STUDI NUMERIK POLA GESER BLOK ALTERNATIF PADA SAMBUNGAN UJUNG BATANG TARIK PROFIL T

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EKSPERIMENTAL DAN ANALITIS KAPASITAS SAMBUNGAN BAJA BATANG TARIK DENGAN TIPE KEGAGALAN GESER BAUT

ELEMEN STRUKTUR TARIK

harus memberikan keamanan dan menyediakan cadangan kekuatan yang kemampuan terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekurangan

Komponen Struktur Tarik

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

Struktur Baja 2. Kolom

BAB 1 PENDAHULUAN...1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL GESER BLOK PADA BATANG TARIK KAYU INDONESIA

PERANCANCANGAN STRUKTUR BALOK TINGGI DENGAN METODE STRUT AND TIE

Nessa Valiantine Diredja 1 dan Yosafat Aji Pranata 2

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

BAB III KAJIAN EKSPERIMENTAL. Berikut ini akan diuraikan kajian dalam perencanaan program eksperimental yang dilaksanakan mencakup :

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

Sambungan diperlukan jika

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Bab II STUDI PUSTAKA

E-Journal Graduate Unpar Part C Civil Engineering

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.

ANALISIS CANTILEVER BEAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SOLUSI NUMERIK TUGAS KULIAH

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member)

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya untuk dapat memperoleh desain konstruksi baja yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

PENGARUH KONFIGURASI RANGKA DAN OPTIMASI PROFIL TERHADAP KINERJA PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BALOK BERLUBANG

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF PENGGUNAAN HONEYCOMB DAN SISTEM RANGKA BATANG PADA STRUKTUR BAJA BENTANG PANJANG PROYEK WAREHOUSE

PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON MUTU NORMAL YETRO BAYANO

ANALISIS KOLOM BETON BERTULANG DENGAN CORBEL TUNGGAL MENGGUNAKAN PEMODELAN PENUNJANG DAN PENGIKAT. Nama : Jefry Christian Assikin NRP :

KOMPUTERISASI SAMBUNGAN LAS YANG MEMIKUL MOMEN SEBIDANG DENGAN METODE KEKUATAN BATAS BERDASARKAN SPESIFIKASI AISC LRFD 1999

I.1 Latar Belakang I-1

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

STUDI TEKUK TORSI LATERAL BALOK KASTELA BENTANG PANJANG DENGAN ANALISIS KERUNTUHAN

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection)

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Letak Utilitas. Bukaan Pada Balok. Mengurangi tinggi bersih Lantai 11/7/2013. Metode Perencanaan Strut and Tie Model

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BETON BERTULANG DENGAN PENAMPANG PERSEGI. Oleh : Ratna Eviantika. : Winarni Hadipratomo, Ir.

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Pertemuan Balok-Kolom Struktur Rangka Beton Bertulang Menggunakan Metode Strut And Tie. Nama: Budi Piyung Riyadi NRP :

ANALISIS SAMBUNGAN ANTARA RIGID CONNECTION DAN SEMI-RIGID CONNECTION PADA SAMBUNGAN BALOK DAN KOLOM PORTAL BAJA

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

Pengaruh Variasi Tebal Terhadap Kekuatan Lentur Pada Balok Komposit Menggunakan Response 2000

STUDI NUMERIK SAMBUNGAN DENGAN BAUT-GUSSET PLATE PADA STRUKTUR GABLE FRAME TIGA SENDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS LINIER STRUKTUR CANGKANG PADA SILO SEMEN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pemakaian baja struktural baja ringan (cold form steel) semakin

BAB I PENDAHULUAN. Metode evaluasi struktur bangunan gedung, jembatan dan kontruksi

STUDI PARAMETRIK PENGARUH VARIASI TINGKATAN BEBAN AKSIAL TERHADAP PERILAKU LENTUR DAN AKSIAL PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG DENGAN BEBAN SIKLIK

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK

MODUL PERKULIAHAN. Struktur Baja 1. Batang Tarik #1

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. perhitungan analisis struktur akan dihasilkan gaya-gaya dalam dari struktur baja

