BAB VI PEMBAHASAN. kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 30 orang.
|
|
- Sonny Sudirman Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Subyek Penelitian Subjek pada penelitian ini berjumlah 60 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 30 orang. Kelompok I diberikan perlakuan pelatihan metode Bobath dan kelompok II diberikan perlakuan pelatihan metode Feldenkrais. Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas kelompok I memiliki rerata usia (59,00 ± 5,126) pada kelompok II (58,30 ± 4,998) yang berarti bahwa rata-rata usia pada kedua kelompok relatif sama dalam kelompok usia dewasa lansia. Berdasarkan nilai NIHSS sampel pada penelitian kelompok I memiliki rerata (12,43 ± 1,040) dan pada kelompok II memiliki rerata (12,37 ± 0,999) yang berarti kedua kelompok dalam kategori stroke ringan. Berdasarkan nilai MMSE, sampel pada kelompok I memiliki rerata (28,13 ± 0,937) dan kelompok II memiliki rerata (28,40 ± 1,102) yang berarti sampel pada kedua kelompok tidak memiliki gangguan kognitif. Dari deskripsi tersebut menunjukkan bahwa cerebrovascular accident memiliki keterkaitan resiko pada usia dengan kategori tua dan lansia. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa kejadian stroke dapat terjadi pada beberapa kelompok usia akan tetapi secara umum terjadi pada usia lanjut (Jean Hall,et.al., 2012). Dari deskripsi BMI relatif tidak menggambarkan kecenderungan tertentu. Dari deskripsi NIHSS, MMSE menunjukkan bahwa 809
2 81 dalam penelitian ini level stroke, level kognitif dan level kemandirian menjadi salah satu pertimbangan yang mempengaruhi aspek penilaian dalam penelitian. Deskripsi jenis kelamin menunjukkan bahwa sampel penelitian kelompok I jenis kelamin laki-laki sebanyak 19 (63,3%) orang dan perempuan sebanyak 11 (18,3%) orang, sedangkan pada kelompok II jenis kelamin laki-laki sebanyak 15 (50%) orang dan perempuan sebanyak 15 (50%) orang. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa dalam penelitian ini jenis kelamin bukanlah salah satu pertimbangan yang mempengaruhi aspek penilaian dalam penelitian serta tidak memiliki keterkaitan dengan peningkatan postural stability. Paparan jenis stroke pada kelompok I jenis stroke hemoragi sebanyak 5 (8,3%) orang dan non-hemoragi sebanyak 25 (41,7%) orang. Dan pada kelompok II jenis stroke hemoragi sebanyak 5 (8,3%) orang dan nonhemoragi sebanyak 25 (41,7%) orang. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa penyebab penyakit stroke yang terjadi lebih banyak karena nonhemoragi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa kejadian stroke terjadi sekitar 80% adalah iskemi (non-hemoragi), dan 20% adalah hemoragi (Hinkle, 2007). Deskripsi faktor resiko menunjukkan bahwa sampel penelitian kelompok I dengan faktor resiko hipertensi sebanyak 23 (76,7%) orang, faktor resiko diabetes sebanyak 3 (10,0%) orang, faktor resiko kolesterol sebanyak 2 (3,3%) orang dan faktor resiko jantung sebanyak 2 (3,3%) orang.
