BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk

BAB I. 1.1 Latar Belakang. untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini sudah

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional. Ahlqvist, dkk (2008 dalam Sulianta, Feri 2015). Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi telah berkembang sangat cepat hingga

BAB I PENDAHULUAN. Permainan melalui jaringan internet ini disebut game online. Game online

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dan individu

BAB I PENDAHULUAN. 88 juta orang dengan komposisi sebagai berikut: Tabel 1.1 Komposisi Pengguna Internet Indonesia Berdasarkan Usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, maupun masyarakat. Menurut Walgito (2001:71) dorongan atau motif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. awal/early adolescence usia tahun, remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi tersebut adalah internet. menjadi fenomena masa modern ini adalah facebook.

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI HUBUNGAN INTERNET ADDICTION DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan berbagai aktivitas yang rutin dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. transformasi nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Salah satu produk teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan dengan orang lain di beda tempat (Dyah, 2009). Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. diakses secara lebih mudah, cepat, dan murah. Sayangnya, internet juga membawa dampak-dampak yang negatif

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepribadian, kecerdasan dan memiliki akhlak mulia, serta keterampilan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Banyak pelajar. bersosialisasi maupun mencari informasi misalnya pendidikan, ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dari tahun ke tahun berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa yang telah ditetapkan dasarnya sejak kemerdekaan. Baswedan (2013) hal tersebut

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirilis oleh majalah Marketeers (Marketeers, 27 Oktober 2011) yang. di Indonesia memberikan gambaran mengenai trend penggunaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berusaha menemukan jati dirinya. Pada masa ini lingkungan sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keberadaan internet sebagai media komunikasi baru memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. internet tidak dapat dipungkiri dalam hal penyediaan informasi global. Di zaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sendi Fauzi Giwangsa, 2015

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI PROGRAM HIBAH DESENTRALISASI TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar (Sadirman,

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. adalah sumber daya spesial yang tidak dapat disimpan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, penggunaan internet telah merasuk pada hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS BERINTERNET PADA MAHASISWA

PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan pergaulan dari teman-temannya. Mereka membuat permainan game online

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dahlia Veronika Sitanggang, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perceptions of Personal and Group Discrimination menyatakan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk dioperasikan. Tak terkecuali anak-anak juga ikut merasakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 1.1 Logo Shopee (Sumber : Shopee, 2015)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. global yang menyentuh semua lini bisnis, konsumen tumbuh menjadi lebih

2015 HUBUNGAN KETERAMPILAN SOSIAL D ENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN TWITTER PAD A REMAJA D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. data untuk kepentingan tugas, untuk akses jual-beli yang saat ini disebut

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan pada bidang informasi dan teknologi. Kemajuan teknologi tentunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses belajar mengajar adalah suatu hal penting yang menjadi kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Asosiasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin canggih senantiasa. jenis permainan audio visual dan komputer yaitu game elektronik, salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi. Hal itu juga membuat kemajuan yang cukup signifikan. pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai pengguna internet urutan keenam di dunia menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dan menbentuk prilaku anak yang baik (Santrock, 2011). dapat membuat anak-anak rentan terhadap eksplotasi. Kekewatiran banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini kemajuan teknologi sudah sangat berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan khususnya dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia teknologi yang sangat pesat tentunya mempunyai. dampak negatif, termasuk perkembangan game online yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai proses komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dunia telah mengalami perkembangan dan kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya memiliki kontribusi dalam menciptakan keberagaman media.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB IV ANALISIS DATA. berguna untuk menelaah data yang telah diperoleh peneliti dari informan maupun

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. networking facebook yang fungsinya kira-kira hampir sama dengan friendster.

