BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

MENCIPTAKAN BUDAYA SEKOLAH YANG TETAP EKSIS

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia

2014 PENGARUH BUDAYA SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI KOTA CIMAHI

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. bersaing untuk menghadapi tantangan era globalisasi. diantaranya melalui pendidikan.pengertian pendidikan telah dirumuskan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kuat, bahwa proses belajar mengajar akan lebih efektif apabila

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

I. PENDAHULUAN. kegunaan penelitian. Pembahasan secara rinci masing-masing kajian tersebut

I. PENDAHULUAN. dalam lingkungan yang lebih luas, harus dapat ditumbuh kembangkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

1. Terdapat hubungan yang signifikan positif dan berarti Pelaksanaan Supervisi

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL. DI MTs MUHAMMADIYAH KEBONAN KECAMATAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu

BAB I PENDAHULUAN. terkoordinasi dan terarah dengan siswa diharapkan dapat mencapai prestasi

Pengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan Indonesia ibarat benang kusut yang terus bertambah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan mampu bersaing di ranah perjuangan ini. yang siap dan bisa menghadapi tantangan di segala aspek baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sasaran utama tidaklah hanya berbentuk fasilitas-fasilitas saja,

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Lembaga pendidikan salah satu sistem organisasi yang bertujuan membuat

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN. secara berurutan sebagaimana telah disajikan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengurangan biaya dan sebagainya. Kualitas pendidikan bergantung pada

PELATIHAN PENGEMBANGAN KULTUR SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

MEMBANGUN KULTUR DAN BUDAYA SEKOLAH

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Kebudayaan R.I. Fuad Hasan berpendapat bahwa, "Sebaik apapun kurikulum jika

KETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang serba modern dan canggih ini, dimana perkembangan ilmu

PENANAMAN ETIKA LINGKUNGAN MELALUI SEKOLAH PERDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, setiap manusia

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi wadah dan berlangsungya proses pendidikan, memiliki sistem yang komplek dan dinamis dalam perkembangan masyarakat yang semakin maju. Sekolah sebagai pusat pendidikan formal lahir dan berkembang dari pemikiran efisiensi dan efektifitas dalam pemberian pendidikan kepada warga masyarakat (Gunawan, 2010: 113), selain itu sekolah haruslah bersikap antisipatif dalam proses pertumbuhan dari masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi serta program yang jelas (Maliki, 2010: 276). Mengingat sekolah merupakan sebuah lembaga, maka tidak terlepas dari peran yang melekat pada institusi pendidikan tersebut. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berperan sebagai pembentuk dan pendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kemajuan suatu bangsa tidak lepas dari campur tangan kebudayaan yang terlibat untuk memperkenalkan, menghargai, memanfaatkan dan terus meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat khususnya para peserta didik. Selain itu, tujuan dari Negara Republik Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang perlu dimaknai sebagi dasar perbaikan mutu pendidikan di Indonesia. Selaras dengan hal tersebut, melalui lembaga sekolah yang dianggap masyarakat memiliki peran dalam mengimplementasikan tujuan pendidikan nasional maka sekolah-sekolah yang dianggap baik oleh masyarakat terutama 1

para orang tua, memilihkan sekolah untuk putra-putrinya di sekolah yang berkualitas. Dengan memilih sekolah yang bermutu diharapkan anak-anak tersebut akan terbiasa dengan cara-cara, kebiasaan dan norma-norma yang diterapkan di sekolah yang mampu merubah cara berpikir siswa dan mendorong siswa untuk andil dalam memajukan sekolah. Terutama bagi mereka yang memiliki keinginan untuk berprestasi. Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Di sekolah terdapat berbagai macam sistem sosial yang berkembang dari sekelompok individu yang saling berinteraksi, saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar sehingga membentuk suatu perilaku yang baik atau buruk dari hasil hubungan individu dengan individu maupun dengan lingkungannya (Dewi, 2012). Sekolah sebagai tempat terjadinya proses pendidikan memiliki kebiasaankebiasaan yang sudah diterapkan sejak dahulu untuk mendidik siswa. Ketika kebiasaan-kebiasaan, tata cara dan norma-norma dari sekolah sudah diterapkan sejak dahulu untuk keberlanjutan proses pendidikan di sekolah dalam perkembangan saat ini, yang kemudian akan menjadi sebuah budaya sekolah (school culture). Budaya sekolah (Dewi, 2012) merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari sekolah sebab merupakan suatu yang dapat menjelaskan, menggambarkan, dan mengidentifikasi mengenai sekolah tersebut baik secara nyata maupun tidak nyata. Misalnya menjelaskan mengenai tujuan, visi dan misi dari adanya pembangunan sekolah tersebut. Terkait dengan sekolah, 2

