BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

Fungsi Utama Rem: Menghentikan putaran poros Mengatur Putaran Poros Mencegah Putaran yang tak dikehendaki. Fungsi rem selanjutnya?

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

TRANSMISI RANTAI ROL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

POROS dengan BEBAN PUNTIR

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Perhitungan Roda Gigi Transmisi

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

IV. ANALISA PERANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Kopling Cakar : meneruskan momen dengan kontak positif (tidak slip). Ada dua bentuk kopling cakar : Kopling cakar persegi Kopling cakar spiral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

Mulai. Pengumpulan Data

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

MESIN PEMINDAH BAHAN

SOAL DINAMIKA ROTASI

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

MESIN PEMINDAH BAHAN

TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI BAHAN LIMBAH PLASTIK. Oleh:

RANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL

BAB III METODOLOGI KAJI EKSPERIMENTAL

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

TUGAS AKHIR TRANSMISI RANTAI PADA RODA GIGI MAJU-MUNDUR KENDARAAN MOBIL MINI UNTUK DAERAH PERUMAHAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Transkripsi:

BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam 3. Dipilih tipe eskalator 600 ( 30 ) dengan spesifikasi sebagai berikut : a. Lebar nominal : 600 mm ( 30 ) b. Kapasitas : 4500 orang/jam c. Kecepatan : 30 m/menit d. Sudut kemiringan : 30 e. Sumber listrik : AC 60/50 Hz, 200 400 V f. Motor : 3 Phasa ( motor induksi ) g. Sistem operasi : dengan switch / tombol tekan 01303-008 16

3.2 Sketsa rencana eskalator Gambar 3.1 Sketsa rencana eskalator Dari gambar akan didapat ukuran ukuran sebagai berikut : A = 600 mm = 0,6 m B = 838 mm = 0,838 m C = 1200 mm = 1,2 m D = 1260 mm = 1,260 m E = 1838 mm = 1,838 m F = 2198 mm = 2,198 m G = 2567 mm = 2,567 m 01303-008 17

3.3 Sketsa rencana Anak tangga dan Sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A = H x 1,732 (3.1) Panjang lintasan adalah : I = (3.2) 3.4 Teori perhitungan berat Untuk mengkalkulasikan berat digunakan data data yang telah ditentukan sebelumnya, dapat dimulai untuk mengkalkulasikan total jarak yang telah ditempuh tangga dan jumlah tangga yang dibutuhkan. a. Total jarak yang ditempuh ( S ) S = x 2 (3.3) Rumus diatas diambil berdasarkan jarak tempuh rantai, dimana : I = panjang lintasan ( m ) F = panjang lintasan bagian bawah ( m ) G = panjang lintasan bagian atas ( m ) D s = keliling diameter sproket ( m ) b. Jumlah anak tangga yang dibutuhkan : Gambar 3.2 Anak tangga eskalator 01303-008 18

L = (3.4) Maka jumlah anak tangga yang dibutuhkan adalah : S tp = (3.5) S tp = jumlah tangga S = total jarak yang ditempuh ( m ) L = panjang diagonal tangga ( m ) c. Berat total anak tangga Untuk masing masing anak tangga diasumsikan mempunyai berat (W st ) 25 kg Maka berat total anak tangga adalah : W total = S tp x W st (3.6) W total = berat total anak tangga ( N ) S tp = jumlah anak tangga W st = berat masing masing anak tangga ( N ) d. Berat penumpang Untuk satu kali lintasan jumlah anak tangga 25 Maka berat total penumpang : untuk setiap anak tangga 2 orang dewasa @ 70 kg Maka jumlah anak tangga di kali 2 = 50 W total = S tp x W P (3.7) 01303-008 19

e. Berat handrail ( W H ) Data untuk handrail ini tidak ada, sehingga penulis mangasumsikan berat keseluruhan 1 ( satu ) unit adalah W H = 190 kg f. Berat rantai ( W C ) Untuk pemilihan rantai diambil kekuatan tarik yang besar dan jarak yang tidak terlalu panjang, untuk jaminan kekuatan sambungan. Gambar 3.3 Ukuran rantai Untuk berat total rantai ( W C ) adalah : W C = jarak tempuh rantai ( m ) x berat rantai ( kg/m ) 1. Berat sproket ( W sp total ) Didalam mekanisme eskalator ini dibedakan macam sproket menurut fungsinya : Sproket ( S p1 ) yang berada pada reducer dan berfungsi sebagai penggerak. Sproket ( S p2 ) adalah sproket yang digerakkan sproket ( S p1 ) Sproket ( S p3 ) dan ( S p4 ) sebagai penggerak rantai dan anak tangga begitu pula dengan sproket yang digerakkan oleh S p3 dan S p4 yaitu S p5 dan S p6. 01303-008 20

