KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota) DAN BUAH WALUH (Cucurbita moschata) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI BAKSO DAGING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

YUWIDA KUSUMAWATI A

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

KADAR PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK BAKSO BERBAHAN DASAR KOMPOSISI DAGING SAPI DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

METODE. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

PEMANFAATAN UBI JALAR MERAH SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN DALAM PEMBUATAN ES KRIM SECARA TRADISIONAL DENGAN PENAMBAHAN CMC NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

I. PENDAHULUAN. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

LAPORAN MODIFIKASI RESEP DI INSTALASI GIZI RSU SUNAN KALIJAGA DEMAK SUP AYAM FANTASI

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daging dan tepung. Makanan ini biasanya disajikan dengan kuah dan mie.

UJI ORGANOLEPTIK ES KRIM BEKATUL BERAS PUTIH DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK WORTEL SEBAGAI PEWARNA ALAMI

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATERI DAN METODE PENELITIAN

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

e jurnal boga online 3 new 3, yudisium bulan oktober 2014 hal

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ITIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO BELUT (Monopterus albus) ELITA

DEMO MASAK DIES NATALIS KE-35 UNIKA SOEGIJAPRANATA 2017

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

METODOLOGI PENELITIAN

KADAR LEMAK, KEKENYALAN DAN TINGKAT KESUKAAN TERHADAP BAKSO KOMBINASI DAGING KELINCI DAN DAGING AYAM PETELUR AFKIR SKRIPSI. Oleh AMELIA YULIASTANTI

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

ANALISIS KADAR ZAT GIZI, UJI CEMARAN LOGAM DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO DENGAN SUBSTITUEN AMPAS TAHU

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

4. PEMBAHASAN. (Depkes RI, 2014).

UJI SERAT, PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK TEMPE BIJI TURI (Sesbania grandiflora) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG (Zea mays) DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

BAB I PENDAHULUAN. iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2004). pangan untuk dikonsumsi. Selain dari faktor pengetahuan dan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

KADAR GLUKOSA DAN KALSIUM ES KRIM KENTANG HITAM DENGAN DAUN CINCAU SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (daucus carota) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI PADA BAKSO IKAN DI DESA SETAPUK HULU KECAMATAN SINGKAWANG UTARA

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : DESTI TRISNANINGSIH A 420 100 128 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL Desti Trisnaningsih A 420 100 128 ABSTRAK Bakso merupakan salah satu produk olahan daging sapi dan ayam yang dibentuk seperti bola. Penelitian ini menggunkan daging ikan tuna yang mengandung protein sebesar 22 g/100g dengan penambahan jamur merang yang mengandung protein 3,8 g dalam keadaan segar, dan wortel sebagai sumber vitamin A (12.000 SI/100 g). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar protein, betakaroten dan uji organoleptik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor, faktor 1 yaitu komposisi jamur merang (25% dan 50%) dan faktor 2 wortel (20%, 30%, 40%) dengan 6 taraf perlakuan 3 kali ulangan. Analisis data secara deskriptif kualitatif (uji kadar protein, betakaroten/ dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jamur merang dan wortel berpengaruh terhadap kadar preotein dan betakaroten bakso ikan tuna. Kadar protein dan betakaroten tertinggi bakso ikan tuna pada perlakuan jamur merang 50% dan wortel 40% (M 2 W 3 ) yaitu 24,3 g dan 489,6 µg. Kadar protein dan betakaroten terendah bakso ikan tuna pada perlakuan jamur merang 25% dan wortel 20% (M 1 W 1 ) yaitu 13,4 g dan 236,9 µg. Bakso ikan tuna perlakuan jamur merang 25% dan wortel 40% (M 1 W 3 ) yang disukai oleh panelis. Kata kunci: bakso, ikan tuna, jamur merang, wortel, protein, betakaroten, uji organoleptik. A. PENDAHULUAN Bakso merupakan salah satu olaha daging secara tradisional yang digemari oleh semua lapisan masyarakat karena memiliki rasa yang khas, enak dan kaya gizi. Bahan baku bakso dapat berasal dari berbagai daging

