BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masa keserasian bersekolah. Umur anak sekolah dasar adalah antara 6-12 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki yang akan ditunjukan pada orang lain agar terlihat berbeda dari pada

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad,

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

.BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS I TENTANG DISMENOREA (Study kasus di SMP Negeri 2 dan MTs As-safi iyah Kayen) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

: THERESYA GATRA STERI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah sebuah periode transisi dari dari kanak-kanak menjadi

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA (IBU) DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DAN PENANGANANNYA DI MA AN-NUR KOTA CIREBON TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. fisik seperti sakit perut, jantung berdebar, otot tegang dan muka merah. Lalu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

Disusun Oleh : PROGRA

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. Ini merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Gejala ini alamiah, karena merupakan tanda dan proses berhentinya masa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. menyerang kaum wanita. Selain itu kecenderungan peningkatan. payudara masih tinggi, terutama pada negara-negara sedang berkembang,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau remaja awal (Monks, 2006). Masa pra pubertas ini memiliki banyak potensi

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan perempuan, terutama kesehatan yang berkaitan dengan fungsi reproduksi kini menjadi perhatian dunia. Masalah kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut kehamilan dan persalinan, namun lebih luas yaitu menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi remaja yaitu termasuk pada saat pertama anak perempuan mengalami menstruasi/menarche (Widyastuti, 2009). Sebagian perempuan mengalami menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan berupa dismenore. Dismenore adalah nyeri selama haid yang dirasakan di perut bawah atau di pinggang, bersifat seperti mulas-mulas, seperti ngilu dan seperti ditusuk-tusuk (Prawirohardjo, 2008). Kesehatan reproduksi menurut WHO (World Health Organizations) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Nugroho, 2010)

Pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi remaja relatif masih rendah terutama pada pengetahuan mengenai organ reproduksi menyangkut bentuk dan fungsinya serta cara perawatannya (Devy, 2001). Menurut hasil survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah tahun 2010 di Semarang tentang pengetahuan kesehatan reproduksi menunjukkan 43,22% pengetahuannya rendah, 37,28% pengetahuan cukup, sedangkan 19,50% pengetahuannya memadai. Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRRI) tahun 2007 mengenai pengetahuan tentang tanda akil balik pada laki-laki adalah suara menjadi besar masing-masing 55 % dari remaja wanita dan 35% dari remaja pria, tumbuh rambut diwajah, sekitar alat kelamin, ketiak, dada dan kaki masing-masing 32% untuk remaja wanita dan 37% untuk remaja pria. Pengetahuan tentang akil balik pada wanita tertinggi pada mulai menstruasi sebesar 74,9%, payudara membesar 36,9% dan timbul jerawat 13,2%, dan terendah menonjolkan jati diri 0,8%, gairah seks meningkat 2,3%, tertarik lawan jenis 6,4% (BKKBN, 2007). Permasalahan dalam kesehatan reproduksi remaja yaitu termasuk pada saat pertama anak perempuan mengalami menstruasi/menarche (Widyastuti, 2009). Masalah yang sering timbul dan yang paling banyak dialami wanita adalah gangguan nyeri haid atau dismenore (Badziat, 2003). Masalah ini umumnya disebabkan karena kurang atau salahnya informasi mengenai peristiwa tersebut. Berdasarkan dari hasil penelitian Siti Purwani, Herniyatun dan Isma Yuniar (2010), menunjukan bahwa tingkat pengetahuan dismenore

pada remaja putri di SMAN 1 Petanahan, 82,08% pengetahuannya kurang. Munawaroh dan Hidayat (2009) menunjukan bahwa tingkat pengetahuan tentang dismenore pada siswi kelas X di SMK Yapemda I Sleman Yogyakarta tahun 2009 yaitu dari 62 siswi 83,9% diantaranya berpengetahuan cukup. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2013, dari hasil wawancara dengan 10 siswi SMP Negeri 2 Nusawungu, ada 7 siswi yang belum mengetahui tentang dismenore dan 3 siswi lainya sudah mengetahui apa itu dismenore. Mereka juga mengatakan aktivitasnya terganggu dengan nyeri yang timbul dan mereka sering kali ijin untuk tidak mengikuti pelajaran dan dirawat di UKS (Unit Kesehatan Siswa). Sebaliknya ada juga yang tetap memaksakan diri untuk mengikuti proses pelajaran, akan tetapi mereka tidak dapat berkonsentrasi secara penuh karena nyeri yang dirasakannya itu. Menurut guru BP setiap harinya ada siswi yang ijin tidak mengikuti pelajaran dan beristirahat di UKS karena sakit. Selain itu para siswi juga mengalami kesulitan mendapatkan informasi, karena jauh dari sumber informasi yang mendukung seperti toko buku disamping itu perpustakaan juga belum menyediakan buku-buku tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang penanganan dismenore. Berdasarkan informasi dari salah satu guru, pembelajaran mengenai kesehatan reproduksi sudah ada, tetapi hanya sebatas pembelajaran tentang organ-organ reproduksi dan siklus menstruasi itupun masuk dalam pelajaran biologi. Pembelajaran khusus mengenai kesehatan reproduksi terutama tentang menstruasi dan dismenore belum ada.