3 82 Sedangkan pada kelompok II dengan faktor resiko hipertensi sebanyak 23 (76,7%) orang, faktor resiko diabetes sebanyak 6 (20,0%) orang dan faktor resiko penyakit jantung sebanyak 1 (3,3%) orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor resiko penyebab stroke tertinggi karena hipertensi. Hal itu sejalan dengan penelitian yang memaparkan bahwa penyebab stroke tertinggi karena hipertensi dengan persentasi 78%, dan yang kedua Diabetes Mellitus (40,3%), Rokok (21%)(Taj, 2010). Deskripsi topis lesi menunjukkan bahwa sampel penelitian kelompok I dengan topis lesi korteks sebanyak 24 (80 %) orang dan subkorteks sebanyak 6 (20 %) orang, sedangkan pada kelompok II dengan topis lesi kortek sebanyak 26 (86,7 %) orang dan subkorteks sebanyak 4 (13,3 %) orang. Pada paparan tentang defisit motorik pada kelompok I dengan defisit motorik kanan sebanyak 15 (50%) orang dan defisit motorik kiri sebanyak 15 (50%) orang, sedangkan pada kelompok II defisit motorik sebalah kiri sebanyak 15 (50%) orang dan defisit motorik kanan sebanyak 15 (50%) orang. Dari deskripsi tersebut memberikan gambaran bahwa dalam penelitian ini topis lesi dan motor defisit, bukan salah satu pertimbangan yang mempengaruhi aspek penilaian dalam penelitian serta tidak memiliki keterkaitan dengan peningkatan postural stability. Deskripsi jenis pekerjaan menunjukkan bahwa sampel penelitian kelompok I dengan tingkat pekerjaan wiraswasta sebanyak 8 (26,7%) orang, PNS sebanyak 5 (16,7%) orang, Pensiunan sebanyak 10 (33,3%) orang, Swasta sebanyak 3 (10%) orang dan ibu rumah tangga sebanyak 4 (13,3%)
4 83 orang. Sedangkan pada kelompok II dengan tingkat pekerjaan wiraswasta sebanyak 7 (23,3%) orang, PNS sebanyak 4 (13,3%), Pensiunan sebanyak 1 (3,3%) orang, ibu rumah tangga sebanyak 9 (30%) orang dan swasta sebanyak 9 (30%) orang, pada sebagian besar sampel pasien pasca stroke untuk aktivitas pekerjaan sehari-hari banyak dibantu oleh perawat atau caregiver. Deskripsi tingkat pendidikan menunjukkan bahwa sampel penelitian kelompok I dengan tingkat pendidikan sarjana sebanyak 25 (83,3%) orang, Diploma sebanyak 3 (10%) orang, SMU sebanyak 2 (6,7%) orang. Sedangkan pada kelompok II dengan tingkat pendidikan sarjana sebanyak 19 (63,3%) orang, diploma sebanyak 9 (30%) orang dan sebanyak 2 (6,7%) orang. Dari deskripsi tersebut memberikan gambaran bahwa dalam penelitian ini jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan bukanlah salah satu pertimbangan yang mempengaruhi aspek penilaian dalam penelitian serta tidak memiliki keterkaitan dengan peningkatan postural stability. 6.2 Metode Bobath lebih baik daripada metode Feldenkrais dalam meningkatkan postural stability Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rerata dengan Mann Whitney U Test didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan rerata nilai Postural Stability (tekanan kaki kanan dan kiri) antara metode Bobath dan metode Feldenkrais dengan melihat nilai rerata tumpuan kaki kanan dan kiri. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode Bobath (kelompok I) lebih baik daripada
5 84 metode Feldenkrais (kelompok II) dalam meningkatkan postural stability pada pasien pasca stroke. Penelitian Ilett et al. (2015) didapatkan hasil penelitian bahwa metode Bobath memiliki efek yang signifikan dalam memperbaiki tumpuan Ground Force Reaction, postural balance dan kualitas berjalan. Perbaikan postural stability dikarenakan peningkatan kemampuan tubuh dalam (Raine, 2009): 1. Perbaikan kinerja sensory seceptor Aktivasi postural control dan selective movement akan mengaktivasi receptor sensoris pada level musculoskeletal, baik pada joint receptor, golgi tendon organ dan muscle spidle dan taktil dengan teraktivasinya receptor sensoris tersebut maka informasi sensoris akan lebih banyak di kirim ke otak, sehingga otak akan dapat memutuskan ide dan mendesain gerakkan yang lebih baik dan efisien. 2. Kemampuan melawan gravitasi Aktivasi pada level postural akan meningkatkan kinerja dari otot anti gravitasi, sehingga tubuh lebih aktif dalam melawan gravitasi. Posisi latihan yang bervariasi mulai dari lying, sitting sampai standing akan membuat sistem vestibular menjadi lebih terlatih. Sistem vestibular dan sistem control postural mempunyai hubungan yang kuat dalam menentukan sikap tubuh terhadap gravitasi. Perubahan posisi tubuh terhadap orientasi gravitasi akan selalu di ikuti respon otot postural dalam menjaga aligment tubuh agar tetap tegak dan stabil.
