: Adi Handoko dan Ayu Sholihah : Psikologi Anak Luar Biasa ANAK TUNAGRAHITA A. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORITIS Kesejahteraan Psikologis (Psycological Well Being) Pengertian Kesejahteraan Psikologis

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

2014 PEMBELAJARAN SENI GRAFIS TEKNIK SABLON UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB ASYIFA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Agustiana, 2013

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak terjadi mulai aspek sosial, emosional, dan intelektual. Salah satu aspek

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

BIMBINGA G N N P ADA S ISWA W DENGAN HAMBATA T N

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. abad kedua puluh satu ini. Dimana didalamnya sarat dengan kompetisi. yang pemenangnya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA

MENGENAL ANAK TUNAGRAHITA. anak yang biasa-biasa saja, bahkan ada anak yang cepat. Yang menjadi persoalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ingatan adalah salah satu bagian dalam kognisi. Kata ingatan merupakan

BAKAT & INTELEGENSI. 2 Kemampuan Mental. Individual Differences

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian

ARTIKEL ILMIAH DESKRIPSI PROSES RECALL SISWA TUNAGRAHITA RINGAN PADA MATERI TABUNG DI KELAS IX (INKLUSI) SMP N 6 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam Taylor 2009). Menurut Croker, Kowalski, dan Graham dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pusti Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pribadi yang dialami peneliti, ketika peneliti

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Tinjauan tentang tunagrahita ringan

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling. akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TES INTELIGENSI DARI WECHSLER (David Wechsler, pimpinan ahli psikologi RS Bellevue, New York)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN

BAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN

2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua

Tunagrahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Subaverage),

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

2015 PERSEPSI SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP KEMAMPUAN TUNAGRAHITA

ANAK TUNAGRAHITA DAN PENDIDIKANNYA

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. mentally defective, mentally handicapped, mental subnormality,

BAB II KAJIAN TEORI. dialami oleh siswa sebagai peserta didik, untuk menentukan berhasil atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memiliki anak sehat, sempurna lahir dan batin adalah harapan semua

EMOSI DAN SUASANA HATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Institusi pendidikan sangat berperan penting bagi proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. oleh peserta didik atau murid. Sedangkan menurut Corey sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Zuhairi Saputra, 2014

Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

BAB II MEDIA TABEL BILANGAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DASAR PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN. a. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

1. DEFINISI MURID TUNA CAKAP BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting, tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan dididik agar ia. menjadi manusia yang berguna. Secara umum anak mempunyai hak dan

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada arti yang sama yaitu mereka yang kecerdasannya dibawah rata-rata

BAB I PENDAHULUAN Desi Nurdianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu

Transkripsi:

Nama Mata Kuliah : Adi Handoko dan Ayu Sholihah : Psikologi Anak Luar Biasa ANAK TUNAGRAHITA A. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA Sebutan anak yang mengalami keterbatasan integrasi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial adalah Tungrahita terkebelakang mental atau istilah asingnya disebut : Mental retardation Mental Defective Mental Deficiency Mental retarded, dan lain-lain Anak tunagrahita membutuhkan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuannya. Dalam pendidikannya Alfred Binet melontarkan ide baru untuk meneliti anak tunagrahita yang disebut Mental Level dan kemudian menjadi Mental Age. Mental Age adalah kemampuan mental yang dimiliki seorang anak pada usia tertentu (Cronology Age). Anak Tunagrahita atau terkebalakang mental maka MA lebih rendah daripada umurnya (Cronology Age) atau CA. MA dipandang juga sebagai indeks dari perkembangan kognitif seorang anak. Dalam perkembangannya seorang anak Tunagrahita dibandingkan anak normal terlihat lebih jelas. Definisi anak tungrahita yang dikembangkan oleh AAMD (Americaan Associatioan of Mental Deficiency) pendapat dari Kaufmann dan Hallaban, 1986 sebagai berikut : Keterbelakangan mental menunjukan fungsi intelektual dibawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku terjadi pada masa perkembangan. Penyesuaianmaksudnya bagaimana anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak tunagrahita perkembangannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa karakteristik tunagrahita yang dapat kita pelajari :

