) Menekankan pada pemecahan masalah. b) Mengakui kebutuhan pembelajaran terjadi diberbagai konteks, misalnya rumah, masyarakat, dan tempat kerja. c) Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa sehingga mereka menjadi pembelajar yang mandiri. d) Mempertimbangkan keragaman konteks hidup yang dimiliki siswa. e) Mendorong siswa untuk belajar dari sesamanya dan bersamasama atau menggunakan grup belajar interdependen. f) Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/ pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan mengkaitkan apa yang dipelajari dengan fenomena kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan pembelajaran CTL haruslah mencakup semua model di atas. Apabila salah satu model tidak dilaksanakan maka pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik. Oleh karena itu, seorang guru harus menguasai konsep CTL sebelum mempraktekannya dikelas. 3) Penilaian

7 Untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar, dalam pembelajaran CTL digunakan penilaian autentik. Penggunaan penilaian autentik pada pembelajaran kontekstual diharapkan mampu membangun pengetahuan dan ketrampilan, dengan cara yang bermakna melalui pengikutsertaan siswa kedalam kehidupan nyata atau konteks autentik. e. Bentuk Pembelajaran CTL Menurut Martadi (2004:6), Pembelajaran yang didasarkan pada pendekatan kontekstual, selayaknya disusun untuk mendorong munculnya suatu bentuk belajar yang disingkat REACT yaitu Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transfering. 1) Relating (Mengaitkan) yaitu belajar dalam konteks menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman hidup. 2) Experiencing (Mengalami) yaitu belajar dalam konteks penemuan dan daya cipta. 3) Applying (Mengaplikasikan) yaitu belajar dalam konteks bagaimana pengetahuan atau informasi dapat digunakan dalam berbagai situasi. 4) Cooperating (Bekerja sama) yaitu belajar dengan konteks menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman hidup. 5) Transfering yaitu belajar dalam konteks yang ada atau membina dari apa yang sudah diketahui. f. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran CTL Sebagaimana pendekatan pembelajaran yang lain dalam model pembelajaran kontekstual terdapat kelebihan dan kelemahan yang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Kelebihan pembelajaran CTL a) Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa lebih bermakna, karena diperoleh melalui kontruktivisme dan penemuan sendiri (inquiry). b) Siswa dapat menjadi lebih kreatif dalam pembelajaran. c) Siswa melakukan kerja bukan menghafal. d) Menjadikan siswa lebih kritis / berani mengungkapkan pedapat. e) Pembelajaran bukan hanya mengenai hasil namun juga proses. f) Model CTL berpusat pada siswa sehingga siswa lebih aktif.

8 2) Kelemahan / kekurangan pendekatan kontekstual a) Membutuhkan waktu yang lama untuk melaksanakan seluruh komponen. b) Memerlukan persiapan yang cukup banyak. c) Pembelajaran kontekstual berpusat pada siswa, sehingga kelas gaduh dan ramai. g. Perbedaan Pembelajaran CTL dan Tradisional Tabel 2.1 Perbedaan pembelajaran CTL dan tradisional NO. CTL Tradisional 1 Menyadarkan pada pemahaman makna. Menyadarkan pada hapalan. 2 Siswa terlibat aktif dalam proses Siswa secara pasif menerima pembelajaran. informasi. 3 Pembelajaran dikaitkan dengan Cenderung focus pada satu pengalaman nyata siswa. disiplin ilmu. 4 Cenderung mengintegrasikan beberapa Pembelajaran bersifat teoritis. bidang. 5 Pembelajaran terjadi dibeberapa Pembelajaran hanya terjadi tempat, setting dan konteks. dikelas. 6 Keterampilan dikembangkan atas dasar Keterampilan dikembangkan pemahaman. atas dasar ilmiah. Pembelajaran dikaitkan dengan Memberikan tumpukan 7 pengetahuan yang telah diperoleh informasi. siswa. 2. Kemampuan Menggambar Perspektif a. Menggambar Perspektif Veri Apriyatno (2007:1) berpendapat bahwa menggambar adalah sebuah proses kreasi yang harus dilakukan secara intensif dan terus-menerus, juga merupakan wujud pengeksplorasian teknis dan gaya, penggalian gagasan dan krativitas, bahkan bisa menjadi sebuah ekspresi dan aktualisasi diri. Pada dasarnya, menggambar merupakan perpaduan keterampilan (skill), kepekaan rasa (teste), kreativitas, ide, pengetahuan, dan