6 85 3. Perbaikan posture Peningkatan aktivasi pada level sensori reseptor dan peningkatan kerja otot postural akan membuat tubuh dapat membuat sikap tegak menjadi lebih baik sebagai respon dari aktivitas melawan gravitasi yang di kontrol oleh tubuh secara otomatis pada level batang otak sesuai informasi sensoris yang di kirim oleh visual, vestibular, propioceptif dan taktil. 4. Perbaikan tumpuan (distribusi center of pressure) Dengan perbaikan orientasi gravitasi dan perbaikan postur akan membuat tubuh lebih efesien dalam menumpu, menjadikan tumpuan lebih simetris dan dalam tumpuan yang optimal. Hal ini menunjukkan tubuh dalam posisi yang stabil sebagai dasar untuk gerak aktif fungsional pada kehidupan sehari-hari. Neuroplastisitas merupakan proses pengambil alihan fungsi neuron yang kerusakannya telah permanen, neuroplastisitas terjadi dengan peran serta aktif dari pasien dan metode treatment yang aktif, sehingga proses pembelajaran gerak motorik terjadi dengan baik. Plastisitas berawal dari peran aktif pasien sehingga proses perbaikan koneksi dan kontrol desending dengan output perbaikan kontrol gerak dan peningkatan kemampuan aktifitas. Latihan aktif akan meningkatkan proses plastisitas pada level kortikal dan level muskuler sebagai akibat pembelajaran suatu gerakan. Secara langsung, motor unit yang berperan meningkat seiring dengan motor learning. Setelah itu, peningkatan signifikan dari frekuensi
7 86 motor unit karena latihan yang terus menerus dan rutin menyebabkan terbentuknya gerakan yang semakin cepat. Ini semua akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari sel Purkinje yang berlokasi di cerebellum. Pelatihan dengan metode Bobath meliputi pengaturan postur untuk mempertahankan titik gravitasi dan input kerja sensoris berupa informasi visual, proprioseptif dan auditori yang akan meningkatkan control postural dan stabilitas tubuh. Faktor-faktor itulah yang mempengaruhi peningkatan postural stability pada pasien stroke (Shumway-Cook et al., 2011). Penelitian Ansari dan Naghdi, (2007) menunjukkan bahwa dengan pelatihan metode Bobath dapat meningkatkan secara bermakna eksitabilitas alpha motor neuron pada pasien pasca stroke. Dengan peningkatan tersebut, maka proses pembelajaran motorik dapat terbentuk serta proses adaptasi dan plastisitas pada saraf membantu pemulihan aktifitas gerak pada pasien pasca stroke. Postural stability merupakan respon dari otot-otot postural yang bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh. Postural stability berhubungan dengan pengaturan postur yang melibatkan aktifitas otot untuk mempertahankan stabilitas tubuh. Peningkatan postural stability akan meningkatkan kualitas postur tubuh. Perubahan pusat gravitasi dapat diperbaiki dengan pengaturan postur yang baik. Dengan metode Bobath pasien stroke akan belajar untuk mengatur posisi mereka sehingga tercipta postural stability yang optimal.
8 87 Hasil penelitian peningkatan postural stability pada pasien pasca stroke setelah dilakukan pelatihan metode Bobath selama 8 minggu dengan nilai sebelum intervensi pada kaki kanan (34,93± 7,096) dan sesudah intervensi (48,80± 1,207) dan kaki kiri sebelum intervensi (35,33±7,724) dan sesudah intervensi 48,87± 0,834). Peningkatan postural stability tersebut akan meningkatkan kemampuan gerak pasien pasca stroke, baik dalam aspek kecepatan dan akurasi serta keseimbangan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapat oleh Agustiyawan (2015) bahwa pelatihan metode Bobath meningkatkan walking velocity, serta Pratama (2015) bahwa pelatihan Bobath meningkatkan keseimbangan pada pasien pasca stroke. Metode Feldenkrais merupakan sebuah integrative approach untuk memberikan pembelajaran dan meningkatkan aktivitas fungsional pada individu. Dengan menekankan pada self-awarness melalui suatu proses pelajaranan dengan memberiakn stimulasi pada penginderaan (sensing), gerakan (moving), perasaan (feeling), dan pikiran (thinking). Metode Feldenkrais terdiri dari dua komponen yaitu Awarness Through Movement (ATM) dan Functional Integration (FI). ATM merupakan pelatihan gerak berdasarkan pola tumbuh kembang yang dimulai dari posisi lying, gerakkan dilakukan dengan perlahan, lembut, dan pada keseluruhan anggota gerak.fi bertujuan untuk meningkatkan body awareness dan pemahaman bagaimana bergerak dengan efisien (Connors et al., 2009). Peningkatan body awareness dan pemahaman bergerak tersebut akan mempengaruhi postural stability, semakain baik body awareness dan
