Makalah Pendamping: Kimia Paralel E

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

LAMPIRAN. I. SKEMA KERJA 1. Pencucian Abu Layang Batubara

AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER. Warih Supriadi

SINTESIS ZSM-5 SECARA LANGSUNG DARI KAOLIN TANPA TEMPLAT ORGANIK: PENGARUH WAKTU KRISTALISASI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal

Hariadi Aziz E.K

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

Pengaruh Suhu Fusi Terhadap Pembentukan Zeolit A Dari Abu Layang Batubara Paiton: Kapasitas Penukar Kation (Ca 2+ )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph)

Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya

PENGARUH KARBON TERHADAP PEMBENTUKAN ZEOLIT DARI ABU DASAR DENGAN METODE HIDROTERMAL LANGSUNG

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL B KARAKTERISASI LIMBAH FLY ASH BATUBARA SEBAGAI MATERIAL KONVERSI ADSORBEN DAN UJI KETAHANAN PANAS STRUKTURPADATAN

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

Iis Siti Jahro*, Siska Winti Aprilla, Jihan Purnama. FMIPA, Unimed, Medan * ABSTRACT

Sintesis Zeolit 4A dari Fly Ash Sawit Dengan Variasi Waktu Pengadukan dan Waktu Pemanasan Gel

ESTERIFIKASI ASAM LEMAK BEBAS DALAM MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KATALIS H-ZSM-5 MESOPORI DENGAN VARIASI WAKTU AGING

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

3. Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

AMOBILISASI ION Pb 2+ OLEH GEOPOLIMER HASIL SINTESIS DARI ABU LAYANG PT. IPMOMI PROBOLINGGO

PENGARUH WAKTU DAN PERBANDINGAN Si/Al TERHADAP PEMBENTUKAN ZEOLIT A DARI ABU DASAR BEBAS KARBON DARI PLTU PT. IPMOMI DENGAN METODE HIDROTERMAL

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Studi Keberadaan Unsur Logam Ni, Pb, Cr dan Cd Pada Hasil Zeolitisasi Abu Terbang Dengan Larutan NaOH

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1

Oleh : Yanis Febri Lufiana NRP :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi sampel dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB IV PROSEDUR KERJA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

Oleh: Arifta Henda Kurniatullah Dosen Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc Arif Fadlan, M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH ABU DASAR BATUBARA SEBAGAI BAHAN DASAR SINTESIS ZEOLIT DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Cu (II)

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

4 Hasil dan pembahasan

Sintesis ZSM-5 dari Fly Ash Sawit dengan Variasi Waktu Sintesis dan Waktu Kalsinasi. Rafif Sauqi, Fajril Akbar, dan Yelmida

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

3 Metodologi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS ZEOLIT 4A DARI BAHAN DASAR ABU SABUT KELAPA SAWIT

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL

AKTIVASI DAN KARAKTERISASI FLY ASH SEBAGAI MATERIAL ADSORBEN LIMBAH TIMBAL

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E. Oleh: SUS INDRAYANAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

Sintesis Zeolit Dari Abu Layang Dengan Metode Hidrotermal dan Uji Adsorptivitas Terhadap Logam Timbal (Pb)

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

SINTESIS ZEOLIT A DAN KEMUNGKINAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI PENUKAR KATION Sriatun

Adsorpsi Logam Nikel dan Analisis Kristalinitas H-Faujasit dari Abu Layang Batubara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN METAKAOLINISASI TERHADAP SINTESA ZEOLIT 4A DARI KAOLIN

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

PENGARUH TEMPERATUR HIDROTERMAL TERHADAP KONDUKTIVITAS LISTRIK ZEOLIT SINTETIS DARI ABU DASAR BATUBARA DENGAN METODE ALKALI HIDROTERMAL

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Riset Jurusan Pendidikann Kimia UPI. Karakterisasi dengan