BAB I PENDAHULUAN. komponen terpenuhi sesuai dengan fungsinya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. disetiap kalangan umumnya. Sekarang ini banyak kita jumpai warung internet

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan penggunaan teknologi informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi merupakan salah satu komponen pembelajaran terpenting. Motivasi merupakan penyebab utama siswa melibatkan diri atau tidak dalam aktifitas belajar (Melnic & Botez, 2014). Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan memiliki kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang dipelajari jika didasari oleh motivasi belajar maka siswa akan puas dengan aktivitas belajar yang sedang dijalaninya. Motivasi dalam belajar berperan sangat penting karena motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Slavin, 2011). Ketika siswa memiliki motivasi yang tinggi maka siswa tersebut akan memiliki keinginan dan semangat yang besar untuk belajar. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi yang rendah tampak acuh tak acuh, mudah putus asa dan pertahatiannya tidak fokus. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah bisa dilihat dari sikap dan perilaku siswa yang malas belajar, sering tidak mengerjakan tugas/pr, tidak memperhatikan pelajaran, tidak serius dan tidak konsentrasi, suka ramai di kelas, sering membolos pelajaran tertentu, sering membolos, yang pada akhirnya berdampak pada nilai ulangan harian yang rendah atau prestasinya kurang (Sardiman, 2014). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan dua orang guru SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta yang dilakukan di ruang guru SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta pada tanggal 22 Februari 2016, diketahui bahwa motivasi belajar siswa saat ini semakin menurun ditunjukkan dengan perilaku siswa yang tidak fokus pada saat guru menjelaskan pelajaran di kelas, tidur, mengobrol ataupun bermain gadget pada saat jam pelajaran, mengerjakan PR di sekolah bahkan tidak mengerjakan tugas sama sekali, serta terdapat 1

beberapa laporan orangtua murid terhadap guru BK bahwa pada saat di rumah siswa tidak belajar. Beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya motivasi belajar siswa antara lain tidak adanya pendidikan moral, faktor keluarga yang acuh tak acuh, dan faktor yang paling kuat adalah perkembangan zaman dan perkembangan teknologi seperti gadget yang memiliki fitur internet dimana waktu dan pemanfaatannya tidak gunakan secara bijaksana. Akibatnya, nilai siswa menurun karena kurangnya motivasi untuk belajar dan berprestasi. Kemudian berdasarkan hasil observasi peneliti di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 2016 pukul 07.00 sampai dengan 09.00, terdapat siswa yang masih berkeliaran di luar kelas pada saat jam pembelajaran, dan terdapat siswa yang mengobrol, tidur ataupun bermain gadget pada saat pembelajaran berlangsung di beberapa kelas. Selain itu terdapat pemberitaan tentang pelajar Indonesia yang membolos pada saat jam sekolah. Salah satunya adalah pemberitaan yang telah terjadi di Yogyakarta. Pelajar SMA di Kota Yogya tertangkap tangan dalam razia yang diadakan oleh Dinas Ketertiban Kota Yogya di beberapa warnet di daerah Gondokusuman dan Kotagede. Sejumlah pelajar tersebut ditemukan membolos sekolah untuk bermain game online di sejumlah warnet game (Ferri, 2015). Bahkan di hari yang sama terdapat pemberitaan serupa yaitu pelajar yang membolos saat jam sekolah terjaring razia yang digelar petugas gabungan Dinas Ketertiban dan Kepolisian Resor Kota Yogyakarta di sejumlah game online. Pelajar yang terjaring razia adalah siswa SMA. Game online menjadi sasaran operasi pelajar karena pelajar sering memanfaatkan lokasi tersebut saat membolos pada jam pelajaran (Rusqiyati, 2015). Bulan berikutnya pun pemberitaan yang serupa yaitu tim gabungan yang terdiri dari personil Satpol PP dan Polresta Yogyakarta mengamankan belasan pelajar SMP dan SMA yang kedapatan membolos demi bermain game online berikut sejumlah peralatan untuk game online yang disimpan di tas sekolah (Ahmad, 2015). 2