9 wawasan. Dalam menggambar ada beberapa unsur yang harus diperhatikan. Menurut Agus Sachari (2004:63) unsur-unsur tersebut adalah : 1) Titik Titik adalah unsur gambar yang paling esensial. Sebuah gambar dalam bidang kosong akan selalu berawal dari sebuah titik dan berhenti pada sebuat titik akhir. 2) Garis Garis adalah kumpulan dari sejumlah titik yang ditarik secara berkesinambungan. Ada dua jenis garis yaitu : garis lurus dan garis lengkung. 3) Bidang Bidang adalah area yang dibuat oleh garis yang bertemu pada satu atau lebih titik pertemuan sehingga dapat diukur luasnya. Bidang dapat berkesan datar, dan dapat pula berkesan tiga dimensi. 4) Citra Citra adalah kesan yang ditimbulkan oleh suatu objek gambar sehingga membentuk persepsi tertentu bagi pengamatnya. Dalam mata pelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) menggambar perspektif adalah salah satu materi dalam mata pelajaran seni budaya. Menggambar perspektif adalah sebuah teknik menggambar untuk menampilkan volume tiga dimensi dan hubungan spasialnya dengan permukaan dua dimensi dengan menggunakan garis-garis yang bertemu pada satu titik didalam gambar (Francis D. K. Ching, 2013:101). Semua objek yang ada di depan mata secara visual akan mengikuti hukum perspektif dimana semakin jauh posisi objek dari mata, objek tersebut akan terlihat semakin kecil. Untuk menghasilkan gambar tampak nyata, masalah pertama terbesar yang dihadapi bagaimana membuat perspektif dengan benar. Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan perspektif ketika ingin menggambar, yaitu: horizon, titik lenyap dan garis vertikal. 1) Horizon adalah garis cakrawala yang memiliki posisi tinggi mata kita sebagai penglihat. 2) Tidak lenyap merupakan titik dimana garis-garis pada objek yang kita lihat akan bertemu. 3) Garis vertikal, akan menjadi pembanding untuk menentukan ketinggian dari objek yang berada dekat dengan mata dan yang jauh dari mata kita.

10 Kadang kita menemui gambar perspektif yang terlihat tidak seimbang atau beberapa furniturnya terpotong. Permasalahan ini dapat di atasi dengan cara: 1. Garis Horison dapat diturunkan atau dinaikkan sehingga bagian objek dapat terjangkau oleh sudut pandang pengamat. 2. Kedudukan pengamat dimundurkan lebih jauh dari bidang gambar sehingga seluruh bagian objek dapat terjangkau oleh sudut pandang pengamat. Menentukan titik mata dapat dengan cara menentukan terlebih dahulu bagian ruang yang akan ditampilkan secara maksimal. Pada perspektif satu titik, bila bagian ruang yang akan ditampilkan adalah bagian kanan, maka titik mata cenderung berada di sebelah kiri menjauhi garis normal dan bagian kanan ruang pada gambar. Cara ini berlaku untuk bagian ruang lainnya (kiri, atas dan bawah). Sedangkan pada perspektif dua titik, bila bagian ruang yang akan ditampilkan adalah bagian kanan, maka titik mata sebelah kiri akan menjauhi dan titik mata kanan akan mendekati bagian kanan ruang pada gambar. b. Macam-Macam Gambar Perspektif Macam-macam gambar perspektif ada tiga, yaitu gambar perspektif satu titik lenyap, gambar perspektif dua titik lenyap, dan gambar perspektif tiga titik lenyap. Uraian dari ketiga macam gambar perspektif itu adalah sebagai berikut : 1) Gambar perspektif satu titik lenyap Perspektif satu titik mata adalah garis-garis horisontal atau vertikal yang sejajar dengan pusat pandangan akan tampak bertemu pada titik pusat pandangan. Gambar 2.1 adalah contoh gambar perspektif satu titik lenyap yang baik: Gambar 2.1 Gambar Perspektif Satu Titik Lenyap (Sumber: 2) Gambar perspektif dua titik lenyap