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

BAB III METODOLOGI START. Persiapan : Studi literatur Survey

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Kuliah ke-2. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

STRUKTUR BAJA 1 KONSTRUKSI BAJA 1

viii DAFTAR GAMBAR viii

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

ANALISIS KONSTRUKSI BERTAHAP STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN DINDING PENGISI BERLUBANG COVER TUGAS AKHIR

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002

BAB II LANDASAN TEORITIS

Transkripsi:

STUDI NUMERIK POLA GESER BLOK ALTERNATIF PADA SAMBUNGAN UJUNG BATANG TARIK PROFIL T Hendy Wijaya 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara Jakarta rm.hendy@yahoo.com ABSTRAK Geser blok merupakan salah satu kriteria yang harus dipenuhi dalam mendesain sambungan batang tarik pada komponen struktur baja. Hasil studi eksperimental yang dilakukan pada profil T yang disambung pada bagian sayap dengan alat penyambung baut memperlihatkan pola kegagalan geser blok yang diistilahkan dengan alternate path block shear (ABS) failure. Pola kegagalan ini masih belum diperhitungkan dalam peraturan baja terkini. Studi numerik telah dilakukan pada beberapa profil T yang ada di pasaran Indonesia dengan konfigurasi baut tertentu. Distribusi tegangan pun menunjukkan indikasi yang menyerupai kegagalan ABS tersebut. Makalah ini memaparkan hasil studi numerik dengan metode elemen hingga mengenai pengaruh dari mutu baja terhadap indikasi kegagalan ABS pada beberapa profil T. Mutu baja BJ 34, BJ 37, BJ 50, dan BJ 55 ditinjau pada studi ini. Dari 20 model yang dianalisis, seluruhnya memperlihatkan deformasi dan distribusi tegangan yang menyerupai kegagalan ABS. Hal ini menandakan bahwa adanya indikasi terhadap kegagalan ABS pada batang tarik profil T yang disambung dengan alat penyambung baut pada bagian sayap untuk semua jenis mutu baja di Indonesia. Kata kunci: geser blok, profil T, alternate path block shear failure 1. PENDAHULUAN Geser blok merupakan salah satu kriteria yang harus dipenuhi dalam mendesain sambungan batang tarik pada komponen struktur baja. Ragam kegagalan ini terjadi apabila material gagal akibat tegangan tarik disertai tegangan geser pada segmen yang saling tegak lurus. Pada profil T yang disambung pada bagian sayap dengan alat penyambung baut, kegagalan geser blok yang diharapkan terjadi diilustrasikan pada Gambar 1. Gambar 1. Kegagalan geser blok yang diharapkan terjadi Jenis sambungan satu sisi demikian menyebabkan timbulnya eksentrisitas antara sambungan dengan titik berat dari penampang. Studi menunjukkan bahwa adanya eksentrisitas pada sambungan batang tarik menginduksi deformasi lentur yang dapat mengurangi kapasitas dari komponen struktur tersebut (Geethu, C.V, et al., 2014). SNI (2015) mengasumsikan bahwa kegagalan geser blok terjadi akibat putus sepanjang bidang geser dan putus sepanjang bidang tarik. Masing-masing bidang menyumbangkan kekuatan, dan kekuatan geser blok merupakan penjumlahan dari kekuatan yang disumbangkan oleh masingmasing bidang tersebut. Persamaan kekuatan geser blok yang digunakan: dengan = faktor ketahanan, = kekuatan tarik minimum yang dispesifikasikan, = tegangan leleh minimum yang dispesifikasikan, = luas bruto bidang geser pada geser blok, = luas neto bidang geser pada geser blok, = luas neto bidang tarik pada geser blok, = faktor reduksi geser blok. (1) 302