budaya atau kultur merujuk pada suatu proses pewarisan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat. Konsep kultur menurut Deal dan Peterson (Hanum, 2013: 194) memiliki sejarah yang panjang untuk mengeksplorasi perilaku-perilaku manusia dalam kelompok-kelompoknya. Dan menurut Brown (Hanum, 2013: 194) kata budaya (culture) itu sendiri secara umum menunjukkan kepada sebuah kumpulan nilainilai, sikap, kepercayaan dan norma-norma bersama, baik yang eksplisit, maupun yang bersifat implisit. Sekolah sebagai bagian dari kultur nasional berfungsi untuk menghidupkan kultur nasional dan memadukan dengan kultur yang sudah ada di sekolah (Hanum, 2013). Setiap sekolah memiliki kultur yang berbeda-beda sesuai dengan budayanya yang telah melekat dalam ritual-ritual dan tradisi-tradisi sejarah dan pengalaman sekolah. Sekolah-sekolah yang memiliki kultur yang baik akan mendapat apresiasi dari masyarakat. Branding image dalam memasarkan sekolah yang unggul dan berkualitas menjadi modal untuk menarik minat masyarakat. Dengan citra tersebut, maka sekolah-sekolah ini akan mendapat pengakuan dari masyarakat. Maka para orang tua tidak akan ragu menyekolahkan anak-anaknya ke sekolahsekolah pilihan yang sudah mendapat kepercayaan tersebut. Memiliki nama baik untuk sekolah-sekolah yang unggul dan bermutu bagus tentu bukan sebatas nama saja, melainkan menjadi sebuah tantangan dalam mewujudkan persepsi masyarakat dan mempertahankan nama baik yang telah disandang oleh sekolah. Melalui kultur sekolah, yang merupakan bagian dari kultur nasional, sekolah-sekolah ini akan berkompetisi baik dalam bidang penerimaan calon peserta didik baru, standar mutu sekolah, dan berbagai 3

prestasi baik akademik maupun non akademik yang diselenggarakan oleh berbagai instansi atau lembaga pendidikan. Kultur sekolah sangat diperlukan untuk mendukung proses tercapainya tujuan pendidikan nasional, yang salah satunya adalah mendukung berkembangnya potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang lebih bermartabat ketika mengenyam pendidikan di sekolah. Kultur sekolah berfungsi untuk meminimalisasi masalah-masalah sekolah yang berkaitan dengan mutu pendidikan. Ketika sekolah memiliki kultur sekolah yang baik, maka mutu pendidikan yang dihasilkan akan saling berkaitan. Untuk menciptakan mutu pendidikan tersebut, maka kultur sekolah harus selalu menjadi pedoman bagi seluruh warga sekolah yang setiap harinya menjadi bagian dari proses pendidikan di sekolah. Kultur sekolah yang sudah terlaksana dan berdampak pada mutu sekolah perlu memperoleh kesepakatan bersama dari kepala sekolah, warga sekolah, dan para pendukungnya. Dengan adanya kesepakatan tersebut maka dukungan dari berbagai pihak secara nyata akan mengiringi proses mendapatkan mutu sekolah yang baik dan mewujudkan visi dan misi sekolah yang secara bertahap akan dapat ter-realisasikan dengan dukungan dari berbagai sumber yang dapat dimanfaatkan. Karena untuk mendapatkan mutu yang baik perlu adanya kerjasama antara kepala sekolah dan guru-guru yang mendukung proses penyelenggaraan mutu dengan rencana yang matang dan terarah dengan baik. Perbaikan ini membutuhkan komitmen dari berbagai pihak dengan konsep yang jelas dan pasti untuk dilaksanakan. Komponen lain yang turut mendukung penyelenggaraan mutu sekolah yaitu termasuk para siswa yang memiliki bakat 4