jenis ternak, seperti: sapi, babi, ayam dan ikan (Purnomo, 1998). Salah satu alternatif bahan baku bakso dengan protein tinggi adalah ikan tuna. Ikan tuna sangat berpotensi untuk diolah menjadi bakso karena daging ikan tuna mengandung protein tinggi. Selain protein ikan tuna kaya akan Omega-3 yang baik untuk pertumbuhan anak- anak. Dalam 100 g ikan tuna mengandung protein sebesar 22 g dan Omega-3 2,1 g. Bahan tambahan yang dapat dikombinasikan dengan bahan ikan tuna dalam olahan bakso adalah jamur merang. Jamur merang merupakan slah satu jamur pangan yang kaya akan serat. Kandungan protein jamur merang cukup tinggi dibandingkan dengan beras atau gandum, dalam keadaan segar jamur merang segar setiap 100 g adalah 3,8 g. Syarat mutu bakso daging menurut SNI 01-3818-1995 adalah kadar air maksimal 70%, abu maksimal 3%, protein minimal 9% dan lemak minimal 2%, sehingga bakso mengandung nutrisi cukup tinggi. Bakso ikan pada umumnya tidak mengandung vitamin A dan dari segi penampilan tidak menarik, untuk menjadi penampilan bakso yang menarik dan bergizi bahan yang dpaat ditambahkan adalah wortel sebagai sumber vitamin A dan pewarna alami. Wortel merupakan salah satu jenis sayuran yang sering dikonsumsi masyarakat. Wortel juga merupakan sumber antioksidan alami, memiliki kandungan β-karoten cukup tinggi. Dalam 100 g wortel mengandung vitamin A 12.000 SI (Pitojo, 2006). Menurut Khomsan (2007), betakaroten pada wortel selain berperan sebagai provitamin A, betakaroten dipercaya sebagai pelindung terhadap kanker karena merupakan antioksidan. Bakso ikan tuna yang dibuat dengan komposisi jamur merang dan wortel dapat memenuhi standard bakso yang bernutrisi cukup tinggi dan merupakan salah satu keanekaragaman bakso yang kaya gizi dan menyehatkan. Komposisi bahan harus sesuai takaran agar memperoleh mutu yang baik dan diminati oleh masyarakat.

Hasil penelitian Purukan (2013), menunjukkan bahwa bakso ikan gabus dengan penambahan bubur wortel 10 g dan tepung tapioka 5 g dalam 100 g daging ikan memiliki kadar air 77,36%, kadar abu 1,54%, kadar lemak 1,19%, karbohidrat 5,96%, kadar protein 13,38%, vitamin A < 0,5 IU. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein dan betakaroten bakso ikan tuna dengan penambahan jamur merang dan wortel pada dosis yang berbeda dan mengetahui hasil uji organoleptik dan kombinasi perlakuan terbaik pada bakso ikan tuna dengan penambahan jamur merang dan wortel dengan dosis berbeda. B. METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian yaitu pembuatan bakso dilakukkan di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, sedangkan uji kadar protein dan betakaroten dilakukan di Laboratorium Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2014. Alat yang digunakan adalah timbangan, baskom, panci, pisau, blender, piring, kompos, telenan. Bahan yang digunakan adalah ikan tuna, jamur merang, wortel, tepung tapioka, bawang putih, lada, garam, es batu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) degan menggunakan 2 faktor. Faktor tersebut yaitu komposisi jamur merang (25% dan 50%) dan wortel (20%, 30%, 40%) dengan 6 taraf perlakuan 3 kali ulangan. Pelaksanaan penelitian sebagai berikut: mencuci jamur merang hingga bersih kemudian mengkukusnya untuk menghilangkan langu. Mencuci wortel dan memarutnya. Menimbang ikan tuna, jamur merang, wortel dan bumbubumbu sesuai perlakuan. Menghaluskan ikan tuna, jamur merang, wortel dan bumbu dengan blender. Menambahkan tepung tapioka dan menguleni adonan sambil menambahkan air es sedikit demi sedikit agar hingga adonan menjadi kalis. Mencetak adonan dengan bantuan sendok, kemudian memasukkan