Sintesis Silika Gel dari Geothermal Sludge dengan Metode Caustic Digestion

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

266 KRISTALISASI ZEOLIT A MURNI DARI ABU LAYANG BATUBARA PAITON MENGGUNAKAN METODE FUSI ALKALI : PENGARUH WAKTU HIDROTERMAL Didik Prasetyoko, Saequ, Djoko Hartanto Jurusan Kimia, FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Email: didikp@chem.its.ac.id Abstrak Sintesis zeolit A murni dari abu layang batubara Paiton diamati dengan menggunakan variasi waktu kristalisasi yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5 jam pada temperatur 100 C. Besi oksida dikurangi dengan metode leaching menggunakan 5 M HCl. Metode fusi alkali dengan NaOH digunakan untuk mengekstrak Si dan Al dari abu layang batubara. Penambahan sumber Al untuk mengontrol rasio molar SiO 2/Al 2O 3=1,64. Hasil karakterisasi menggunakan teknik difraksi sinar-x dan spektroskopi FT-IR menunjukkan zeolit A tidak terbentuk pada waktu kristalisasi 1 jam. Zeolit A murni hanya terbentuk pada waktu kristalisasi 3 jam. Sedangkan pada waktu 2, 4, dan 5 jam terbentuk zeolit A dan terdapat zeolit jenis lain. Kristalinitas teringgi didapatkan pada waktu kristalisasi 3 jam dengan nilai calcium binding capacity (CBC) sebesar 349,06 meq/100g. Kata kunci: abu layang batu bara, fusi alkali, waktu kristalisasi, CBC zeolit-a 1. Pendahuluan Sejumlah besar abu layang dihasilkan dari pembakaran batubara di pembangkit listrik dan sekitar 500 juta ton abu layang pertahun dibuang di seluruh dunia. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Paiton mengkonsumsi batubara sebanyak 14.000 ton/hari. Limbah yang dihasilkan berupa abu layang dan abu dasar sebanyak 4.000 ton/hari. Abu layang bersifat pozzolanik setelah direaksikan dengan batu kapur, oleh karena itu sekitar 20 % abu layang digunakan dalam aplikasi yang berhubungan dengan bahanbahan bangunan. Namun abu layang yang masih belum dimanfaatkan menyebabkan ancaman terhadap lingkungan karena mempunyai struktur yang halus dan beracun. Oleh karena itu sangat diperlukan teknik yang lebih efektif untuk mengubah abu layang menjadi bahan yang lebih berharga (Wang dkk, 2007). Abu layang mengandung bahan amorf aluminosilikat, sehingga bisa digunakan untuk pembuatan zeolit, yang merupakan salah satu teknik yang sangat menjanjikan selama beberapa tahun terakhir (Wang dkk, 2007). Zeolit dapat dimanfaatkan untuk beragam kegunaan seperti katalis, absorben logam berat, sumber tukar kation, serta penyaring molekul berdasar perbedaan ukuran bentuk molekul (Smart dkk, 1993), dan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai builder detergen (Hui dkk, 2006). Banyak peneliti yang mensintesis berbagai jenis zeolit dari abu layang, seperti zeolit Na-P1, zeolit A, zeolit X, zeolit ZSM-5, dan lain-lain dengan menerapkan berbagai metode sintesis. Zeolit A dalam bentuk murni dengan kristalinitas yang tinggi dapat disintesis melalui perlakuan hidrotermal dari abu layang batubara. Rayalu (1999) mensintesis zeolit A dengan mencampur abu layang dengan NaOH (rasio 1:1.2) kemudian dilakukan reaksi fusi pada temperatur 500-600 C selama 1-2 jam. Reaksi hidrotermal atau kristalisasi dilakukan pada temperatur 90-110 C selama 2-4 jam. Sintesis zeolit A murni dengan kristalinitas yang tinggi dan waktu kristalisasi yang pendek merupakan parameter yang penting untuk aplikasi di industri. Pada rangkaian penelitian sebelumnya, Sudarno (2007) menerapkan pengaruh komposisi NaOH untuk mensistesis zeolit A murni dari abu layang batubara Paiton. Perbandingan NaOH/abu layang yang didapatkan adalah 1,4. Tri wahyuni dkk (2007) menerapkan perubahan temperatur selama reaksi fusi alkali dengan abu layang untuk mensistesis zeolit Na-A dari abu layang. Zeolit Na-A telah berhasil disintesis dari abu layang batubara Paiton melalui metode fusi alkali pada suhu 450 C dengan menggunakan NaOH sebagai pengaktivasi Si dan Al. Kristalisasi dilakukan pada suhu 100 C selama 3 jam. Lebih jauh lagi pengaruh waktu kristalisasi yang berbeda terhadap kristalinitas dan nilai calcium binding capacity (CBC) dari zeolit A pada sintesis zeolit A murni dari abu layang batubara Paiton belum dilaporkan. Pada paper ini mempelajari waktu kristalisasi yang optimum untuk mengkonversi abu layang batubara Paiton menjadi zeolit A murni dengan kristalinitas yang tinggi. 2. Eksperimen 2.1. Preparasi Sampel Sumber abu layang atau abu layang batubara diambil dari PLTU Paiton-Probolinggo (Abu layang batubara Paiton), abu layang batubara dipanaskan 105 o C dalam oven listrik selama 24 jam kemudian didinginkan dalam desikator. Abu layang dikarakterisasi menggunakan metode XRF untuk mengetahui komposisi kimianya dan