1. Keterbatasan Intelegensi Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam hal : mempelajari informasi, kekurangan dalam keterampilan-keterampilan menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi kehidupan baru, kekurangan dalam belajar dari pengalaman masa lalu, kekurangan dalam berfikir abtrak seperti belajar berhitung, kekurangan dalam berkreasi, menilai secara kritis, kekurangan dalam menghindari kesalahan-kesalahan, kekurangan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan, tidak ada kemampuan untuk merencanakan masa depan. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo. 2. Keterbatasan Sosial Anak Tunagrahita memiliki kesulitan dalam megurus diri sendiri dalam masyarakat, mereka memerlukan bantuan. Bahkan mereka cenderung bermain dengan anak yang lebih muda usianya. Anak tunagrahita tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. 3. Keterbatasan Fungsi Mental Lainnya. Anak tunagrahita hanya membutuhkan kata-kata yang konkrit yang sering didengarnya, karena kurang berfungsinya pusat pengolahan. (perbendaharaan kata.) B. KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA Berdasarkan taraf intelegensinya anak tunagrahita dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) keterbelakangan, yaitu : ringan, sedang, berat. 1. Tunagrahita Ringan (moron atau debil) IQ 65-52 menurut Binet, menurut skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Dengan bimbingan yang baik, masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana, dan pada saatnya akan memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri, misalnya sebagai pekerja laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan sebagai pekerja pabrik dengan sedikit pengawasan. 2. Tunagrahita Sedang (imbesil) IQ 51-36 menurut skala Binet, 54-40 menurut skala Weschler. Tunagahita sedang bisa mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Anak Imbesil ini dapat doiajari membaca, menulis, dan berhitung. Anak tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan terus menerus. Mereka juga masih dapat bekerja ditempat kerja terlindung. (shelter workshop). 3. Tunagrahita Berat (idiot) atau severe. Menurut skala Binet IQ anak Tunagrahita berat hanya mencapai 32-30 sedangkan menurut skala Weschler antara 39-25. Di bawah idiot ada tunagrahita sangat berat disebut Profoind, IQ nya di bawah 24, dan MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari umur tiga tahun. Anak tunagrahita berat seluruh aktivitas hidupnya memerlukan bantuan.

Level IQ Keterbelakangan Stanford Binet Skala Weschler Ringan 68-52 69-55 Sedang 51-36 54-40 Berat 32-90 39-25 Sangat berat >19 > 24 C. PERKEMBANGAN FISIK ANAK TUNAGRAHITA Anak yang hampir sama dalam perkembangan anak tunagrhita dengan anak normal yaitu fungsi perkembangan jasmani dan motorik, walaupun perkembangannya tidak secepat perkembangan normal. Anak normal dapat belajar keterampilan gerak-gerak fundamental secara instinktik pada saat beramain, di antaranya : 1. Locomotor Skill 2. Object Control 3. Rhytmic Skill Bagi anak tunagrahita untuk melakukan gerak-gerak fundamental harus dilatih secara khusus, karena itu pentingnya bagi guru untuk mempropagandakan latihan-latihan gerak fundamental dalam pendidikan anak tunagrahita. D. PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK TUNAGRAHITA Supepes (1974) menjelaskan bahasa kognisi merupakan bidang yang luas meliputi semua keterampilan akademik meliputi wilayah persepsi. Mesaan, Conger, dan Kagan (1974) menjelaskan bahwa kognisi terdiri dari : 1. Persepsi 2. Memori 3. Pemunculan Ide-ide 4. Evaluasi 5. Penalaran Proses itu meliputi : skema, gambaran, simbol, konsep dan kaidah-kaidah. Kognisi meliputi proses di mana pengetahuan itu diperolaeh, disimpan dan dimanfaatkan. Anak normal memiliki kaidah dan strategi dalam memecahkan masalah, sedangkan anak tunagrahita bersifat trial dan error. Anak tunagrahita membutuhkan waktu lebih lama dibanding anak normal dalam kecepatan menjawab soal. Penelitian mengenai Verbal Recall tidak efesien dalam meproses recall (Suhaery, HN, 1984).

E. PERKEMBANGAN BAHASA ANAK TUNAGRAHITA Bahasa didefinisikan oleh Mykle (1965) sebagai perilaku simbolik mencakup kemampuan mengikhtisarkan, mengiatkan kata-kata dengan arti, dan menggunakannya sebagai simbol untuk berfikir dan mengekspresikan ide, maskud dan perasaan. Myklebust (1960) mengemukakan lima tahapan abstraksi; sensori persepsi, perumpamaan, simbolisasi, dan konseptualisasi. Anak tunagrahita perkembangannya mengenai hal ini lemah. Anak normal mengalami perkembangan sebagai berikut : Visual receptive languange reading Auditory expressive languange speaking Auditory receptive languange Comprehending spoken word Inner languange Auditory Symbol and Experience Expeience 1. Inner Languange Inner languange adalaah aspek bahasa yang pertama berkembang, muncul mulai umur 6 bulan. Karakteristik perilaku yang dari mulai pembentukan konsep-konsep sederhana; sampai pada puncaknya dapat bermain dengan mainan dalam situasi yang bermakna. Contohnya menyusun perabot di dalam bermain rumah-rumahan. Bentuk yang lebih kompleks lagi adalah mentransformasikan pengalaman dalam bentuk simbol bahasa. Bagi anak tunagrahita mengenai Inner languangenya berkembang lambat.