dan keterampilan serta prestasi, baik dalam ranah akademik dan non akademik yang selalu menjadi pendukung dalam proses mendapatkan mutu yang diharapkan oleh sekolah demi memiliki ciri khas dan prestasi yang membanggakan nama sekolah. Maka penting apabila seluruh komponen bersatu dalam meningkatkan mutu sekolah dalam rangka menyebarkan kultur sekolah yang positif bagi warga sekolah. Kultur sekolah yang baik akan mendukung kinerja sekolah menjadi semakin baik. Kultur sekolah yang baik akan membuat pedoman untuk menilai yang penting, apa yang baik, apa yang benar dan bagaimana berbuat untuk mencapainya (Hanum, 2013). Kultur sekolah yang diciptakan sehat, solid, profesional dan positif akan menciptakan suasana kekeluargaan, kolaborasi, kerjasama, ketahanan belajar, semangat untuk maju, dorongan untuk bekerja keras dan kegiatan belajar mengajar dapat diciptakan. Kultur sekolah yang baik adalah kultur sekolah yang fleksibel dan adaptable sehingga dapat mendukung sekolah dalam menyesuaikan dengan proses perubahan. Sekolah-sekolah yang maju tentunya memiliki budaya belajar yang baik, budaya yang berkembang tentunya adalah budaya yang positif sehingga para siswa dapat belajar dengan baik dan masing-masing siswa-siswinya mempunyai motivasi yang tinggi (Hanum, 2008). Kultur sekolah mendukung terciptanya motivasi berprestasi untuk para siswa di sekolah. Sebagai sasaran dan obyek dalam dunia pendidikan, peserta didik diberikan kesempatan yang sama dalam mengasah bakat, minat, keterampilan, (skill), dan pengetahuan yang telah diperoleh selama berada di sekolah. Setiap peserta didik membawa kulturnya masing-masing dari sekolah 5

sebelumya dan harus disesuaikan dengan keadaan kultur sekolah yang baru (Hanum, 2013). Untuk menciptakan kultur berprestasi agar peserta didik tertarik dan mau terlibat dengan perbaikan mutu sekolah maka komponen sekolah yang sudah sepakat untuk memajukan kultur sekolah yang baik harus bekerja keras membangkitkan semangat berprestasi untuk para siswa. Khususnya kepala sekolah dan guru, yang berinteraksi secara langsung dengan orang tua dan siswa di sekolah dalam membangun semangat dan mendukung keputusan dari siswa untuk mendalami kemampuan yang mereka miliki. Maka perlu pembimbingan dan kerjasama antara siswa, guru dan orang tua agar memperoleh hasil yang membanggakan. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi mempunyai keinginan untuk bersaing secara sehat dengan dirinya dan orang lain untuk mendapatkan suatu kesuksesan dan keberhasilan dalam tugas maupun kompetisi yang sedang digeluti. Menurut Mc Clelland dan Antikson (dalam Mustika, 2013) motivasi yang paling penting untuk pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai kesuksesan atau memilih suatu kegiatan yag berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Apabila siswa memiliki keinginan berprestasi, maka di dalam dirinya sudah memiliki motivasi yang tertanam kuat untuk kebaikan indvidu tersebut. Dengan kesadaran berprestasi semacam itu, menggambarkan bahwa kultur sekolah akan memiliki fungsi yang lebih dari sekedar menjadi penyedia sarana dalam memperoleh nilai-nilai yang ditetapkan oleh instansi tetapi juga bertanggung jawab dalam mendukung dan memfasilitasi peserta didik yang memilki keinginan dan kemauan untuk berprestasi. 6