Semua keterangan mengenai sproket diatas dapat dilihat mekanismenya pada gambar. Gambar 3.4 Mekanisme sistem penggerak Pada sproket sproket diatas, S p1 tidak perlu dihitung beratnya karena tidak ditumpu oleh frame maupun menambah beban bagi motor. Selanjutnya dalam perhitungan berat sproket diameter yang dipakai adalah diameter kepala. Diameter sproket dapat dilihat pembahasannya pada perhitungan mekanisme penggerak. Rumus berat sproket ( massa ) W sp2 = (3.8) Berat sproket S p2 = W sp2 a. Untuk diameter kepala dari sproket penggerak anak tangga S p3 = S p4 = S p5 = S p6 Sehingga berat total sproket sebesar : W sp total = W sp2 + W sp (3.9) Untuk kesalahan perhitungan serta gesekan gesekan yang menimbulkan kerugian maka : W = ( W total x 5% ) + W total (3.10) 01303-008 21

3.5 Mekanisme penggerak 3.5.1 Gaya dan pemilihan motor Pada pemilihan rantai sudah kita ketahui ukuran dan kekuatannya, serta tipenya adalah OCM HC. Gambar 3.5 Gaya rantai Karena rantai penggerak anak tangga terbagi menjadi dua, sehingga gaya masing masing rantai adalah : F = (3.11) F = gaya masing masing rantai ( N ) W = berat beban ( N ) Untuk pemilihan motor : P = (3.12) 01303-008 22

P = daya motor ( W ) W = gaya yang diterima ( N ) V = kecepatan ( 30 m/menit ) = efisiensi motor = 0,85 Dengan : W = berat total x kerugian kerugian ( 15% ) + berat total Spesifikasi motor yang ada dipasaran adalah : Didapat motor BONFIGLIOLI RIDUTTORI ( Italy ) : Dipilih : motor = 900 rpm Tipe : AS 35/p dan AS 35/F AS = riduttore / gearbox 35 = diameter poros reducer P = foot mounting ( pengikat kaki ) F = flange mounting ( pengikat flens ) Daya motor = 5,1 HP = 3,8 kw Ratio reducer ( i ) = 12,62 Momen output ( M ) = 480 Nm Putaran output ( nr ) = 71 rpm 3.6 Pengereman Fungsi utama rem adalah menghentikan poros, mengatur putaran poros dan juga mencegah putaran yang tidak dikehendaki. Efek pengereman secara mekanis 01303-008 23

diperoleh dengan gesekan dan secara listrik dengan serbuk magnet, arus pusar, fasa yang dibalik, arus searah yang dibalik atau penukaran kutub. Rem gesekan dapat diklasifikasikan : 1. Rem blok ( tunggal atau ganda ) 2. Rem drum 3. Rem cakram 4. Rem pita Pada perhitungan ini yang akan digunakan adalah rem blok ganda. Pada eskalator ini akan dipasang dua unit rem blok ganda, satu unit dibagian atas dan satu unit dibagian bawah. Sehingga pengereman dapat berjalan dengan baik. Gambar 3.6 Letak rem Gambar 3.7 Rem luar 01303-008 24

Torsi pengereman : T = (3.13) T = Torsi ( Nm ) P = Daya yang hendak direm ( Watt ) n = Putaran poros ( rpm ) Atau T = x Q x D (3.14) T = Torsi ( Nm ) = koefisien gesek Q = reaksi rem ( N ) D = diameter pengereman ( m ) Sehingga didapat reaksi rem Q : Q = (3.15) Gambar 3.8 Blok rem 01303-008 25

Maka : H = D sin ( ) (3.16) A = sudut kontak biasanya antara 50 s/d 70, diambil = 60 Tekanan kontak p ( N/mm 2 ) dari permukaan rem blok adalah : p = (3.17) dalam reaksi rem Q ( N ) diperlukan pula ukuran ukuran pendukung lainnya termasuk gaya berat F ( pemberat ). Q = F x x x (3.18) Sedangkan mekanismenya ( gambar 3.7 ) adalah sebagai berikut : Tuas A ditumpu oleh piston b dari silinder otomatis. Jika udara tekan di B dibuang ke atmosfir, A akan jatuh karena pemberat F. dengan demikian B akan tertarik ke bawah dan memutar tuas C ( disebut en gkol bel ). Gerakan ini akan menarik D dan E ke kanan, dan mendorong E ke kiri. Disini dianggap gaya Q yang dikenakan dari drum pada E adalah sama dengan gaya Q pada E. 3.7 Teori perhitungan sproket dan poros Gambar 3.9 Rantai ganda 01303-008 26