Sari (2014) menyatakan bahwa terdapat dua faktor penyebab perilaku membolos, yaitu faktor internal karena tidak adanya motivasi dan minat dari dalam diri peserta didik yang bersangkutan dan sering ada gangguan fisiologis yang mengganggu keadaan peserta didik dalam belajar. Serta faktor eksternal, seperti kurangnya perhatian orang tua dalam pergaulan anak, faktor sekolah karena guru yang mengajar, metode mengajar yang digunakan tidak menarik, dan juga faktor lingkungan masyarakat yang mengganggu proses pembelajaran, seperti warnet, warung-warung yang buka pada jam sekolah dan dibiarkan saja oleh masyarakat karena tidak ada kepedulian masyarakat terhadap pendidikan. Seperti yang telah diuraian diatas perilaku membolos dapat mengganggu proses belajar mengajar siswa dan faktor penyebab perilaku tersebut salah satunya adalah kurang/tidak adanya minat atau motivasi belajar di dalam diri siswa. Peranan yang khas dari motivasi adalah mempengaruhi kuat lemahnya semangat belajar (Winkel, 1994). Hal ini berarti motivasi yang dimiliki seseorang dapat meningkat dan dapat pula menurun. Maka dari itu dibutuhkan motivasi yang dapat mempertahankan minat dan semangat siswa untuk belajar agar kegiatan tersebut tidak menurun dan teralihkan oleh kegiatan lain. Menurut Ryan & Deci (dalam Slavin, 2011) motivasi dapat berbeda-beda intensitas dan arahnya, artinya dua orang siswa dapat saja memiliki motivasi untuk belajar, namun salah seorang diantaranya mungkin saja memiliki motivasi untuk lebih memilih hal lain. Contohnya bisa saja salah seorang siswa memiliki motivasi untuk untuk belajar dan salah seorang lagi memiliki motivasi bermain internet. Maka dari itu dibutuhkan motivasi yang tepat agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik sehingga hasil belajarnya pun akan lebih optimal (Sardiman, 2014). Hamdu dan Agustina (2011) menyatakan bahwa motivasi belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Tarumanegara Tawang Tasikmalaya. Terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Rogers (2012) yang menyatakan bahwa siswa yang 3

memiliki motivasi untuk membaca cenderung berprestasi tinggi dalam membaca dan penggunaan bahasa di dalam sekolah daripada siswa yang tidak memiliki motivasi untuk belajar. Karimi (2014) juga menambahkan bahwa motivasi akademik dan keyakinan diri terhadap prestasi akademik merupakan dua variabel penting dalam meningkatkan prestasi akdemik siswa. Pada era globalisasi yang semakin maju dan modern saat ini telah banyak mengembangkan teknologi komunikasi. Salah satunya internet yang merupakan teknologi komunikasi yang mampu menghubungkan seluruh jaringan komputer yang ada diseluruh dunia. Lahirnya media internet tidak dapat dipungkiri lagi membawa perubahan yang cukup besar dalam pola hidup manusia. Internet sekarang ini menjadi suatu media alternatif baru yang mampu menjembatani kebutuhan manusia yang menuntut kecepatan dan efisiensi biaya. Ada banyak manfaat yang didapatkan melalui internet, seperti pencarian informasi, melakukan transaksi bisnis, mengakses perpustakaan online, serta melakukan komunikasi dengan teman dan kerabat untuk merencanakan liburan (Young, 2004). Fitur-fitur hiburan dan sosial yang ditawarkan internet juga dapat mengatasi kejenuhan dan menjadi media sosialisasi dengan orang lain. Namun kemudahan dan hiburan yang didapat dari internet membuat seseorang menghabiskan waktu untuk berselancar didalam internet dan lebih memilih internet daripada aktivitas lain, salah satunya aktivitas belajar, serta dalam keadaan ekstrim dapat menyebabkan kecanduan internet. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo, 08 Mei 2014) menyatakan, pengguna internet di Indonesia hingga saat ini telah mencapai 82 juta orang. Dengan capaian tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke-8 di dunia. Dari jumlah pengguna internet di Indonesia, 80 persen di antaranya adalah remaja berusia 15-19 tahun. Pada rentang usia tersebut remaja sedang duduk di bangku SMP ataupun SMA. Ada berbagai 4