adonan yang sudah terbentuk ke dalam air mendidih kurang lebih 10 menit. Menguji kandungan protein, betakaroten dan uji organoleptik. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bakso yang dibuat dalam penelitian ini akan diujikan melalui 3 tahapan yaitu: uji kadar protein, kadar betakaroten dan uji organoleptik. 1. Kadar Protein Tabel 1. Rata- rata Hasil Uji Protein Perlakuan Rata-rata kadar protein (g) Keterangan M 1 W 1 13,4* Jamur merang 25% dan wortel 20% M 1 W 2 15,3 Jamur merang 25% dan wortel 30% M 1 W 3 17,6 Jamur merang 25% dan wortel 40% M 2 W 1 18,4 Jamur merang 50% dan wortel 20% M 2 W 2 23,3 Jamur merang 50% dan wortel 30% M 2 W 3 24,3** Jamur merang 50% dan wortel 40% Keterangan *) kadar protein terendah **)kadar protein tertinggi Hasil uji kadar protein (Tabel1), menunjukkan kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan jamur merang 50% dan wortel 40% dengan kadar protein sebesar 24,3 g (M 2 W 3 ), sedangkan kadar protein terendah pada perlakuan jamur merang 25% dan wortel 20% (M 1 W 1 ) sebesar 13,4 g. Kadar protein pada bakso ikan tuna berasal dari komposisi pembuatan bakso, yaitu kandungan protein pada ikan tuna, jamur merang dan wortel. Dalam 100 g ikan tuna mengandung protein sebesar 22 g (Astawan, 2008), jamur merang dalam keadaan segar mengandung protein sebesar 3,8 g sedangkan wortel menurut Pitojo (2006) mengandung protein sebesar 1,2 g. Kadar protein pada setiap perlakuan berbeda dikarenakan komposisi jamur merang dan wortelnya berbeda selain itu protein mengalami denaturasi pada saat pemanasan (Purukan, 2013).

2. Kadar Betakaroten Tabel 2. Rata-rata Hasil Uji Betakaroten Perlakuan Rata-rata kadar betakaroten (µg) Keterangan M 1 W 1 236,9* Jamur merang 25% dan wortel 20% M 1 W 2 352,6 Jamur merang 25% dan wortel 30% M 1 W 3 454,3 Jamur merang 25% dan wortel 40% M 2 W 1 324,6 Jamur merang 50% dan wortel 20% M 2 W 2 369,6 Jamur merang 50% dan wortel 30% M 2 W 3 489,6** Jamur merang 50% dan wortel 40% Keterangan *) kadar betakaroten terendah **) kadar betakaroten tertinggi Hasil uji betakaroten (tabel 2), menunjukkan kadar betakaroten tertinggi pada perlakuan jamur merang 50% dan wortel 40% (M 2 W 3 ) dengan kadar betakaroten 489 µg, sedangkan kadar betakaroten terendah pada perlakuan jamur merang 25% dan wortel 20% (M 1 W 1 ) sebesar 236,9 µg. Hasil kadar betakaroten setiap perlakuan berbeda, hal ini disebabkan komposisi wortel pada setiap perlakuan berbeda. Menurut Pitojo (2006), dalam 100 g wortel mengandung vitamin A sebesar 12.000 SI. Betakaroten merupakan provitamin A ( Almatsier, 2004). Semakin banyak kandungan wortel maka semakin tinggi kadar betakarotennya, tetapi betakaroten dapat mengalami oksidasi. Sependapat dengan Subekti (1998) dalam Purukan (2013) bahwa vitamin A akan berkurang sebanyak 32 % jika direbus selama 10 menit pada suhu 92 0 C karena vitamin A sangat mudah teroksidasi dengan adanya proses pemanasan. 3. Uji Organoleptik Hasil uji organoleptik pada bakso ikan tuna ini dilihat dari warna, rasa, aroma, kekenyalan dan daya terima setiap perlakuan berbeda, hasil ini dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini. Secara garis besar uji organoleptik menunjukkan hasil memiliki warna coklat, rasa