267 XRD untuk mengetahui fasa mineralnya. Abu layang ditambah 5 M HCl dengan perbandingan HCl dan abu layang (10:1 (L/S)) dalam gelas beker. Kemudian dipanaskan dalam penangas air pada temperatur 80 C selama 3 jam dan distirer konstan 300 rpm. Kemudian larutan disaring, dicuci dengan air distilasi dan yang terakhir dikeringkan pada temperatur 100 C untuk penggunaan selanjutnya. Abu layang batubara hasil perlakuan ditambah padatan NaOH dengan perbandingan massa NaOH dan abu layang (21:15 w/w atau 1,4) dan dimasukkan ke dalam stainlessteel krusibel hingga rata. Campuran dimasukkan furnace untuk dilakukan reaksi fusi pada temperatur 450ºC selama 2 jam. Produk fusi digerus dan kemudian ditambah dengan 127,5 ml air destilat. Campuran diaduk dengan magnetik stirer dalam botol polietilen selama 24 jam pada suhu kamar untuk mendapatkan Si dan Al terlarut. Campuran difiltrasi dan diambil filtratnya sebagai larutan sumber Si dan Al. Filtrat diambil sebagian untuk dianalisa konsentrasi Si, Al dan Na terlarutnya. Gel dipreparasi dari pencampuran 100 ml filtrat yang sudah diketahui konsentrasi Si, Al, dan Na nya dengan larutan NaAlO2-NaOH sebagai sumber Al tambahan. Larutan NaAlO2-NaOH dibuat dari NaAlO2 dengan 22.5ml larutan NaOH 1,67 M dengan pengadukan selama 15 menit. Komposisi Penambahan NaAlO2-NaOH disesuaikan komposisi rasio SiO2/Al2O3 = 1,64. Pencampuran filtrat dengan larutan NaAl2O-NaOH dilakukan dengan pengadukan selama 30 menit hingga didapatkan gel homogen. Gel dimasukkan dalam autoklaf stainless steel untuk reaksi hidrotermal pada temperatur 100 C selama waktu yang telah ditentukan. Padatan hasil kristalisasi dipisahkan dari filtratnya, dicuci dengan aquademin sampai ph 10-11 dan dikeringkan pada suhu 95 C selama 24 jam kemudian ditimbang. 2.2. Karakterisasi Identifikasi kristalinitas padatan dilakukan dengan metode difraksi sinar-x dengan radiasi CuK pada panjang gelombang = 1,541 Å, voltase 40 kv, dan arus 30 ma dengan rentang sudut 2= 5 50º. Spektra IR produk diukur dengan teknik pelet KBr menggunakan spektrofotometer inframerah pada bilangan gelombang 400-1400 cm -1. Kapasitas Pengikatan Kalsium (CBC) dilakukan menurut metode Rayalu dkk., (2001). Larutan Ca awal dibuat dengan melarutkan 0,67 gram CaCl2.2H2O dan 0,04 gram NaOH dengan aquades. Campuran diencerkan sampai volume 1 liter sehingga didapatkan larutan Ca awal dengan ph 11. Padatan (zeolit) ditimbang 0,25 gram dan dimasukkan dalam 250 ml Larutan Ca lalu diaduk dengan pengaduk magnetik (300rpm) selama 15 menit. Campuran disaring menggunakan kertas saring Wathman. Larutan awal dan filtrat dianalisa konsentrasi Ca 2+ nya menggunakan metode ICP Spectrometry untuk mengetahui nilai CBC nya. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Proses Fusi Alkali Penelitian ini menggunakan metode fusi alkali dengan natrium hidroksida sebagai aktivatornya. Metode fusi alkali merupakan metode konvensional yang digunakan untuk mengekstrak silikon dan aluminium dari suatu material. Data hasil analisa Difraksi sinar-x (Gambar 1) menunjukkan bahwa puncak kuarsa dan mulit pada abu layang batubara hilang dan muncul puncak-puncak baru, hal ini menandakan bahwa kuarsa dan mulit bereaksi dengan sodium hidroksida membentuk sodium silikat (Na 2 Si 4 O9) (4= No.PDF16-0818), sodium silikat (Na 2 SiO 3 ) (4*=No.PDF 38-0020), sodium aluminosilikat (5=No.PDF 33-1204) dan sodium aluminosilikat (NaAlSiO 4 ) (5*=No.PDF 37-0072) dengan sistem orthorombik. Produk fusi yang didapatkan berupa padatan berwarna kehijauan yang menunjukkan masih adanya komponen besi dalam produk fusi. Gambar 1. Hasil analisa Difraksi sinar-x (A) abu layang awal, (B) abu layang hasil leaching, (C) produk fusid 3.2 Pelarutan Si dan Al dari Produk Fusi