9 88 pemahaman gerak seseorang semakin baik postural stability nya, yang ditunjukan dengan semakin simetrisnya tumpuan kedua kaki. Hasil dari penelitian ini bahwa ada peningkatan postural stability dari hasil pelatihan metode Feldenkrais dengan nilai tumpuan kaki kanan sebelum intervensi (38,40±8,551) dan kaki kiri sebelum intervensi (37,47 ± 8,551) dan sesudah intervensi tumpuan pada kaki kanan (41,07± 7,950) dan tumpuan pada kaki kiri (40,07±7,713). Perbaikan postural stability pada metode Feldenkrais ini terjadi karena peningkatan kualitas dan kuantitas informasi sensoris yang diterima oleh otak, sehingga internal representation pada kortek menjadi lebih baik, hal ini menyebabkan meningkatnya gambaran anggota gerak di otak, sehingga kontrol gerak dari otak menjadi lebih baik. Gerakkan pada metode Feldenkrais yang pelan dan ritmis memberikan kesempatan lebih besar untuk menyerap informasi gerak tersebut dan merekam pengalaman tersebut di otak (Shumway-Cook et al., 2011). Efek pelatihan Feldenkrais pada penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Agustiyawan (2015) dan Pratama (2015) yang juga melakukan penelitian tentang keseimbangan dan walking velocity dan didapat hasil yang sama bahwa ada peningkatan dari pelatihan dengan metode Feldenkrais terhadap keseimbangan dan walking velocity.
10 89 Perbandingan antara metoden Bobath dengan metode Feldenkrais dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut; Tabel 7.1 Tabel Perbandingan Metode Bobath dan Metode Feldenkrais METODE BOBATH METODE FELDENKRAIS Problem Solving Approach Assessment and individual Influence muscle tone Movement and function Postural Control Selective movement Awareness Through Movement Body Awareness Internal reprecentatation Functional Integration Sense and moving Feeling and thinking Pelatihan metode Bobath mempunyai fokus pada orientasi problem solving dan jenis latihannya yang didesain secara individual dan personal dengan aktifitas fungsional yang dikerjakan oleh pasien pasca stroke pada kehidupan sehari-harinya, sehingga latihan lebih mudah diadaptasi oleh pasien pasca stroke. Sedangkan metode Feldenkrais menekankan pada peningkatan body awareness dan pemahaman bagaimana bergerak dengan efisien yang mungkin membuat pasien pasca stroke butuh proses atau waktu yang lebih lama dalam mengadaptasi. Hal inilah yang membuat pasien pasca stroke mungkin bisa lebih cepat mengalami peningkatan postural stability dengan pelatihan metode Bobath. Sistematis problem solving pada metode
11 90 Bobath lebih komprehensif mulai dari stimulasi pada level sensori reseptor, aktivasi postural kontrol sertra selective movement yang langsung diaplikasikan dalam konteks aktifitas keseharian, sehingga menjadikan proses motor learning menjadi lebih efisien. Metode Bobath memperhatikan segala aspek yang mempengaruhi pergerakkan baik eksternal drive (gravitasi, goal activity, lingkungan) dan internal drive (motivasi, individual goal, limbic system, kognitif) (Raine,2009). Sedangkan metode Feldenkrais optimalisasi sensori reseptor dan koordinasi gerakan. Peningkatan kesimetrisan tumpuan dimaknai sebagai (1) Peningkatan kemampuampuan sensori reseptor tubuh dalam menyampaikan informasi sensoris yang di terima, (2) Perbaikan orientasi tubuh terhadap gravitasi, dimana tubuh dapat merespon dengan baik gaya gravitasi yang diterima,(3) Peningkatan kemampuan otot-otot anti gravitasi dalam merespon poisisi melawan gravitasi. (4) Perbaikan postur tubuh, postur yang optimal, seimbang dan stabil akan membuat tumpuan kedua kaki menjadi lebih simetris (Raine, 2009). Berdasarkan pengujian hipotesis yaitu Mann Whitney U test didapatkan nilai p <0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata distribusi tumpuan kelompok perlakuan I (metode Bobath) dengan kelompok perlakuan II (metode Feldenkrais). Hal tersebut menunjukkan bahwa pelatihan pada kelompok I (metode Bobath) lebih baik secara
12 91 signifikan dibandingkan dengan pelatihan pada kelompok II (metode Feldenkrais) dalam memperbaiki postural stability pada pasien pasca stroke.