11 Jika kita memperhatikan kubus dari sisi menyudut/miring tetapi tetap mempertahankan garis pusat pandangan kita secara horisontal, ada garis-garis vertikal tetap dalam kondisi vertikal. Kedua kumpulan garis-garis horisontal sekarang menjadi miring terhadap bidang gambar yang memusat pada dua titik pusat, satu disebelah kiri, dan satu lainnya disebelah kanan. Kedua titik yang memusat inilah yang disebut perspektif dua titik mata. Gambar 2.2 adalah contoh gambar perspektif dua titik lenyap: Gambar 2.2 Gambar Perspektif Dua Titik Lenyap (Sumber: 3) Gambar perspektif tiga titik lenyap Perspektif tiga titik mata adalah pandangan perspektif yang disebabkan oleh penarikan beberapa garis yang memusat ke tiga titik lenyap. Penggunaan tiga buah titik pusat pandangan (sudut) sebuah segitiga merupakan titik lenyap kubus dalam perspektif tiga titik mata. Gambar 2.3 adalah contoh gambar perspektif tiga titik lenyap :

12 Gambar 2.3 Gambar Perspektif Tiga Titik Lenyap (Sumber: Modul perkuliahan menggambar teknik I 2011 Danto Sukmajati menyebutkan bahwa dalam gambar perspektif ada tujuh unsur mutlak yang harus dipenuhi. Unsur-unsur tersebut adalah : (1) Objek atau benda yang akan digambar, (2) Pengamat, (3) Kerucut pandangan, (4) Garis Horisontal, (5) Garis Dasar, (6) Bidang Gambar, dan (7) Titik lenyap. Ketujuh unsur itu menghasilkan efek atau ilusi benda yang berada pada kejauhan akan semakin kecil. Bendabenda yang sama harus digambar lebih besar bila berada pada posisi lebih dekat atau sebaliknya. Proporsi dan perspektif biasanya digunakan bersamaan untuk membentuk gambar yang wajar. Proporsi merupakan perbandingan ukuran dari bagian-bagian objek yang harus dijaga. Sehingga ketika tampil utuh gambar dari objek terlihat wajar sebagaimana mestinya. Maka kemampuan menggambar perspektif erat kaitannya dengan kemampuan mengatur proporsi yang ditentukan oleh kepekaan visual seseorang dalam mengamati objek kemudian memindahkannya ke atas bidang kertas, memperkecil atau memperbesar dengan tanpa membuat perubahan perbandingan ukuran dari bagian-bagian objek. 3. Mata Pelajaran Seni Budaya a. Pengertian Seni Budaya Menurut Leo Tolstoy dalam Suwaji Bastomi (1992:19) menyebutkan bahwa seni adalah kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar, dengan perantara tanda-tanda lahiriah tertentu untuk menyampaian perasaaan-perasaan yang telah dihayatinya kepada orang lain sehingga mereka kejangkitan perasaan ini dan juga mengalaminya. Tolsyoy mengaitkan seni dengan pengamat sekaligus, sehingga seni sebagai alat komunikasi dan pencipta kepada orang lain. Cabang seni ada empat bidang yaitu seni musik, seni rupa, seni tari dan seni pertunjukan atau teater. Seni musik merupakan seni yang menggunakan media bunyi sebagai sarana mengungkapkan ekspresi pelakunya. Seni rupa adalah seni yang menggunakan visual sebagai sarana mengungkapkan ekspresi senimannya. Seni Tari adalah seni tiga dimensi yang berdasarkan pada gerak tubuh manusia. Dan Seni Teater atau pertunjukan merupakan seni yang paling kompleks, karena dalam visualisasinya ia menggabungkan cabang seni lainnya. Menurut Kentjoroningrat budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, adalah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Jadi budaya dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal (Mohtar Hadi, 1990:10).