STUDI NUMERIK POLA GESER BLOK ALTERNATIF PADA SAMBUNGAN UJUNG BATANG TARIK PROFIL T Hendy Wijaya Studi eksperimental yang dilakukan terhadap jenis sambungan ini menunjukkan pola kegagalan geser blok yang berbeda, yang diistilahkan dengan alternate path block shear (ABS) failure (Epstein, 1996; Epstein dan Stamberg, 2002). Pola ini melibatkan tegangan tarik pada penampang melintang dari sayap dan tegangan geser pada penampang memanjang dari badan profil. Gambar 2 menunjukkan salah satu spesimen yang mengalami ABS. Hasil studi numerik yang dilakukan terhadap 5 profil T dengan jenis mutu baja BJ 41 pada konfigurasi sambungan tertentu juga mengindikasikan terjadinya ABS (Wijaya dan Suryoatmono, 2017). Gambar 3 memperlihatkan distribusi tegangan yang dialami oleh salah satu profil yang diuji. Gambar 2. Spesimen yang mengalami kegagalan ABS (Epstein, 1996) Gambar 3. Distribusi tegangan yang mengindikasikan ABS (Wijaya dan Suryoatmono, 2017) Desain komponen struktur baja tidak terlepas dari pengaruh jenis mutu baja yang digunakan. Perubahan jenis mutu baja berarti merubah sifat mekanis dari baja itu sendiri sehingga akan mempengaruhi hasil dari desain komponen struktur tersebut. Sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan diberikan pada Tabel 1. Makalah ini memaparkan hasil studi numerik yang dilakukan dengan bantuan perangkat lunak berbasis elemen hingga dalam mempelajari pengaruh dari jenis mutu baja terhadap indikasi kegagalan ABS pada beberapa profil T yang disambung pada bagian sayap dengan alat penyambung baut. Studi ini merupakan lanjutan dari studi yang telah dilakukan oleh Wijaya dan Suryoatmono (2017). 2. METODE PENELITIAN Studi ini menganalisis beberapa profil hot-rolled berpenampang T yang ada di pasaran Indonesia dengan berbagai jenis mutu baja. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode elemen hingga (MEH). 303

Tabel 1. Sifat mekanis baja struktural (SNI, 2002) Jenis Baja (MPa) (MPa) Regangan minimum (%) BJ 34 340 210 22 BJ 37 370 240 20 BJ 41 410 250 18 BJ 50 500 290 16 BJ 55 550 410 13 Penentuan benda uji Dimensi profil dan konfigurasi sambungan yang akan dianalisis mengacu pada 5 benda uji yang digunakan oleh Wijaya dan Suryoatmono (2017). Tabel 2 menunjukkan dimensi profil dan konfigurasi sambungan yang dimaksud. Tipikal geometri sambungan diperlihatkan pada Gambar 4. Tabel 2. Dimensi profil dan konfigurasi sambungan Profil Indeks Jumlah baris baut Total jumlah baut e 1 e 2 p l T 100x100 G1 2 6 30 30 60 120 40 T 125x125 G2 2 6 30 40 60 120 45 T 150x150 G3 2 6 30 40 60 120 70 T 150x150 G4 2 8 30 40 60 180 70 T 125x250 G5 4 12 30 40 60 120 50 g Gambar 4. Tipikal geometri dari sambungan (Wijaya dan Suryoatmono, 2017) Dalam studi ini, kelima benda uji tersebut divariasikan pada jenis mutu baja, yakni BJ 34, BJ 37, BJ 50, dan BJ 55. Dua puluh benda uji diidentifikasi ragam kegagalannya dari hasil perhitungan menurut SNI (2005). Nilai = 1.0 digunakan dalam perhitungan kekuatan geser blok. Ragam kegagalan ini kemudian dibandingkan dengan hasil MEH. 304

