BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang drastis pada pertumbuhannya, baik pertumbuhan fisik, mental dan psikis. Pertumbuhan fisik yang cepat pada anak menyebabkan anak semakin tinggi dan besar, sehingga kemampuan fisik mereka juga meningkat. Kemampuan fisik yang cukup nyata terlihat pada masa ini adalah kekuatan, keseimbangan dan koordinasi, selain kemampuan fisik anak pada masa ini juga mengalami perkembangan kognitif. Oleh karenanya kehidupan pada masa anak-anak sering dikatakan masa keemasan didalam siklus kehidupan. Pertumbuhan selama masa antara 6-9 tahun begitu cepat. Kebanyakan anak mencapai pola yang matang melalui ketrampilan motorik dasar, dan postur serta keseimbangan mereka menjadi lebih baik. Mereka mulai pada tahap belajar ketrampilan ketrampilan transisi yang bersifat gerakkan gerakkan dasar yang dikombinasikan serta bervariasi. Aktivitas olahraga pada masa ini perlu menekankan ketrampilan pokok yang mendukung perkembangan ketrampilan ketrampilan transisi tersebut serta mampu meningkatkan keseimbangannya (Purcell, 2005). Keseimbangan merupakan komponen utama dalam menjaga postur tubuh manusia agar mampu tegak dan mempertahankan posisi tubuh (Batson, 2009). 1
2 Kemampuan untuk mempertahankan sistem saraf otot dalam suatu posisi atau sikap yang efisien ketika bergerak merupakan fungsi dari keseimbangan. Perkembangan motorik pada manusia akan terus berkembang dari dalam kandungan hingga dewasa. Aktivitas keseharian dilakukan akan semakin berat dan kompleks pada setiap fase perkembangan. Fase perkembangan motorik harus terlewati dengan optimal agar tidak mempengaruhi kemampuan bergerak dalam kehidupan (Retnowati, 2010). Kemajuan teknologi saat ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan kita, tidak terkecuali bagi anak anak usia sekolah yang memperoleh dampak dari perkembangan teknologi. Di lihat dari dampak positif teknologi banyak kegiatan menjadi lebih mudah dan singkat, sedangkan di lihat dari dampak negatif orang menjadi malas bergerak dan melakukan aktifitas fisik. Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan gangguan musculoskeletal sehingga ketika manusia melakukan aktivitas fisik yang berat dan mendadak akan menyebabkan cedera. Jatuh akibat ketidakmampuan mempertahankan keseimbangan adalah salah satu penyebab cedera pada anak. Angka kejadian morbiditas dan mortalitas pada anak anak akibat jatuh sebesar 25% sampai 44% (McGibbon, 2005). Efek jatuh pada anak anak dapat berupa kecacatan. Dilaporkan Disability Adjusted Life Year, anak anak memiliki presentase sebesar 16% mengalami kecacatan fisik diakibatkan jatuh. Dinilai dari penyebab cedera sebesar 12,8% anak anak mengalami cedera disebabkan oleh ketidaksengajaan dan sebesar 3,2% disebabkan karena kesengajaan (Towner, 2008).
3 Perkembangan gerak pada masa anak ini akan terjadi perkembangan fisik yang makin jelas, khususnya yang terkait dengan kekuatan, kelenturan, keseimbangan, dan koordinasi (Affendi, 2007). Anak anak seperti yang kita ketahui sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan,terutama pertumbuhan dan perkembangan fisik yang sangat pesat. Secara jelas hal tersebut dapat di lihat pada pertumbuhan motorik, koordinasi otot-otot dan kecepatan jasmaninya menunjukan kemajuan kemajuan yang signifikan. Menurut Piaget tahap perkembangan kognitif terdiri dari 4 tahap yang terdiri tahap sensorimotor usia 0 2 tahun, tahap pra operasional usia 2 7 tahun, tahap operasi konkret usia 7 11/12 tahun, tahap operasi formal usia 11/12 ke atas. Perkembangan kognitif anak secara tidak langsung akan mempengaruhi kemampuan keseimbangan. Keseimbangan dipengaruhi melalui fungsi kognitif yang melibatkan internal representation yang baik, peningkatan sistem adaptif respon terkait dengan orientasi ruang dan orientasi gerakan (Cole, 2005). Kemampuan anak untuk menyeimbangkan tubuhnya ditentukan oleh kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord (Bernadeta & Suhartini, 2012). Keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat massa tubuh berada dalam Base of Support/Bidang Tumpu. Keseimbangan statis merupakan prasyarat untuk banyak aktivitas fungsional seperti mobilitas dan penghindaran terhadap jatuh (Sibley, et al., 2015). Anak usia 8-9 tahun memiliki keseimbangan statis yang belum optimal. Pada usia ini keseimbangan statis anak dipengaruhi oleh aktifitas fisik yang mereka