13 Pemahaman adanya rasa keterkaitan bahwa kebudayaan manusia adalah sebuah kejadian sejarah yang berkesinambungan menjadi nyata dan real, bahwa kebudayaan manusia adalah sebuah continuum nilai-nilai yang melalui proses ribuan generasi berikutnya, adalah kenyataan dan fakta sejarah (Widagdo, 2000:2). Jadi pengertian seni budaya adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia mengenai cara hidup berkembang secara bersama-sama pada suatu kelompok masyarakat yang mengandung unsur estetika atau keindahan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. b. Seni Budaya dalam Pendidikan Mencermati tentang mata pelajaran yang ada dalam kurikulum 2013, terdapat sujumlah mata pelajaran salah satunya adalah mata pelajaran pendidikan seni budaya. Uraian bahasannya, mata pelajaran ini terdiri dari bahan ajar pendidikan seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Mapel seni budaya pada dasarnya pendidikan seni yang berbasis budaya. Sebagai materi pembelajaran, mata pelajaran seni dan budaya perlu di pahami guru, seperti bagaimana arah yang tepat untuk mendidik dan membentuk karakter siswa. Selain sebagai sarana membentuk karakter, mata pelajaran seni budaya juga berfungsi sebagai fungsinya sebagai media ekspresi, sebagai media komunikasi, sebagai media bermain, dan sebagai media berfikir. Dari keempat bahan ajar yang disampaikan diatas, yang diajarkan dalam mata pelajaran seni budaya di kelas XI IPA 2 semester dua ini adalah materi seni rupa gambar perspektif. Seni rupa merupakan salah satu kesenian yang mengacu pada bentuk visual atau sering disebut bentuk perupaan, yang merupakan susunan atau komposisi atau satu kesatuan dari unsur-unsur rupa. Seni rupa merupakan cabang seni yang mengekspresikan pengalaman artistik manusia lewat objek dua dimensional dan tiga dimensional. (Soedarso, 1990:9) Menurut matranya seni rupa dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu, seni dua dimensional (dwimatra) dan seni tiga dimensional (trimatra). Yang penjelasannya adalah sebagai berikut : 1) Seni dua dimensional meliputi : seni lukis, seni menggambar, seni ilustrasi, dan seni grafis. Dalam karya seni rupa dua dimensional, yang menjadi factor utama dalam pengolahannya ialah garis, warna, bentuk dan komposisi. 2) Seni tiga dimensional adalah karya yang berwujud bentuk-bentuk yang dapat diamati dari segala penjuru arah dan benar-benar suatu wujud yang ada dalam ruang. Gambar perspektif merupakan seni rupa dua dimensional karena gambar perspektif adalah materi menggambar untuk menampilkan volume tiga dimensi dan

14 hubungan spasialnya dengan permukaan dua dimensi dengan menggunakan garis-garis yang bertemu pada satu titik didalam gambar. Tujuan diajarkannya menggambar perspektif pada siswa jurusan IPA adalah untuk digunakan sebagai bekal untuk masuk ke perguruan tinggi maupun untuk diaplikasikan dalam pengalaman nyata. Maka sudah seharusnya siswa mempunyai kemampuan menggambar perspektif yang baik agar ketika dibutuhkan dimasa mendatang, siswa sudah menguasai. Sehingga tidak merasa kesulitan ketika diminta untuk menggambar perspektif. B. Kerangka Berpikir Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat pembelajaran, dapat diketahui bahwa: (1) siswa belum paham tahapan-tahapan menggambar perspektif, (2) siswa kesulitan dalam menarik garis-garis ke titik lenyap, (3) siswa belum menggambar perspektif sesuai prosedur yang benar, (4) siswa bingung untuk menentukan benda/ objek yang akan digambar. Keempat hal itu menandakan bahwa kemampuan siswa dalam menggambar perspektif kurang. Sehingga peneliti menerapkan model pembelajaran CTL sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan permasalahan tersebut. Model pembelajaran CTL mempunyai tujuh komponen yang saling terkait, yaitu: (1) konstruktivisme (constructivism), (2) bertanya (questioning) (3), menemukan (inquiry), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modelling), (6) Refleksi (reflection), (7) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Ketujuh komponen itu akan diterapkan melalui dua tahapan, yaitu tahapan siklus I dan siklus II. Kedua siklus tersebut diuraikan sebagai berikut : 1. Siklus I a. Konstruktivisme (constructivism): Guru menerangkan materi gambar perspektif dengan media tayangan foto, gambar, dan video. Siswa mengkontruksi pengetahuan yang diberikan guru dengan pengalaman nyata.