Masalah kurang pengetahuan ini disebabkan karena sebagian masyarakat mempunyai pemikiran yang salah tentang permasalahan ini, mereka beranggapan bahwa nyeri dapat hilang dengan sendirinya apabila wanita sudah menikah, sehingga mereka membiarkan gangguan tersebut tanpa melakukan penanganan yang tepat (Admin, 2005). Hal ini juga disebabkan karena kurang pengetahuan para remaja tentang upaya pencegahan dan penanganan dalam mengatasi dismenore (Wiknjosastro, 2007). Seorang wanita yang berpengetahuan kurang tentang upaya penanganan dismenore akan mudah terkena dibandingkan dengan wanita yang sudah mendapatkan penerangan atau informasi dengan baik tentang cara penanganan dismenore. Oleh karena itu pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya (Widiastuti, 2009). Pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam menghadapi suatu permasalahan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor presdiposisi yang penting. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah umur, tingkat pendidikan, sumber informasi, keyakinan, penghasilan, sosial budaya dan pengalaman. Peningkatan pengetahuan dapat mempengaruhi terjadinya perubahan sikap dan perilaku. Hasil survei yang dilakukan WHO di beberapa negara memperlihatkan, adanya informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja. Salah satu cara atau strategi untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan berbagai pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan (promosi kesehatan) untuk meningkatkan pengetahuan tentang cara penanganan dismenore pada siswi dapat dilakukan melalui media pendidikan kesehatan berupa media cetak dalam bentuk buku saku dismenore. Pendidikan kesehatan menggunakan buku saku dismenore tersebut ditujukan agar remaja (siswi) mengetahui apa itu dismenore, penyebab dismenore dan bagaimana cara penanganan dismenore agar remaja (siswi) tidak merasa bingung dan terganggu dengan nyeri yang dirasakanya. Dengan memberikan pengetahuan pada remaja mengenai kesehatan reproduksi, dalam hal ini pengetahuan tentang dismenore, diharapkan akan tumbuh keadaan yang kondusif dalam peningkatan pengetahuan pada remaja. (Widiastuti, 2009). Berdasarkan penelitian Heriani T dan Irdawati (2010) pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswi tentang dismenore, menunjukan pengetahuan tentang dismenore siswi kelas I SMP Negeri 02 dan

MTS As-Safi iyah Kayen Pati sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang dismonere pada kelompok dengan pendidikan kesehatan menggunakan media leaflet sebagian besar baik dan pada kelompok dengan pendidikan kesehatan tanpa menggunakan leaflet rata-rata cukup dan baik. Berdasarkan penelitian Prayitno dkk (2012) tentang efektifitas pemberian buku saku diare, menunjukan ada perbedaan pengetahuan ibu sebelum dan sesudah di beri buku saku diare. Berdasarkan dari permasalahan diatas, maka peneliti ingin mengetahui Efektifitas Pemberian Buku Saku Dismenore Terhadap Pengetahuan Tentang Cara Penanganan Dismenore Pada Siswi Kelas VIII SMP Negeri 2 Nusawungu. B. Perumusan Masalah Dismenore merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenore merupakan gejala dari menstruasi yang akan sangat mengganggu si penderita. Dismenore menyebabkan nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan produksi zat prostaglandin. Seringkali dimulai segera setelah mengalami menstruasi pertama (menarche). Nyeri berkurang setelah menstruasi, namun pada beberapa wanita nyeri bisa terus dialami selama periode menstruasi (Proverawati & Misaroh, 2009).