2. Receptive languange Anak normal umur 6 bulan mulai mengerti sedikit demi sedikit tentang apa yang dikatakan orang lain kepadanya, mulai merespon, mulai sedikit mengerti perintah. Umur 4 tahun menguasai kemahiran mendengar dan setelah itu proses penerimaan (receptive proses) memberikan perluasan kepada sistem bahasa verbal. Anak tunagrahita leih lambat. 3. Expressive Languange Menurut myklebust expressive languange perkembangan bahasa anak tunagrahita mengalami hambatan, dalam hal ini dikarenakan perkembangan kognisi anak tunagrahita mengalami hambatan. Anak tunagrahita mengalami gangguan artikulasi, kualitas siara dan ritme anak normal dan anak tunagrahita yang memuiliki MA yang sama maka anak tunagrahita akan memperlihatkan level yang sama dalam perkembangan morfologi, tetapi dengan CA sama, anak tunagrahita memiliki tahap lebih rendah morfoginya. Dalam penelitian Endan Rochyadi (1983) membuktikan bahwa MA berkorelasi dengan kemampuan tata bahasa (sintaksis), sedangkan CA berkorelasi dengan perbendaharaan kata. Ini berarti sintaksis memerlukan kemampuan kecerdasan yang baik. Anak tunagrahita lebih lambat perkembangan semantiknya daripada anak normal. Termasuk perkembangan vocabulary (kosa kata) lebih lambat ketibang anak normal (dalam kata permenit). F. EMOSI, PENYESUAIAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN ANAK TUNAGRAHITA Perkembangan Dorongan (Drive) dan emosi berkaitan dengan derajat keterampilan seorang anak. Anak tunagrahita berat tidak dapat menunjukkan dorongan pemeliharaan dirinya sendiri. Anak tunagrahita sedang, dorongan berkembang lebih baik tetapi kehidupan emosinya terbatas pada emosi-emosi sederhana. Pada anak keterbelakang ringan, kehidupan emosinya tidak jauh berbeda dengan anak normal. Dapat memperlihatkan kesedihan tetapi sukar untuk menggambarkan suasana terharu, bisa mengekspresikan kegembiraan tetapi sulit mengungkapkan kekaguman. Pengalaman-pengalaman pada masa anak-anak dalam pnyesuaian diri sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian. Dari hasil penelitan oleh Mc Iver dengan menggunakan Children s Personality Questionare anaj tunagrahita memiliki kekurangan. Bagi tunagrahita pria kekurangannya tidak matangnya emosi, defresi, bersikap dingin, penyendiri, tidak dapat dipercaya, impulsif (menurut kata hati), lancang dan merusak. Bagi tunagrahita wanita di antaranya ; mudah dipengaruhi, kurang tabah, ceroboh, kurang dapat menahan diri, dan cenderung melanggar ketentuan. Anak tungrahita bisa mencintai, bergembira, simpatik dan yang bersifat negatif bisa tekat, giris, marah dan benci. Dalam penelitian Zigler (1961) ana tunagrahita banyak bergantung pada orang lain. Dan kurang terpengaruh oleh bantuan sosial. Anak tunagrahita jarang diterima, bahkan sering ditolak oleh kelompok, serta jarang menyadari posisi diri dalam kelompok.

G. DAMPAK KETUNAGRAHITAAN Orang yang paling banyak menanggung beban akibat tunagrahita adalah orang tua dan kelurga anak tersebut, sehingga merupakan psikiatri keluarga. Saat yang kritis adalah ketika keluarga itu pertama kali menyadari bahwa anak mereka normal seperti anak lainnya. Jika anak terlihat ada gejala fisikk (misalnya mongol) segera dapat diketahui, tetapi yang mengagetkan orang tua adalah letunagrahitaan anak baru diketahui dari hasil pemeriksaan, karena tidak ada gejalagejala fisik. Dianjurkan bagi orang tua yang kaget dan menolak keberadaan anaknya agar sejak awal orang tua diperkenalkan dengan orang tua lain yang mempunyai anak cacat juga, agar merasa tidak sendirian.reaksi orang tua berbeda-beda dalam menghadapi anaknya yang cacat, tergantung apakah kecacatannya segera diketahui atau terlambat diketahui, dan derajat ketunagrahitaannya jelas terlihat orang lain atau tidak. Perasaan orang tua berbeda-beda, juga tingkah lakunya, di antaranya : 1. Perasaan melindungi anak secara berlebihan 2. Ada persaan bersalah melahirkan anak berkelainan 3. Kehilangan kepercayaan anak mempunyai anak yang normal 4. Melakukan konsiltasi untuk mendapat berita-berita yang lebih baik. 5. Orang tua merasa berdosa sampai mengalami defresi. 6. Orang tua bingung dan malu menarik diri dari pergaulan, penyendiri. Saat-saat kritis terjadi pada orang tua ketika : Pertama kali mengetahui anaknya cacad Memasuki usia sekolah Meninggalkan sekolah Orang tua bertambah tua, tak mampu lagi memelihara anak yang cacat Masyarakat awam kadang-kadang, pandangannya terhadap anak tunagrahita tidak berbeda dengan orang gila. Anak tunagrahita baik juga dipisahkan di tempat-tempat penampungan, tetapi dapat pula mengakibatkan ketegangan orang tua, terlebih bagi ibu yang sudah terlalu menyanyangi anak-anaknya.