15 b. Bertanya (questioning): Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang telah diberikan dan kaitannya dengan keadaan interior di area sekolah, siswa yang aktif menjawab mendapat poin. c. Masyarakat belajar (learning community): Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok urut nomor absensi untuk kegiatan observasi dan praktek menggambar perspektif. d. Menemukan (inquiry): Guru mengajak siswa untuk observasi tidak langsung yaitu interior sekolah (SMA N 2 Surakarta). e. Pemodelan (modelling): Guru memperagakan cara membuat gambar perspektif didepan kelas. f. Refleksi (reflection): Setiap akhir pertemuan, guru merefleksi secara keseluruhan pembelajaran yang dilakukan. g. Penilaian sebenarnya (authentic assessment): Melakukan penilaian secara objektif terhadap siswa, meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. 2. Siklus II a. Konstruktivisme (constructivism): Guru menerangkan materi gambar perspektif dengan media tayangan foto, gambar, dan video. Serta menunjukan karya siswa terdahulu yang baik. Siswa mengkontruksi pengetahuan yang diberikan guru dengan pengalaman nyata. b. Bertanya (questioning): Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat pertanyaan tentang materi perspektif dan kaitannya dengan materi dan observasi yang telah dilakukan, siswa yang lain menjawab. Guru sebagai fasilitator dan menambahkan jawaban yang kurang. Siswa yang aktif bertanya dan menjawab mendapat poin. c. Masyarakat belajar (learning community): Siswa dibagi menjadi menjadi tujuh kelompok secara heterogen. Setiap kelompok ada siswa yang kemampuan menggambar perspektifnya bagus. d. Menemukan (inquiry): Guru mengajak siswa untuk observasi luar kelas dari sudut dimana siswa bisa melihat garis-garis dan prinsip perspektif satu titik lenyap. e. Pemodelan (modelling): Guru menayangkan video tutorial menarik garis-garis pada gambar perspektif. Guru memperjelas dengan memperagakan cara menarik garis lurus perspektif didepan kelas. f. Refleksi (reflection): Setiap akhir pertemuan, guru merefleksi secara keseluruhan pembelajaran yang dilakukan, dan memperbaiki apa-apa yang masih kurang.

16 g. Penilaian sebenarnya (authentic assessment): Melakukan penilaian secara objektif terhadap siswa, meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan dilaksanakannya kedua siklus diatas maka kemampuan siswa dalam menggambar perspektif akan meningkat. Skema Kerangka Pemikiran Kemampuan Menggambar Perspektif Kurang Siswa Belum Paham Tahapan Menggambar Perspektif Siswa Belum Menggambar Perspektif Sesuai Prosedur Siswa Bingung Menentukan Objek yang Akan digambar

17 Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Siklus I Constructivism: Guru menerangkan materi gambar perspektif dengan media tayangan foto, gambar, dan video. Modelling: Guru memperagakan cara menggambar perspektif satu titik lenyap didepan kelas. Inquiry: Guru mengajak siswa untuk observasi tidak langsung interior sekolah (SMA Negeri 2 Surakarta). Questioning: Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang telah diberikan dan kaitannya dengan observasi yang dilakukan Learning Community: Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok urut nomor absensi untuk kegiatan praktek dan observasi. authentic assessment: Melakukan penilaian secara objektif terhadap siswa, meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Siklus II Constructivism: Guru menerangkan materi gambar perspektif dengan media tayangan foto, gambar, video dan menunjukkan karya siswa terdahulu. Modelling: Guru memperagakan cara menarik garis lurus perspektif dua titik lenyap didepan kelas. Inquiry: Guru mengajak siswa untuk observasi langsung. Questioning: Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat pertanyaan tentang materi perspektif dan kaitannya dengan observasi dan materi, siswa yang lain menjawab. Learning Community: Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok secara heterogen setiap kelompok ada siswa dengan kemampuan yg lebih. authentic assessment: Melakukan penilaian secara objektif terhadap siswa, meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Kemampuan Menggambar Perspektif Siswa Meningkat Gambar 2.4 Skema Kerangka Berpikir 4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : Penerapan model pembelajaran CTL dapat meningkatkan kemampuan menggambar perspektif siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 2 Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak lama seni telah diasumsikan memiliki peranan penting dalam pendidikan, karena fungsinya sebagai media ekspresi, sebagai media komunikasi, sebagai media

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL Apa itu CTL? Mengapa harus CTL Pendekatan CTL merupakan Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

Lebih terperinci

MENGGAMBAR PERSPEKTIF

MENGGAMBAR PERSPEKTIF BAB III MENGGAMBAR PERSPEKTIF Standar Kompetensi : Menerapkan Prinsip-prinsip seni grafis dalam desain komunikasi visual untuk MM Kompetensi Dasar : Menggambar Perspektif Materi Pembelajaran : Teknik menggambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL contextual teaching and learning Strategi Pembelajaan Kontekstual Strategi pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. DASAR FILOSOFI Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Sadiman, dkk. (2008: 17-18) mengatakan