Permasalah ini dapat dikurangi dengan diadakannya penjelasan dan diskusi mengenai informasi dismenore, penanggulangan yang tepat serta pencegahan agar dismenore tidak mengarah pada tingkat yang sedang bahkan ke tingkat berat. Menurut Wiknjosastro (2007) masalah dismenore disebabkan karena kurangnya pengetahuan para remaja tentang pencegahan dan penanganan dalam mengatasi dismenore. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti ingin mengetahui Efektifitas Pemberian Buku Saku Dismenore Terhadap Pengetahuan Tentang Cara Penanganan Dismenore Pada Siswi kelas VIII SMP Negeri 2 Nusawungu C. Tujuan Penalitian Tujuan yang ingin dicapai peneliti dari hasil penelitian ini antara lain: 1. Tujuan Umum Mengetahui efektifitas pemberian buku saku dismenore terhadap pengetahuan tentang cara penanganan dismenore pada siswi kelas VIII SMP Negeri 2 Nusawungu. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden b. Untuk mengidentifikasi pengetahuan tentang cara penanganan dismenore pada siswi kelas VIII SMP Negeri 2 Nusawungu sebelum dan sesudah diberi buku saku dismenore.

c. Untuk menganalisis efektifitas pemberian buku saku terhadap peningkatan pengetahuan tentang cara penanganan dismenore siswi kelas VIII SMP Negeri 2 Nusawungu. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan pengalaman pelaksanaan penelitian serta menambah pengetahuan tentang penelitian yang berkaitan dengan kejadian dismenore. 2. Bagi Responden Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden sebagai informasi tentang pentingnya kesehatan reproduksi dalam hal ini mengenai gambaran tentang dismenore dalam upaya peningkatan kesehatan reproduksi remaja. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu keperawatan khususnya bidang keperawatan maternitas yang berkaitan dengan dismenore dan untuk memajukan riset keperawatan yang merupakan dasar penelitian lebih lanjut tentang topik yang terkait.

E. Penelitian Terkait a. Paramita (2010), dengan judul hubungan tingkat pengetahuan tentang dismenore dengan perilaku penanganan dismenore pada siswi SMK YPKK 1 Sleman Yogyakarta tahun 2010 merupakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan waktu cross sectional dan mengunakan teknik sampel purposive sampling. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini adalah penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment yaitu penelitian yang menggunkan rancangan non equivalent control group design. b. Siti Purwani, Herniyatun Isma Yuniar (2010), penelitian dengan judul hubungan tingkat pengetahuan tentang dismenore dengan Sikap penanganan dismenore pada remaja putri kelas X di SMAN 1 Petanahan. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan metode non experimental desain dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa 82,08 % dengan pengetahuan yang kurang tentang dismenore dan sikap penangananya. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini adalah pada variable terikatnya yaitu tantang pengetauan siswi. Sedangkan perbedaanya terletak pada variable bebas dan desain penelitian. c. Khasanah (2011) dengan judul Pengaruh pemberian booklet penyakit TBC terhadap tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang resiko penularan penyakit TBC dirawat inap penyakit dalam Rumah Sakit

Umum Banyumas. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualtatif dengan rancangan pre experiment one group teknik purposive sampling judgmental sampling. Hasil penelitian terdapat perbedaan tingkat pengetahuan pasien dan keluarga sebelum dan sesudah diberikan booklet penyakit TBC. Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah variable bebasnya media pendidikan kesehatan dan desainya sama namun sasaran penelitian berbeda. Pada penelitian Khasanah pada TBC sedangkan penelitian yang akan diteliti tentang dismenore. d. Prayitno dkk (2012) tentang efektifitas pemberian buku saku diare terhadap pengetahuan ibu tentang cara pencegahan dan penanganan diare pada anak di RSUD Goeteng Tarunadibrata Purbalingga. Dengan hasil menunjukan ada perbedaan pengetahuan ibu sebelum dan sesudah di beri buku saku diare. Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah variable bebasnya media pendidikan kesehatan. Perbedaanya yaitu pada rancangan dan sasaran penelitian. Rancangan penelitian Prayitno dkk yaitu one group pre-test dan post-test design, sedangkan dalam penelitian ini adalah non equivalent control group design. Pada penelitian Prayitno dkk tentang diare pada anak, sedangkan penelitian yang akan diteliti tentang dismenore.