268 Produk fusi yang telah didapatkan selanjutnya diperam (aging) untuk melarutkan sodium silikat dan sodium aluminat yang berada pada produk fusi. Proses yang terjadi adalah sebagai berikut : Na 2 SiO 3 (s) + H 2 O (l) Na 2 SiO 3 (aq) Na 2 AlO 2 (s) + H 2 O (l) Na 2 Al(OH) 4 (aq) Aluminosilikat amorf tetap berada pada padatan abu layang batubara (abu layang desilicated) sedangkan ion aluminat dan ion silikat berada pada larutan alkali. Oleh karena itu untuk mengekstraksi aluminosilikat amorf dilakukan aktivasi dengan larutan sodium hidroksida (NaOH). Campuran yang didapatkan difiltrasi. Filtrat yang didapatkan kemudian dianalisa menggunakan ICP-Spectrometer, dan diketahui bahwa konsentrasi komponenkomponen dalam filtrat, diantaranya SiO 2 (16232 ppm atau 0.027 mol), Al 2 O 3 (2664 ppm atau 0.003 mol), dan Na 2 O (119557 ppm atau 0.193 mol). Pada penelitian ini rasio molar SiO 2 /Al 2 O 3 yang digunakan untuk sintesis zeolit sebesar 1,64. Data hasil ICP- Spectrometer menunjukkan bahwa rasio molar SiO 2 /Al 2 O 3 dari filtrat yang dihasilkan sebesar 10,38. Oleh karena itu dibutuhkan sumber Al tambahan untuk mengontrol rasio molar SiO 2 /Al 2 O 3 menjadi 1,64. 3.3 Sintesis Zeolit A dari Abu Layang Batubara 3.3.1 Proses Sintesis Zeolit A Filtrat yang dihasilkan dari pelarutan produk fusi selanjutnya digunakan untuk sintesis zeolit A. NaAlO 2 -NaOH adalah senyawa yang digunakan untuk penambahan sejumlah mol aluminium, yang dibuat melalui reaksi : NaAlO 2(aq) + NaOH (aq) NaAlO 2 -NaOH (aq) Filtrat yang dihasilkan dari pelarutan produk fusi ditambahkan kedalam larutan NaAlO 2 - NaOH kemudian distirer selama 15 menit. Gel yang telah didapatkan selanjutnya dikristalisasi dengan metode hidrotermal pada temperatur 100 C selama 1, 2, 3, 4, dan 5 jam. Pemilihan temperatur hidrotermal pada 100 C merujuk pada Wang dkk., (2008) yang juga menjelaskan bahwa jika kristalisasi dilakukan pada temperatur diatas 100 C maka zeolit yang tebentuk memiliki jumlah silika yang lebih banyak. Zeolit yang mengandung silika dalam jumlah yang besar maka mempunyai muatan negatif yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan zeolit yang memiliki jumlah Al lebih banyak, sehingga ion Na + berjumlah sedikit. Jika demikian maka kemampuan zeolit tersebut sebagai penukar kation akan semakin rendah. Proses Kristalisasi dapat ditunjukkan sebagai berikut: NaOH (aq) + NaAl(OH) 4 (aq) + NaSiO 3 (aq) suhu kamar (Ojha dkk, 2004). [Na x (AlO 2 ) x (SiO 2 ) x.naoh.h 2 O] Na p [(Al 2 O) p (SiO 2 ) q ].h H 2 O (kristal dalam suspensi) Komposisi Molar Gel padatan: Na 2 O : SiO 2 : Al 2 O 3 : H 2 O 0.2311 0.027 0.0164 12.361 Anion silikat (SiO 4 ) bereaksi cepat dengan - prekursor Al(OH) 4 membentuk senyawa aluminosilikat. Dalam larutan alkali, aluminium memberi muatan negatif [Al(OH) 4 ] tetrahedral, struktur yang lain bergabung dengannya membentuk kerangka zeolit selama perlakuan hidrotermal (Ojha, dkk, 2004). Gel hasil kristalisasi selanjutnya difiltrasi. Padatan yang didapatkan selanjutnya ditimbang. Semakin lama waktu yang digunakan, jumlah padatan yang dihasilkan juga bertambah. Tetapi setelah 3 jam, jumlah padatan menurun. 3.3.2 Pengaruh Waktu Kristalisasi dalam Sintesis Zeolit A Pembentukan struktur zeolit A bisa dijelaskan dari kinetika kristalisasinya yang dipengaruhi oleh rasio molar komposisi gel awal (misalnya rasio molar SiO2/Al2O3 dan Na2O/H2O). Hui dan Chao menemukan bahwa sintesis zeolit A bergantung pada temperature sintesis, waktu kristalisasi, rasio molar komposisi gel awal. Gambar 2 menunjukkan hasil analisa padatan menggunakan teknik difraksi sianr-x. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa puncak-puncak difraksi padatan hasil sintesis identik dengan puncak difraksi zeolit A standar pada data PDF nomor 39-0222. Sehingga hasil analisa tersebut membuktikan bahwa zeolit A berhasil disintesis dari abu layang batubara Paiton dengan rasio SiO2/Al2O3=1,64. Pada Gambar 2 dapat diketahui pengaruh waktu kristalisasi terhadap produk zeolit A. Terlihat bahwa produk 1 jam tidak terbentuk zeolit A. Pada waktu 2 jam kristal zeolit A sudah terbentuk tetapi muncul puncak yang lain yaitu hidroksi sodalit (HS). Pada waktu kristalisasi 4 jam muncul dua