Lebih terperinci

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) BAB 1I 2.1. Kajian Teori KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar merupakan komponen penting dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keterkaitan belajar dan pembelajaran dapat digambarkan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan adalah

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS A. Pembelajaran Matematika Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Ini berarti

Lebih terperinci

FIELD STUDY: PEMBELAJARAN CONTECTUAL TEACHING LEARNING (CTL) UNTUK MATERI-MATERI FISIOGRAFIS 1

FIELD STUDY: PEMBELAJARAN CONTECTUAL TEACHING LEARNING (CTL) UNTUK MATERI-MATERI FISIOGRAFIS 1 FIELD STUDY: PEMBELAJARAN CONTECTUAL TEACHING LEARNING (CTL) UNTUK MATERI-MATERI FISIOGRAFIS 1 Oleh: Muhammad Nursa ban 2 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Pada hakikatnya pendekatan mengajar adalah untuk membangkitkan rasa ingin tahu dan memuaskan (memberi pemuas kepada) rasa ingin tahu siswa. Rasa puas ini

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah

Lebih terperinci

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal soal yang berkaitan dengan menghitung luas selimut tabung, kerucut dan bola, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kontekstual Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Makna Pembelajaran Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan ini terjadi sebagai hasil dari pengalaman (wikipedia.org). Dalam dunia pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD Oleh Nana Supriatna Universitas Pendidikan Indonesia Makalah Semiloka di Musibanyuasin, Sumsel 7 September 2007 Pengertian Pendekatan Contextual

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005 : 7) mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan. 8 BAB II KAMAN PUSTAKA A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah Manusia. Meningkatkan kemampuan siswa merupakan upaya meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam memahami dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta yang berlokasi di Jl. Monginsidi No. 40, Banjarsari, Surakarta, pada kelas XI IPA

Lebih terperinci

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed. PENDEKATAN KONTEKSTUAL Oleh : Toto Fathoni, Apakah CTL itu? Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN C T L (Contextual Teaching and Learning) MELALUI METODE DEMONSTRASI Rini Budiharti Pendidikan Fisika P.MIPA UNS ABSTRAK Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP perlu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi yang dimaksud

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

YUNICA ANGGRAENI A

YUNICA ANGGRAENI A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK MODELING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 ULUJAMI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Pembelajaran Matematika a. Hakekat Matematika Mata pelajaran matematika merupakan salah satu muatan KTSP, yang harus dikembangkan.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DIREKTORAT PEMBINAAN SMP DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006 BAB 1 PENDEKATAN KONTEKSTUAL A. Latar

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Pengertian Pembelajaran Kontekstual 1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami

Lebih terperinci

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd. Kuiz 1. Contextual 2. Konstruktivisme 3. Inquiry 4. Questioning 5. Learning Community 6. Modeling 7. Refleksi 8. Authentic Assessment 9. Skenario CTL PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Contextual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab, BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab, antara lain: Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian; Penegasan Istilah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan pendidikan sebagai akibat dari kemajuan ilmu dan teknologi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa siswa sebagian besar tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah ilmu dasar yang dapat digunakan sebagai alat bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu karakteristik matematika yaitu mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk

Lebih terperinci

ISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003

ISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME BANGUN RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI GARANGAN KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan 9 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Menurut Zain (dalam Milman Yusdi, 2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontekstual Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (Suherman

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut Arifin et al. (2000: 146) bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir.