1. momen puntir rencana ( reducer ) : Tr = 9,74 x 10 5 x (3.19) Tr = momen puntir rencana ( Nm ) Pd = daya rencana ( W ) n r = putaran reducer ( rpm ) 2. Bahan poros dipilih SNCM 25 = 120 ( N/mm 2 ) Pemilihan bantalan, tabel baja poros S f1 = faktor keamanan untuk bahan S-c dan baja paduan S f2 = faktor kekasaran permukaan, harga antara 1,3 3,0 3. Tegangan ijin : = (3.20) Faktor tumbukan Kt, diasumsikan terjadi kejutan atau tumbukan besar maka Kt diambil antara 1,5 3,0 Faktor pembebanan lentur Cb antara 1,2 2,3 diambil 1,5 4. Poros reducer ( Dc ) Dc = 1/3 (3.21) 5. Poros sproket : D s = 1/3 (3.22) 6. Diameter sproket - Diameter lingkaran jarak bagi : D = (3.23) - Diameter lingkaran kepala : 01303-008 27

Dk = + cos ( 180/z ) 1 ). p (3.24) - Diameter lingkaran kaki : Df = p. ( cos ( 180/z ) 1 ) 0,76 (3.25) p = pitch ( jarak pusat rol rantai ) 3.8 Teori perhitungan poros Pada perhitungan disini akan dijelaskan perhitungan poros yang meliputi : 1. Poros reducer 2. Poros penggerak bagian atas 3. Poros penggerak bagian bawah 3.8.1 Poros reducer Pada perhitungan sebelumnya didapat besarnya poros reducer sementara adalah 38 mm. pada perhitungan ini ditinjau berdasarkan pengaruh momen torsi dan momen bendingnya sehingga didapat hasil yang dijamin kekuatannya. Gambar 3.10 Poros reducer Tegangan geser ijin SNCM 25 = 120 N/mm 2 01303-008 28

F s = N/mm 2 (3.26) S f1 = faktor pengaruh massa dan baja paduan dipilih 6.0 S f2 = faktor pengaruh kekerasan permukaan harga antara 1,2 s/d 1,5 a. Torsi : T = (3.27) b. Gaya tangensial dari roda gigi : F = (3.28) c. Momen bending dari pusat roda gigi : M = F (3.29) d. Twisting momen : T e = (3.30) Atau T e = (3.31) e. Tegangan geser : = (3.32) 3.8.2 Teori perhitungan poros penggerak bagian atas 01303-008 29

Gambar 3.11 poros penggerak bagian atas a. Tegangan tarik ijin F t = (3.33) K t = faktor kejutan / tumbukan yang besar antara 1,5 s/d 3,0 C b = faktor akibat beban lentur antara 1,2 s/d 2,3 b. Berat roda gigi masing masing : W B = W C (3.34) K m = faktor bending akibat kejutan dan fatique dengan kejutan sedang, antara 1,5 s/d 2,0 diambil 2 K t = faktor torsi akibat kejutan dan fatique dengan kejutan sedang antara 1,5 s/d 2,0 diambil 2 c. Torsi : T B = (3.35) - Gaya tangensial F B F B = (3.36) Beban total pada titik B : 01303-008 30

W B + F B Torsi : T C = T B - Gaya tangensial F C F C = (3.37) Beban total pada titik C : W C + F C Torsi : T D = (3.38) - Gaya tangensial D : F D = (3.39) Beban total pada titik D : W D + F D 3.9 Teori perhitungan bearing a. Perhitungan berat roda gigi : W = 2 x (3.40) b. Berat total terhadap poros adalah : F + W Gambar 3.12 Poros pada bearing 1. pertama adalah mencari perbandingan antara panjang dan diameter lubang 01303-008 31

= 1,6 (3.41) I = 1,6 x D 2. Kemudian kita dapat mengetahui tekanan bearing P = (3.42) Sedangkan maksimum tekanan bearing 7 s/d 10 N/cm 2 P < P ijin 3. Kekentalan mutlak dari lapisan oli Z = 25 centipoise Modulus bearing pada titik maksimum dari gesekan : 3K = (3.43) K = (3.1) 4. Koefisien gesek : = + K (3.44) Dimana K = faktor koreksi = 0,002 Diagram alir perencanaan eskalator Mulai 01303-008 32 Pemilihan eskalator

01303-008 33