269 puncak selain zeolit A yang mana kedua puncak tersebut menunjukkan puncak dari hidroksi sodalit (HS). Pada waktu kristalisasi 5 jam, hasil menunjukkan puncak baru yaitu puncak zeolit X selain HS dan produk utama zeolit A. Tetapi zeolit A murni tanpa pembentukan zeolit jenis lain hanya didapatkan pada waktu kristalisasi 3 jam. Gambar 2. Pola difraktogram sinar-x pada waktu hidrotermal 1, 2, 3, 4, dan 5 jam. 3.3.3 Hasil Spektroskopi Inframerah (FT-IR) Karakterisasi dengan FT-IR bertujuan untuk mengetahui gugus-gugus dari struktur dari padatan yang terbentuk. Pada penelitian ini struktur padatan diamati pada daerah 400-1400 cm -1 (daerah pertengahan IR) karena puncak-puncak spesifik zeolit A teramati pada range tersebut. Analisa dilakukan dengan metode pellet menggunakan KBr. Gambar 3 menunjukkan spektra IR dari produk yang dihasilkan pada masing-masing waktu kristali- sasi. Spektra IR yang terbentuk pada produk terdiri dari empat pita serapan utama yaitu 1005-1008, 657-656, 552-559, 465-468 cm -1. Pita serapan pada 1005, 1007, 1008 cm -1 merupakan vibrasi ulur asimetri (Si-O-Al) tetrahedra internal TO4, 656 dan 657 cm -1 merupakan vibrasi ulur simetri, 455, 458, 465 cm -1 merupakan bending (Si-O-Si) atau (O-Si- O). Pita serapan pada 552, 557, 558, dan 559 cm -1 merupakan cincin ganda empat anggota (D4R). Puncak-puncak pita serapan tersebut sesuai dengan pita serapan pada zeolit A yang dilaporkan oleh Tanaka dkk, (2006) 3.3.4 Uji Kapasitas Pengikat Kalsium (CBC) Zeolit A mempunyai kemampuan untuk menukar ion Na + dengan ion Ca 2+ dalam air sehingga dapat diaplikasikan sebagai builder detergent (Chandrasekhar dkk, 2007). Untuk megetahui nilai tukarnya maka dilakukan uji CBC. Pada penelitian ini metode penentuan CBC mengacu pada metode penelitian yang telah dilakukan oleh Rayalu dkk.,(2001). Zeolit A di tambahkan ke dalam larutan Ca kemudian dilakukan pengadukan selama 15 menit untuk mencampur larutan Ca dengan zeolit A sehingga proses pertukaran ion antara Ca 2+ dengan Na + dapat terjadi secara maksimal. Hasil penentuan nilai CBC pada masing-masing zeolit A ditunjukkan pada Tabel 1. Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai kristalinitas zeolit A maka nilai CBC juga semakin tinggi. Kristalinitas tertinggi didapatkan pada waktu hidrotermal 3 jam dengan nilai CBC sebesar 349,06 meq/100 g. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Zeolit A murni didapatkan pada waktu 3 jam. Kristalinitas tertinggi didapatkan pada saat 3 jam dengan nilai CBC 349,06 meq/100g. Sehingga waktu kristalisasi yang paling optimum untuk sintesis zeolit A murni dari abu layang batubara paiton yaitu 3 jam. Tabel 1. Kristalinitas zeolit A dan Kapasitas Tukar Kationnya (CBC) Waktu Intensitas Kristalinit Nilai CBC 2 kristalisasi (cps) as (%) (meq/100g) 1 jam 30,13 182 9 253,83 2 jam 29,97 1804 85 345,25 3 jam 29,96 2127 100 349,06 4 jam 29,99 1430 67 335,01 5 jam 29,96 843 40 263,37