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Oleh: Atmini Dhoruri A. Latar Belakang Perkembangan IPTEKS yang sangat pesat dan perubahan global dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru. UPAYA PENINGKATAN MUTU GURU MATA PELAJARAN IPS TERPADU DALAM MENERAPKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI BIMBINGAN TEKNIS DI SEKOLAH SMP NEGERI 2 KOTA BIMA Sri Aswati dan Ihyaudin Dinas Dikpora Kota Bima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk kemajuan bangsa dan negara, dengan majunya pendidikan suatu negara dapat dijadikan tolok ukur bahwa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

Lebih terperinci

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai

Lebih terperinci

TITIK ARIYANI HALIMAH A

TITIK ARIYANI HALIMAH A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH I SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING Ramtia Darma Putri, Universitas PGRI Palembang email: tyadhuarrma27@gmail.com Erfan Ramadhani, Universitas PGRI Palembang email: erfankonselor@gmail.com

Lebih terperinci

Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL)

Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL) Pendekatan Contextual Teaching and Larning (CTL) 2.1.3.1 Hakikat Contextual Teaching and Learning Landasan filosofi CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak

Lebih terperinci

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning) Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesia KONSEP CTL Merupakan Konsep Belajar yang dapat Membantu Guru Mengaitkan

Lebih terperinci

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2 PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN KELOMPOK KECIL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu untuk dapat hidup berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa SD khususnya. bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa SD khususnya. bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat diperlukan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya tuntutan peningkatan kualitas lulusan SD untuk melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi maupun untuk mengembangkan dan menumbuhkan bakat, minat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran yang sangat penting di sekolah. Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA Dedy Juliandri Panjaitan Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Jl. Garu II No. 93 Medan juliandri.dedy@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini semakin pesat. Manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya mengenai pengertian belajar, namun demikian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel (1996) pemahaman termasuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Proses belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam seluruh proses pendidikan di sekolah. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA Oleh Lilis Dahlia 82321112082 Abstrak Dalam proses pembelajaran matematika

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS 585 KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran guru sebagai (a) manejerial yaitu mengelola kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

Aas Asiah   Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SD ISLAM AL-IKHLAS CIANJUR TAHUN AJARAN 2011/2012 Aas Asiah Email : aasasiah84@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan faktor pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kualitas pendidikan harus ditingkatkan. investasi besar untuk berjuang keluar dari krisis dan menghadapi dunia global

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kualitas pendidikan harus ditingkatkan. investasi besar untuk berjuang keluar dari krisis dan menghadapi dunia global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk peningkatan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar Depdiknas, 2008: 6).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk tabel yang menggambarkan. matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Sumbergempol.

BAB V PEMBAHASAN. mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk tabel yang menggambarkan. matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Sumbergempol. 109 BAB V PEMBAHASAN A. Rekapitulasi Hasil Penelitian Setelah dilakukakan analisis penelitian, selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk tabel yang menggambarkan pengaruh penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan hidup, baik yang bersifat manual, mental maupun sosial. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan hidup, baik yang bersifat manual, mental maupun sosial. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah aktivitas atau upaya yang sadar dan terencana, dirancang untuk membantu seseorang mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu, matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai sekolah dasar sampai

BAB I PENDAHULUAN. itu, matematika perlu diberikan kepada peserta didik mulai sekolah dasar sampai 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan kurikulum dalam dunia pendidikan sekolah menuntut adanya perkembangan pembelajaran matematika karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

Lebih terperinci

BAB V. Pembahasan Penelitian. PGRI 3 Tulungagung sebelum melakukan pembelajaran Contextual Teaching

BAB V. Pembahasan Penelitian. PGRI 3 Tulungagung sebelum melakukan pembelajaran Contextual Teaching BAB V Pembahasan Penelitian 1. Perencanaan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK PGRI 3 Tulungagung Berdasarkan temuan peneliti bahwa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL Suci Nurwati Program Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga manusia mampu menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual (CTL) Pembelajaran kontekstual yang sering disingkat dengan CTL merupakan salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan experimental science, tidak dapat dipelajari hanya melalui membaca, menulis atau mendengarkan saja. Mempelajari ilmu kimia bukan hanya menguasai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 2.1.1.Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Sudjana ( 1989 : 28 ) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL) 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL) CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Ekonomi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Ekonomi 15 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Ekonomi Menurut pengertian etimologis kontekstual berasal dari kata konteks dalam bahasa Inggris (berasal dari kata

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Diah Nugraheni Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang email: diah_fisika@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar, - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangatlah penting bagi manusia karena didalam pendidikan, maka akan mendapatkan berbagai macam pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap

Lebih terperinci

PROSIDING SINDHAR Vol: 1 - ISSN: Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bosowa

PROSIDING SINDHAR Vol: 1 - ISSN: Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bosowa 36 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK karangan argumentasi berada dalam batas kategori sangat baik 3 orang, baik 10 orang,

Lebih terperinci