macam fasilitas yang disediakan internet mulai dari mengakses informasi, mengirim atau menerima email, bermain game, chatting ataupun social media seperti facebook, twitter, path, instagram, dan masih banyak lagi. Ditambah dengan perkembangan gadget yang semakin banyak digemari oleh berbagai kalangan karena kecanggihannya dan mudah dibawa kemana-mana, serta harga gadget yang dapat di jangkau tidak hanya pada kalangan ekonomi atas saja. Berbagai macam fasilitas, terutama hiburan dan media sosial, yang disediakan oleh internet dapat membuat seseorang sulit untuk melepaskan internet dan yang paling mengkhawatirkan adalah seseorang menjadi kecanduan terhadap internet. Seorang pecandu internet akan menghabiskan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari di depan komputer atau gadget untuk online. Penelitian Young (1999) mengungkapkan bahwa kecanduan internet sebagaimana kecanduan obat-obatan, alkohol, dan judi mengakibatkan kegagalan akademik, menurunkan kinerja, mengakibatkan perselisihan dalam perkawinan bahkan perceraian. Dalam dunia akademik, internet yang disediakan untuk mendukung kegiatan akademik seperti penelitian dan akses perpustakaan internasional, kenyataannya siswa mengaplikasikan internet dengan mencari informasi yang tidak relevan dengan pelajaran, akibatnya 85% siswa mengalami penurunan dalam kebiasaan belajar, penurunan rangking, dan membolos. Dalam survey yang dilakukan Bruner (dalam Young, 2004) menghasilkan 86% responden guru, pustakawan, dan koordinator komputer yakin bahwa penggunaan internet oleh siswa tidak meningkatkan performansi belajar. Mereka berpendapat bahwa informasi yang ada didalam internet tidak teratur dan tidak bersangkutan dengan kurikulum sekolah untuk membantu siswa dan hal tersebut dapat menjadi distraktor dalam proses belajar. Internet addiction merupakan fenomena yang mencemaskan dan menarik perhatian. Kepopuleran media internet menyebabkan efek internet menjadi sukar untuk diramalkan. 5

Internet dapat membuat seserang kecanduan, karena menawarkan berbagai informasi, permainan, dan hiburan. Hal ini ditandai rasa senang dengan internet, durasi penggunaan internet terus meningkat, menjadi cemas dan bosan ketika harus melalui beberapa hari tanpa internet (Young, 1999). Pecandu internet tidak dapat menghentikan keinginan untuk online sehingga kehilangan kontrol dari penggunaan internet dan akan mengganggu kehidupan seseorang, salah satunya pada dunia akademik. Hal ini ditambah dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pengguna internet yang berusia muda lebih beresiko menjadi pecandu internet daripada pengguna yang lebih tua (Soule et al., 2003). Sahin (2011) juga menambahkan bahwa usia 19 tahun kebawah secara signifikan memiliki tingkat kecanduan internet yang lebih tinggi dibandingkan usia 30 tahun keatas. Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan efek negatif penggunaan internet yang berlebihan pada pelajar. Reed & Reay (2015) mengungkapkan tingkat penggunaan internet yang bermasalah berasosiasi negatif dengan motivasi belajar. Kecanduan internet juga memiliki dampak negatif pada performansi akademik siswa (Akhter, 2013). Jiang (2014) menambahkan kecanduan internet secara signifikan berhubungan dengan penurunan performansi akademik. Melnic dan Botez (2014) menyatakan bahwa alasan yang paling banyak mengapa siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar adalah kekurangan waktu dan terlibat dalam aktivitas lain, seperti bermain internet. Kondisi inilah yang kemudian mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kecenderungan kecanduan internet dengan motivasi belajar siswa, dikarenakan motivasi merupakan komponen penting dalam proses belajar dan melihat pada usia pelajar lebih rentan mengalami kecanduan terhadap internet. 6

B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kecanduan internet dengan motivasi belajar siswa. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk pengembangan ilmu dalam bidang Psikologi, khususnya pada ranah psikologi pendidikan yang mempelajari tentang motivasi belajar. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian tentang hubungan antara kecanduan internet dengan motivasi belajar siswa. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan saat memberikan gambaran mengenai kondisi motivasi belajar siswa di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan rujukan terkait penggunaan internet secara bijak demi meningkatkan motivasi belajar pada siswa SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. 7