STUDI NUMERIK POLA GESER BLOK ALTERNATIF PADA SAMBUNGAN UJUNG BATANG TARIK PROFIL T Hendy Wijaya Model elemen hingga SAP2000 versi 15 digunakan dalam analisis 3D ini. Elemen yang digunakan dalam analisis adalah tipe elemen shell segiempat 4 nodal sebagai elemen utama, dipadukan dengan beberapa elemen shell segitiga 3 nodal sebagai elemen-elemen transisi. Sambungan dimodelkan pada salah satu ujung profil saja, dan ujung lainnya mencerminkan kondisi profil di luar daerah sambungan. Boundary conditions ditentukan sedemikian rupa sehingga analisis dapat mewakili kondisi sebenarnya. Baut diasumsikan rigid, sehingga dapat dianggap sebagai tumpuan. Kurang lebih separuh dari lubang baut ditahan terhadap translasi vertikal dan translasi horisontal. Sedangkan pada ujung yang jauh dari sambungan, setiap nodal ditahan terhadap translasi vertikal. Gambar 5 menunjukkan tipikal jaring elemen yang digunakan dalam analisis. Pada studi ini, diperhitungkan pengaruh non-linieritas dari material dan non-linieritas dari geometri. Hubungan tegangan-regangan material diasumsikan elastic-perfectly plastic untuk semua jenis mutu baja tanpa memperhitungan tegangan sisa. Tipikal hubungan teganganregangan material ditampilkan pada Gambar 6. Non-linieritas dari geometri diperhitungan terhadap pengaruh P-Delta. Gambar 5. Tipikal jaring elemen Gambar 6. Tipikal hubungan tegangan-regangan material Pemberian beban berupa tegangan tarik diterapkan pada ujung yang jauh dari sambungan. Beban ditingkatkan nilainya secara linier terhadap waktu. Untuk menghindari adanya pengaruh gaya inersia yang dapat menyebabkan bergetarnya elemen, maka penambahan beban harus dilakukan secara sangat perlahan. Analisis beban riwayat waktu menggunakan metode integrasi langsung dengan formulasi Hilber, Hughes, dan Taylor (metode ). Parameter diambil sebesar -0,3. 305

Untuk merekam respons perpindahan terhadap perubahan beban, digunakan metode Newton- Rhapson dengan batas toleransi konvergensi gaya diambil sebesar 0,001. Analisis dihentikan ketika konvergensi sudah tidak tercapai lagi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam analisis ini, retak tidak dimodelkan. Kegagalan geser blok atau putus pada penampang neto, keduanya merupakan peristiwa putus yang melibatkan proses terbentuknya retak dan penjalaran retak. Oleh sebab itu, ragam kegagalan hasil MEH tidak didefinisikan pada studi ini, melainkan dengan mempelajari dari deformasi dan proses penyebaran tegangan yang berlangsung sejak awal beban diberikan, maka indikasi terhadap salah satu ragam kegagalan dapat dilihat. Dari 20 benda uji, seluruhnya memperlihatkan pola yang menyerupai kegagalan ABS. Gambar 7 memperlihatkan deformasi yang dialami salah satu benda uji. Dari gambar tersebut terlihat bahwa terjadi deformasi yang ekstrim pada kelompok baut terdepan dan pada pertemuan antara badan dengan sayap dari profil. Selain itu terlihat juga deformasi lentur yang dialami profil sebagai akibat dari eksentrisitas antara sambungan dengan titik berat penampang. Distribusi tegangan yang dialami profil juga memperlihatkan indikasi yang serupa. Gambar 8 menunjukkan salah satu hasil distribusi tegangan yang terjadi pada benda uji G5 dengan jenis mutu baja BJ 50. Pada gambar terlihat bahwa tegangan terkonsentrasi di sepanjang alur kegagalan ABS, padahal secara perhitungan analitis benda uji ini mengalamai ragam kegagalan putus pada penampang neto (NS). Pada benda uji G4 dengan jenis mutu baja BJ 50, hasil perhitungan justru menghasilkan ragam kegagalan leleh pada penampang bruto (L). Hasil MEH menunjukkan bahwa konsentrasi tegangan lebih dulu terjadi pada alur ABS sebelum akhirnya penampang bruto mengalami pelelehan. Begitu juga dengan benda uji G3 dimana hasil perhitungan menyatakan ragam kegagalan geser blok (BS), akan tetapi MEH tidak memperlihatkan hal yang demikian. Ringkasan dari seluruh hasil analisis disajikan dalam Tabel 3. Gambar 7. Bentuk deformasi dari benda uji G5 BJ 50 Gambar 8. Distribusi tegangan von-mises pada benda uji G5 BJ 50 306