BAB V HASIL PENELITIAN
71 BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian tentang metode Bobath untuk meningkatkan postural stability pada pasien pasca stroke dibandingkan dengan metode Feldenkrais yang telah dilaksanakan di Sasana Stroke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian dalam beraktifitas menjadi kebutuhan utama pada pasien pasca stroke, kemampuan dalam transfer dan ambulasi sering menjadi prioritas yang pertama ingin
Lebih terperincipelayanan rawat jalan di klinik Sasana Husada Stroke Service dan Karmel subjek yang terdaftar awalnya sejumlah 36 orang pasien, subjek yang
86 5.2 Pembahasan 5.2.1 Kondisi Subjek Penelitian Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah pasien sejumlah 32 orang pasca stroke yang telah melewati fase pasca akut mereka dan sedang menjalani periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penurunan aktivitas fisik seseorang. Penurunan aktivitas fisik dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup pada masyarakat di dunia dewasa ini yang dipengaruhi oleh semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. tingkat kesadaran, level kognitif, gangguan sensoris, kontrol gerakan,
52 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Kondisi pasca stroke mempunyai masalah yang komplek, mulai dari tingkat kesadaran, level kognitif, gangguan sensoris,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan masalah utama dalam pelayanan kesehatan dan sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit yang ditakuti karena menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala bidang salah satunya dalam bidang kesehatan. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bertambahnya usia, kondisi lingkungan yang tidak sehat, baik karena polusi udara serta pola konsumsi yang serba instan ditambah lagi dengan pola rutinitas yang padat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak dan berpindah tempat dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan baik secara volunter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh ideal merupakan impian semua orang di dunia ini, tidak termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu mereka tidak segan- segan melakukan banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melakukan gerak dan berpindah tempat dalam aktivitas sehari hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makhluk hidup tumbuh dan berkembang sesuai dengan fase tumbuh dan kembang setiap makhluk tersebut. Demikian pula dengan manusia sebagai makhluk hidup. Manusia tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi manusia. kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global angka pertumbuhan lansia semakin hari semakin meningkat dan sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia, atau 58 juta
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas kelompok Konvensional
6.1 Karakteristik Subjek Penelitian BAB VI PEMBAHASAN Deskripsi sampel pada penelitian ini terdiri atas kelompok Konvensional memiliki rerata usia (62,3 ± 5,795) pada kelompok Kinesiotaping (65,1 ± 6,691),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) merupakan indikator keberhasilan pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh penurunan angka kematian serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang lansia dengan usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang, namun banyak orang dalam hidupnya tidak ingin menghabiskan kegiatan yang bersangkutan dengan nilai kesehatan. Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan.setiap manusia memiliki potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan tumpuan masa depan dan generasi selanjutnya bagi kehidupan dunia dimasa yang akan datang. Dalam hal ini kesehatan bagi anak merupakan hal yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes
1 BAB I PENDHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes (2009) keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan penyebab kecacatan yang utama. Laporan WSO (World Stroke Organization, 2009) memperlihatkan bahwa stroke adalah penyebab utama hilangnya hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan tumbuh kembang pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi dan informasi dalam ilmu kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal
BAB HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.1 Hasil Penelitian.1.1. Karakteristik Umum Subyek Penelitian Pada penelitian ini diperoleh 0 subyek penelitian yang dirawat di bangsal B1 Saraf RS Dr. Kariadi Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak di ikuti oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Temuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata tidak di ikuti oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Temuan menunjukkan bahwa saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas olahraga sudah dikenal sejak jaman dulu kala. Olahraga memiliki sekumpulan peraturan, kebiasaan, sampai aktifitas tubuh yang sudah diatur sedemikian rupa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan setiap perkembangan dan pertumbuhan bayi atau anak mereka,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).