gurih dan cukup gurih, aroma kurang khas ikan dan khas ikan, kekenyalan kenyal dan kurang kenyal dan panelis ada yang biasa, suka dan sangat suka terhadap bako ikan tuna. Hasil uji organoleptik kepada 20 panelis adalah sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Uji Organoleptik Perlakuan M 1 W 1 M 1 W 2 M 1 W 3 M 2 W 1 M 2 W 2 M 2 W 3 Penilaian Warna Rasa Aroma Kekenyalan Cukup gurih Khas ikan Kenyal Suka Gurih Khas ikan Kenyal Suka Daya Terima Gurih Khas ikan Kenyal Sangat suka Cukup gurih Gurih Gurih Kurang beraroma Khas ikan Khas ikan Kurang kenyal Kurang kenyal Kurang kenyal Suka Biasa Biasa Menurut Winarno (2002), warna merupakan parameter pertama yang menentukan tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk, selain itu warna dapat digunakan sebagai indikator kesegaran dan kematangan pada suatu makanan. Dari keenam perlakuan untuk warna menunjukkan hasil yang sama yaitu coklat. Bakso dengan perlakuan M 2 W 2 memiliki warna coklat dengan prosentase tertinggi. Rasa merupakan faktor kedua yang emnentukan cita rasa makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. Menurut Astawan (2004), terdapat tiga macam rasa baksop yang sangat menentukan penerimaan konsumen, yaitu kegurihan, keasinan dan rasa daging. Dari hasil uji organoleptik terdapat 2 hasil rasa yaitu gurih dan cukup gurih. Pada perlakuan M 1 W 2, M 1 W 3, M 2 W 2, M 2 W 3 memiliki rasa gurih, sedangkan M 1 W 1, M 2 W 1 memiliki rasa cukup gurih. Hal ini berbeda disebabkan oleh kadar air pada bakso. Bahan tambahan yang digunakan pada pembutan

bakso ini memiliki kadar air yang tidak sedikit, jamur merang memiliki kadar air 87,7 % per 100 g (Karjono, 1992), sedangkan wortel memiliki kadar air 88,20% per 100 g (Pitojo, 2006). Menurut Astuti (2006), aroma merupakan sensasi bau yang timbul karena rangsangan senyawa kimia. Dari hasil uji organoleptik, bakso ikan tunamemiliki dua varian aroma yaitu kurang beraroma dan beraroma. Pada perlakuan M 2 W 1 kurang beraroma dan perlakuan yang lainnya beraroma khas ikan. Kekenyalan merupakan bagian pembentuk tekstur yang diperhitungkan konsumen dalam menilai kesukaan dan penerimaan daging serta produknya (Purukan, 2013). Dari hasil uji organoleptik kekenyalan, bakso ikan tuna memiliki dua varian yaitu kurang kenyal dan kenyal. Pada perlakuan M 1 W 3 memiliki kekenyalan tertinggi sedangkan perlakuan M 2 W 2 memiliki kekenyalan terendah. Daya terima meliputi penilaian secara keseluruhan dari kriteria organoleptik yang meliputi warna, rasa, aroma dan keknyalan bakso ikan tuna. Dari hasil organoleptik menunjukkan bahwa perlakuan jamur merang 25% dan wortel 40% sangat disukai penelis. D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bakso ikan tuna yang mempunyai kadar protein dan betakaroten tertinggi pada perlakuan M 2 W 3 (penambahan jamur merang 50% dan wortel 40%) yaitu kadar protein 24,3 g dan kadar betakaroten 489,6 µg, sedangkan yang mempunyai kadar protein dan betakaroten terendah pada perlakuan M 1 W 1 (penambahan jamur merang 25% dan wortel 20%) yaitu kadar protein 13,4 g dan kadar betakaroten 236,9 µg.

2. Bakso dengan komposisi jamur merang 25% dan wortel 40% adalah bakso yang paling disukai oleh panelis. E. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat Ibu Dra. Titik Suryani, M.Sc, atas waktu dan tenaga yang diluangkan untuk membimbing, membantu dan memotivasi penulis sampai terselesaikannya skripsi ini. F. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. Astawan, Made. 2008. Sehat Dengan Hidangan Hewani. Jakarta: Penebar Swadaya.. 2004. Ikan Yang Sedap Dan Bergizi. Jakarta: Tiga Serangkai. Astuti, E. 2006. Nutrifikasi Tiwul Instan Dengan Tepung Telur (Kajian Dan Kadar Protein Dan Sifat Organoleptik. Tesis. UMS. Semarang. Khomsan, A.2007. Sehat Dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Pitojo, S. 2006. Benih Wortel. Jakarta: Kanisius. Purukan, Olivia Pricilia Merry. 2013. Pengaruh Penambahan Bubur Wortel (Daucus carrota) dan Tepung Tapioka Terhadap Sifat Fisikokimia dan Sensoris Bakso Ikan Gabus. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian. Sulawesi: Universitas Sam Ratulangi. Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.