4 lakukan sehingga optimalisasi keseimbangan statis membutuhkan adanya pelatihan aktifitas fisik yang dapat menstimulasi komponen-komponen keseimbangan statis (Permana, 2013). Untuk meningkatkan keseimbangan statis terdapat berbagai jenis latihan yang bisa diberikan, disini penulis memilih latihan yang mengacu kepada integrasi dari sistem somatosensoris dan motorik serta dapat mudah di dipahami dan bersifat menyenangkan. Bentuk latihan yang diberikan kepada anak untuk meningkatkan keseimbangan statisnya adalah proprioceptive exercise dan brain gym. Proprioceptive exercise merangsang sistem saraf yang mendorong terjadinya respon otot dalam mengontrol sistem neuromuskuler. Proprioceptive dihasilkan melalui respon secara simultan, visual, vestibular, dan sistem sensorimotor, yang masing masing memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas postural (Riemann & Lephart, 2002). Proprioceptive dapat diartikan sebagai keseluruhan kesadaran dari posisi tubuh. Proprioceptive diatur oleh mekanisme saraf pusat dan saraf tepi yang datang terutama dari reseptor otot, tendon, ligamen, persendiaan dan fascia. Kesadaran posisi akan berpengaruh terhadap gerak yang akan dilakukan, gerak yang timbul tersebut akibat impuls yang diberikan stimulus yang diterima dari receptor yang selanjutnya informasi tersebut akan diolah di otak yang kemudian informasi tersebut akan diteruskan oleh reseptor kembali ke bagian tubuh yang bersangkutan (Lephart, et al., 2013). Proprioceptive exercise memfasilitasi otak, saraf, dan otot dalam berkomunikasi lebih baik agar benar mengidentifikasi posisi tubuh dan bagaimana
5 tubuh bergerak. Seperti penelitian yang dilakukan oleh luluk maulina yang berjudul Perbedaan Antara Intervensi Wobble Board Balance Exercise dan Box Jump Exercise dengan Intervensi Theraband Strengthening Exercise dan Box Jump Exercise terhadap Peningkatan Tinggi Lompatan Anak Usia 7-8 Tahun terbukti wobble board dapat diterapkan pada anak anak. Penulis memilih menerapkan latihan proprioceptive exercise menggunakan wobble board dengan metode closed kinetic chain exercise dimana bahwa closed kinetic chain exercise memberikan umpan balik proprioceptive dan kinestetik lebih besar daripada open kinetic chain exercise. Menurut teori saat bergerak beberapa kelompok otot yang dilintasi untuk menerima impuls, sendi akan diaktifkan selama closed kinetic chain exercise berlangsung sedangkan selama latihan open kinetic chain exercise reseptor sensorik, otot, jaringan intra artikular dan ekstra artikular diaktifkan dalam mengendalikan gerak (Kisner & Allen, 2007). Brain gym merupakan serangkaian latihan gerak yang melibatkan aspek biomekanik yang luas dan bersifat tidak lazim membantu mengoptimalkan fungsi otak manusia. Brain gym dapat memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak sehingga meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, meningkatkan energi tubuh, meningkatkan keseimbangan dan koordinasi gerakan (Dennison & Gaul, 2005). Menurut (Thomas, 2012), brain gym dapat meningkatkan keseimbangan dikarenakan adanya prinsip latihan dual task atau perintah ganda sehingga akan meningkatkan kognitif gerakan pada anak dan aktifasi area otak yang lebih luas yang berdampak pada kecepatan respon terhadap perubahan lingkungan dan gerakan
6 Brain gym bertujuan untuk membuka channel channel kerja fisiologi otak sehingga akan memberi kemudahan otak pada saat melakukan kegiatan belajar atau bekerja dengan asumsi otak digunakan secara menyeluruh atau whole brain. Brain gym dapat memberikan pengaruh positif pada peningkatan konsentrasi, atensi, kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencanaan, respon dan membuat keputusan saat gerakan. Respon keputusan saat melakukan gerakan akan mempengaruhi central proceesing dan anticipatory yang mempengaruhi keseimbangan (Inder, 2004). Mengingat pentingnya proprioseptif exercise dan brain gym terhadap keseimbangan maka penulis mengambil judul Penambahan Brain Gym Pada Proprioseptif Exercise Lebih Baik Dari Proprioseptif Exercise Untuk Meningkatkan Keseimbangan Statis Pada Anak Usia 8 9 Tahun. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah proprioseptif exercise mampu meningkatkan keseimbangan statis pada anak usia 8 9 tahun? 2. Apakah brain gym dan proprioseptif exercise mampu meningkatkan keseimbangan statis pada anak usia 8 9 tahun? 3. Apakah brain gym dan proprioseptif exercise lebih baik dari proprioseptif exercise untuk meningkatkan keseimbangan statis pada anak usia 8 9 tahun?
7 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran umum tentang brain gym, proprioseptif exercise pada peningkatkan keseimbangan statis pada anak usia 8 9 tahun. 2. Tujuan Khusus a. Untuk membuktikan pengaruh pemberian proprioseptif exercise untuk meningkatkan keseimbangan statis pada anak usia 8 9 tahun.. b. Untuk membuktikan pengaruh pemberian brain gym dan proprioseptif exercise untuk meningkatkan keseimbangan statis pada anak usia 8 9 tahun. c. Untuk membuktikan brain gym dan proprioseptif exercise lebih baik dari proprioseptif exercise untuk meningkatkan keseimbangan statis pada anak usia 8 9 tahun. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah a. Diharapkan penelitian ini menambah pengetahuan bagi para pembaca terutama mahasiswa tentang pengaruh penambahan brain gym pada proprioseptif exercise untuk meningkatkan keseimbangan statis pada anak usia 8 9 tahun.
8 b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi para pembaca terutama mahasiswa dalam mengembangkan penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk penggunaan brain gym dan proprioseptif exercise guna meningkatkan keseimbangan statis.