47 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini mendapatkan 34 subyek penderita pasca stroke iskemik yang memenuhi kriteria. Karakteristik subyek penelitian dikelompokkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
BAB I PENDAHULUAN Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu agar terwujud derajat
Lebih terperinciPERBANDINGAN KESEIMBANGAN ANTARA ANAK LAKI-LAKI USIA 7-10 TAHUN DAN TAHUN DENGAN CLINICAL TEST OF SENSORY INTERACTION AND BALANCE
PERBANDINGAN KESEIMBANGAN ANTARA ANAK LAKI-LAKI USIA 7-10 TAHUN DAN 11-15 TAHUN DENGAN CLINICAL TEST OF SENSORY INTERACTION AND BALANCE SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang drastis pada pertumbuhannya, baik pertumbuhan fisik, mental dan psikis. Pertumbuhan fisik yang cepat
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah. Tabel 5.1. Karakteristik Sampel
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian ini: Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Karakteristik Sampel
Lebih terperinciPENGARUH HARMONISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI PASIEN PASCA STROKE
PENGARUH HARMONISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI PASIEN PASCA STROKE NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : AYU MARTHA PRABAWATI J 120 100 001 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap arteri utama menuju dan berada di otak, stroke terjadi ketika pembuluh darah yang mengangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Jumlah penduduk lansia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan masalah medis yang serius karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar. Kecacatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus dari total populasi anak. Data akurat tentang jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai lanjut usia (lansia). Lanjut usia (lansia) merupakan kejadian yang pasti akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. kelompok yang sama-sama mengalami kondisi stroke fase pemulihan walking
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental (experimental research). Dengan rancangan penelitian membandingkan dua kelompok yang sama-sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi keseimbangan menurut Muchammad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy merupakan suatu kelainan atau kerusakan pada otak yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP terjadi akibat kerusakan pada
Lebih terperinciPELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA PELATIHAN METODE FELDENKRAIS UNTUK MENINGKATKAN WALKING VELOCITY PADA PASIEN PASCA STROKE
PELATIHAN METODE BOBATH LEBIH BAIK DARIPADA PELATIHAN METODE FELDENKRAIS UNTUK MENINGKATKAN WALKING VELOCITY PADA PASIEN PASCA STROKE Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia di masa yang modern dan berkembang seperti saat ini banyak memiliki aktivitas yang beragam dan berbeda-beda, tentunya harus memiliki energi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini telah memasuki era baru yaitu era reformasi dengan ditandai oleh adanya perubahan-perubahan yang cepat disegala bidang menuju kepada keadaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak usia sekolah dasar disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keseimbangan merupakan salah satu hal penting dalam proses pertumbuhan anak usia 10-12 tahun karena pada usia tersebut anak mulai mengalami perubahan baru, baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat waktu, tenaga, dan disertai peningkatan taraf hidup. Tetapi dengan perkembangan teknologi mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting, banyak faktor internal maupun external yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, salah satunya adalah kematangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam era tahun sekarang banyak perkembangan anak menuju dewasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya sehingga perkembangan pemikiran anak atau sistem pemikiran seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Untuk mendapatkan kekuatan fisik serta kesehatan tubuh selain
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mendapatkan kekuatan fisik serta kesehatan tubuh selain mengkonsumsi asupan gizi yang seimbang, olahraga juga memegang peranan penting. Olahraga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk yang memerlukan gerak dan berpindah tempat. Aktivitas pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan sehari-hari. Pergerakan yang
Lebih terperinciBAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari tubuh
Lebih terperincitahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan
3). Di Indonesia, berdasarkan access economics pty limited jumlah penderita demensia pada tahun 2005 adalah 606.100 orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi 1.016.800 orang dan pada tahun 2050 menjadi
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Karekteristik Subjek Penelitian
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek penelitian yang meliputi: usia, berat badan, dan tinggi badan responden. Hasil deskripsi karakteristik
Lebih terperinciAda beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :
FISIOTERAPI Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Berbagai metode intervensi fisioterapi seperti pemanfaatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No. 23/19912 bahwa pembangunan nasional akan terwujud bila terjadi derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
Lebih terperinciHUBUNGAN LAMANYA MENGIKUTI SENAM PERNAFASAN SINAR PUTIH DENGAN KESEIMBANGAN STATIK