Oleh karena itu, siswa yang memiliki motivasi berprestasi dapat mewujudkan bentuk usaha dan tindakan belajar yang efektif sehingga dapat berpengaruh dalam mengoptimalisasi potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, kultur sekolah berperan penting dalam membangun para siswa untuk haus akan prestasi dengan memberi contoh dan motivasi agar muncul ide-ide atau gagasan, keinginan dan usaha untuk merealisasikan motivasi menjadi prestasi yang sesungguhnya. Melalui semangat berprestasi secara tepat sesuai dengan bidang yang diminati oleh siswa. Melalui sekolah-sekolahlah peserta didik mampu mewujudkan keinginannya tersebut, ikut andil dalam membangun mutu sekolah berbasis nilai-nilai dan semangat juang kepada sekolahnya, serta mewujudkan kultur sekolah yang mencerminkan solidaritas antar warga sekolah. Namun hal ini tentu dirasa masih kurang, ketika beberapa pihak maupun komponen pendukungnya masih belum sepenuhnya memahami apa makna dari kultur sekolah tersebut. Terlebih tentang peran kultur sekolah dalam mendukung peserta didik untuk berprestasi. Maka, perlulah bahwa warga sekolah harus paham dengan status dan perannya sebagai aktor dalam mewujudkan keinginan mulia para peserta didik yang memiliki motivasi untuk berprestasi. Tujuannya hanya satu, yaitu menginginkan sekolahnya menjadi sekolah yang dipandang baik oleh masyarakat dengan nilai-nilai prestasi dari para peserta didik. Maka dari itu peningkatan mutu sekolah harus terus diupayakan bersama, baik melalui workshop, sosialisasi, seminar-seminar, kepada warga sekolah yang berfungsi untuk membangun kesadaran bersama akan pentingnya kehidupan sekolah bagi mereka semua. Begitupula dengan kultur sekolah yang 7

menjadi bagian dan keseharian mereka selama beraktivitas di sekolah, untuk itu mereka harus sadar telah menjadi pendukung dari proses terbentuknya kebudayaan sekolah. Berkenaan dengan hal tersebut, sebagai sebuah institusi Madrasah Aliyah Negeri 1 Yogyakarta yang berlokasi di Jalan C. Simanjuntak No. 60, Yogyakarta ini memiliki kultur sekolah yang perlu untuk diteliti. MAN 1 Yogyakarta menjadi salah satu sekolah yang mampu mengembangkan kultur sekolah dengan baik. Kultur sekolah yang ada di MAN 1 Yogyakarta terbukti dengan adanya visi dan misi yang jelas, nilai-nilai yang dipegang kuat oleh warga sekolah, sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar (KBM), hubungan yang harmonis antar warga sekolah, orang tua dan masyarakat, motivasi yang tinggi dalan meningkatkan kualitas sekolah, dan prestasi tanpa henti dari siswa-siswi terbaik MAN 1 Yogyakarta. Kultur sekolah di MAN 1 Yogyakarta tercermin dari visi dan misi sekolah yang mengandung nilai-nilai dan keyakinan yang mengerucut pada kultur sekolah yang positif. Dengan mengusung visi ULIL ALBAB yang tidak hanya mudah diingat oleh warga sekolah namun juga bisa terlaksana dengan berbagai pembuktian dalam pelaksanaan visi dan misi tersebut. ULIL ALBAB merupakan singkatan dari UngguL, ILmiah, AmaLiyah, IBAdah dan Bertanggungjawab, yang terwujud dalam berbagai program madrasah di bidang iman-taqwa (imtaq) dan iptek, berfikir ilmiah, mampu mengamalkan ajaran agama, tekun beribadah, bertanggungjawab dalam kehidupan bermasyarakat dan pelestarian lingkungan. Dari penjelasan tersebut maka perlu diketahui lebih 8