STUDI NUMERIK POLA GESER BLOK ALTERNATIF PADA SAMBUNGAN UJUNG BATANG TARIK PROFIL T Hendy Wijaya Tabel 3. Perbadingan ragam kegagalan berdasarkan hasil perhitungan analitis dan MEH No Indeks Jenis Baja Perhitungan analitis (kn) Leleh bruto (L) Putus neto (NS) Geser blok (BS) Ragam kegagalan Analitis Indikasi FEM 1 G1 BJ 34 256,66 216,19 277,44 NS ABS 2 G1 BJ 37 293,33 235,26 301,92 NS ABS 3 G1 BJ 50 354,44 317,93 408,00 NS ABS 4 G1 BJ 55 501,10 349,72 448,80 NS ABS 5 G2 BJ 34 355,89 324,74 358,02 NS ABS 6 G2 BJ 37 406,73 353,40 389,61 NS ABS 7 G2 BJ 50 491,46 477,56 526,50 NS ABS 8 G2 BJ 55 694,83 525,32 579,15 NS ABS 9 G3 BJ 34 442,07 429,39 358,02 BS ABS 10 G3 BJ 37 505,22 467,28 389,61 BS ABS 11 G3 BJ 50 610,48 631,46 526,50 BS ABS 12 G3 BJ 55 863,09 694,61 579,15 BS ABS 13 G4 BJ 34 442,07 429,39 451,66 NS ABS 14 G4 BJ 37 505,22 467,28 491,51 NS ABS 15 G4 BJ 50 610,48 631,46 664,20 L ABS 16 G4 BJ 55 863,09 694,61 730,62 NS ABS 17 G5 BJ 34 871,10 723,61 799,68 NS ABS 18 G5 BJ 37 995,54 787,46 870,24 NS ABS 19 G5 BJ 50 1202,95 1064,14 1176,00 NS ABS 20 G5 BJ 55 1700,72 1170,55 1293,60 NS ABS 4. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil studi ini memberi informasi bahwa adanya indikasi terhadap kegagalan ABS pada batang tarik profil T yang disambung dengan alat penyambung baut pada bagian sayap untuk semua jenis mutu baja di Indonesia. Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk studi lebih lanjut antara lain dengan memodelkan retak dalam analisis, sehingga prediksi kekuatan dan ragam kegagalan dapat ditentukan secara lebih akurat, memperhitungkan adanya tegangan sisa pada material karena dalam kenyataaanya profil-profil hot rolled menderita tegangan sisa, memvariasikan konfigurasi sambungan yang digunakan atau bahkan bisa dengan melakukan uji eksperimental sehingga diperoleh lebih banyak data guna mendukung hasil studi ini. 307

Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Jurusan Teknik Sipil Universitas Tarumanagara yang telah memberi dukungan dengan menyediakan fasilitas perangkat lunak sehingga studi ini dapat berlangsung. REFERENSI Epstein, H. (1996). Block shear of structural tees in tension Alternate paths. AISC Engineering Journal, Fourth Quarter, pp. 147-152. Epstein, H. & Stamberg, H. (2002). Block shear and net section capacities of structural tees in tension: Test results and code implications. AISC Engineering Journal, Fourth Quarter, pp. 228-239. Geethu, C.V., Unni, K.G., Usha, S. (2014). Effect of connection eccentricity in the behavior of steel tension members. International Journal of Civil Engineering and Technology, Vol. 5, pp. 56-65. SNI. (2002). Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung. SNI 03-1729-2002. SNI. (2015). Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural. SNI 1729-2015. Wijaya, H. & Suryoatmono, B. (2017). Numerical study on alternate block shear failure mode of structural tee section loaded in tension. The 3 rd International SCESCM, Bali, September 5-7 2016, Vol. 171, pp. 865-873. 308