HUBUNGAN LAMANYA MENGIKUTI SENAM PERNAFASAN SINAR PUTIH DENGAN KESEIMBANGAN STATIK SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MERAIH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI OLEH : HARTANTI J 110070073
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua individu ingin dilahirkan dalam keadaan sempurna baik secara fisik maupun mental, namun kenyatannya tidak semua individu lahir dalam keadaan sempurna, terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Perilaku yang kita ketahui, baik pengalaman kita sendiri ataupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,
Lebih terperinciANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP
ANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP KEMANDIRIAN PASIEN HEMIPARISE PASCA STROKE NON HEMORAGIK DI RS DR. KARIADI SEMARANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut definisi WHO tahun 2005, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejalagejala yang berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai dewasa terutama laki-laki. Banyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Futsal adalah variasi sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan di lapangan yang lebih kecil. Futsal mulai dimainkan di Amerika Selatan pada tahun 1930 dan sejak itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan semakin meningkatnya tingkat kesejahteraan dan pelayanan kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun 1980 penduduk lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke Organization (WSO) telah menetapkan stroke sebagai wabah dunia. Angka kejadian stroke dunia saat ini
Lebih terperinciPROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENGARUH MOTOR RELEARNING PROGRAM (MRP) TERHADAP PENINGKATAN KESIMBANGAN DUDUK PASIEN PASCA STROKE NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Rahma Hanifa Ristiawati J 120 110 063 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian.
59 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 34 subyek penderita pasca stroke iskemik yang datang kontrol di poliklinik saraf RSUP Dr. Kariadi selama periode bulan April sampai Juni 2012 dan memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk perkembangan fisik- motoriknya (Endah, 2008). mengalami kesulitan pada pengaturan keseimbangan tubuh.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah berada pada masa lima tahun pertama yang disebut the golden years merupakan masa emas perkembangan anak. Memasuki usia 5 tahun anak sudah mempunyai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen Single Subject Research (SSR), yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat akibat dari pemberian perlakuan
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.
KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG Oleh : ERMA PUTRI WIJAYANTI J100060055 Diajukan guna melengkapi tugas
Lebih terperincisebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek
BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh (Putri, 2009).
Lebih terperinci- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.
Written by Dr. Aji Hoesodo Stroke adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan peredaran darah di otak. Stroke merupakan suatu kerusakan pada system sentral yang diawali dengan penyakit darah tinggi
Lebih terperinciPENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DENGAN PENDEKATAN BOBATH CONCEPT TERHADAP KESEIMBANGAN PASIEN PASCA STROKE
PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DENGAN PENDEKATAN BOBATH CONCEPT TERHADAP KESEIMBANGAN PASIEN PASCA STROKE Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi Oleh : Mohammad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang dan peningkatan berbagai macam teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control, komputer,
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN OLEH : DWI ARISUMA J.100.050.039 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENELITIAN. neurologi RSUP Dr. Kariadi Semarang, yang memenuhi kriteria penelitian. Dalam
BAB 4 HASIL PENELITIAN 5.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini terdiri dari 45 subyek dengan stroke akut yang dirawat di bagian neurologi RSUP Dr. Kariadi Semarang, yang memenuhi kriteria penelitian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah suatu keadaan akut yang disebabkan oleh terhentinya aliran darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). Lebih ringkas,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari
38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari yang merupakan salah satu rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seringkali pada orang yang telah mengalami usia lanjut (lansia) mengalami kemunduran atau perubahan morfologis pada otot yang menyebabkan perubahan fungsional
Lebih terperinciBio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Bio Psikologi Modul ke: Fakultas Psikologi SISTEM SENSORI MOTOR 1. Tiga Prinsip Fungsi Sensorimotor 2. Korteks Asosiasi Sensorimotor 3. Korteks Motorik Sekunder 4. Korteks Motorik Primer 5. Serebelum dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas perkuliahan yang begitu padat membuat mahasiswa kekurangan waktu untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak dengan terjadinya peningkatan jumlah anak yang. mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan telah berhasil menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi akan tetapi disisi lain menimbulkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sehat yaitu slogan baru untuk Negara Indonesia dalam upaya mensejaterahkan dan menyehatkan warga negaranya. Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat meningkatkan resiko munculnya penyakit medis dan kematian dini (Villareal et al, 2005). Obesitas
Lebih terperinci