270 Gambar 3. Spektra FT-IR hasil sintesis (A) 1, B) 2, (C) 3, (D) 4, (E) 5 jam Daftar Pustaka Hui, K. S., Chao, C. Y. H. 2006. Journal of Hazardous Material B. 137, 401-409. Rayalu, S.S., Udhoji, D. S., Meshram, S. U., Naidu, R. R., Devota, S. 1999. National Env Eng Res Institut, Nagpur, India. Sudarno, Wahyuni, T. dan Prasetyoko, D. 2008. Seminar nasional kimia. Surabaya. Tanaka, H*., Sakai, Y., Hino, R. 2002. Departement of Material Science, 1873-1884. Wahyuni T. dan Prasetyoko. 2009. Seminar fundamental teknik kimia, Surabaya. Wang, C, F, Li, J, S, Wang, L, J, Sun, X, Y. 2007. Journal of Hazardous Materials. 58 64 TANYA JAWAB Penanya : Eko Sulistyono (LIPI) Pertanyaan : 1). Mengapa dengan NaOH, Bagaimana dengan KOH, Na2CO3? 2). Pemanfaatan sudah dicoba? Jawaban : 1). Pernah dicoba beberapa, pakai KOH bisa. Na2CO3 suhunya tinggi (fisisnya). 2). Aplikasi belum. Lumayan 300-400 Paten Zeolit A