lanjut tentang pengenalan dan proses sekolah dalam membentuk siswa untuk berprestasi. Berbagai prestasi dari bidang kejuaraan dan perlombaan telah diraih oleh MAN 1 Yogyakarta. Prestasi Tiada Henti yang menjadi slogan MAN 1 Yogyakarta menjadi daya tarik bagi peneliti untuk mengetahui sejauh mana peran kultur sekolah dalam membangun motivasi dalam menyebarkan virus berprestasi kepada siswa-siswi di MAN 1 Yogyakarta ini. Telah dijelaskan bahwa kultur sekolah yang baik melibatkan seluruh warga sekolah dalam mendukung siswa dalam berprestasi, maka perlu diketahui pula peran warga sekolah dalam mendukung dan memberikan motivasi bagi siswa-siswi di MAN 1 Yogyakarta yang memiliki kebutuhan akan prestasi. B. Identifikasi Masalah Kultur sekolah menularkan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, dan cara pandang tertentu sehingga mempengaruhi karakteristik siswa dalam menentukan prestasi baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dari penelitian ini, peneliti ingin mengetahui secara mendalam tentang peran kultur sekolah dalam membangun motivasi berprestasi siswa di MAN 1 Yogyakarta. Kultur sekolah yang baik akan membangun dan mendorong prestasi siswa. Dalam hal ini ditemukan permasalahan mengenai kultur sekolah yang ada yaitu: 1. Minimnya pengetahuan guru dan kepala sekolah tentang kultur sekolah. 2. Kultur sekolah belum banyak dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. 9

3. Terdapat hambatan-hambatan dalam mewujudkan peran kultur sekolah dalam peningkatan mutu sekolah yang berkaitan dengan berbagai prestasi yang diperoleh sekolah kepada masyarakat luas. 4. Kultur sekolah belum banyak dijadikan fokus dalam meningkatkan mutu pendidikan. 5. Sebagian dari warga sekolah belum paham tentang kultur sekolah. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini diperlukan batasan masalah. Batasan masalah ini bertujuan agar peneliti berfokus pada aspek yang diteliti sehingga memperoleh kesimpulan yang benar dan mendalam. Maka batasan masalah pada penelitian ini berfokus pada peran kultur sekolah dalam membangun prestasi siswa di MAN 1 Yogyakarta. D. Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran kultur sekolah yang ada di MAN 1 Yogyakarta? 2. Bagaimana kultur sekolah di MAN 1 Yogyakarta berperan dalam membangun prestasi? E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan kultur sekolah yang terdapat di MAN 1 Yogyakarta. 2. Untuk mendeskripsikan peran kultur sekolah dalam membangun budaya berprestasi di MAN 1 Yogyakarta. 10

F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya mata kuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan dan memberikan pengetahuan secara umum mengenai peran kultur sekolah dalam membangun motivasi berprestasi, serta dapat bermanfaat bagi observasi-observasi selanjutnya yang relevan. 2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi Sekolah Melalui penelitian ini, sekolah bisa memperoleh informasi yang berkaitan dengan kultur sekolah yang ada di MAN 1 Yogyakarta yang sekaligus memberikan manfaat bagi sekolah itu sendiri dalam rangka peningkatan mutu dengan hasil penelitian ini. Penelitian ini juga dapat dijadikan acuan dalam ranah kultur sekolah yang positif dan memberikan dorongan dalam memotivasi siswa untuk berprestasi, baik untuk sekolah yang bersangkutan maupun sekolah lainnya. b. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kesan positif bagi siswa, terutama mereka yang memiliki keinginan untuk berprestasi dan membanggakan nama sekolah. Dengan melibatkan siswa dalam proses penelitian, diharapkan siswa dapat menularkan hal-hal positif kepada teman- 11

temannya di sekolah dalam membangun kesadaran berprestasi. Sehingga siswa memiliki acuan yang tepat dalam memulai keinginan mereka untuk berprestasi. c. Bagi Masyarakat Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan dampak positif kepada masyarakat yang peduli dalam dunia pendidikan, agar tidak keliru dalam menilai kualitas sekolah (mutu sekolah) yang memang layak dijadikan contoh untuk sekolah lainnya. Selain itu penelitian ini juga berguna bagi para orang tua yang masih bingung dalam memilihkan sekolah untuk anak-anaknya yang akan melanjutkan sekolah. Dengan penelitian ini, maka masyarakat bisa membedakan sekolah yang memiliki kultur positif dan negatif. 12