Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

dokumen-dokumen yang mirip
Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

SNI Standar Nasional Indonesia

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORBEN CANGKANG GONGGONG

Air dan air limbah Bagian 79: Cara uji nitrat (NO 3 -N) dengan spektrofotometer UV-visibel secara reduksi kadmium

Air dan air limbah Bagian 26 : Cara uji kadar padatan total secara gravimetri

SNI Standar Nasional Indonesia

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan. Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur.

Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Pupuk dolomit SNI

Pupuk kalium sulfat SNI

Pupuk amonium sulfat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

Pupuk SP-36 SNI

BAB III METODE PENELITIAN

Pupuk amonium klorida

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

Pupuk fosfat alam untuk pertanian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

BAB III METODE PENELITIAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Gambir. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

BAB III BAHAN DAN METODE

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma

Pupuk tripel super fosfat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

Cara uji kimia Bagian 5: Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan

Tabel 1. Metode pengujian logam dalam air dan air limbah NO PARAMETER UJI METODE SNI SNI

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. telah tercemar logam merkuri oleh limbah pertambangan emas tradisional.

Pupuk super fosfat tunggal

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

SNI Standar Nasional Indonesia

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

Pupuk kalium klorida

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Cara uji... 2 4 Pengendalian mutu... 5 5 Presisi dan bias... 6 6 Rekomendasi... 6 Lampiran A (normatif) Pelaporan... 7 Bibliografi... 8 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) ini merupakan hasil revisi dari SNI 06-6989.4-2004, Air dan air limbah - Bagian 4: Cara uji besi (Fe) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)- nyala. SNI ini menggunakan referensi dari metode standar internasional yaitu Standard Methods for the Examination Of Water and Wastewater 21 th Edition, editor L.S.Clesceri, A.E.Greenberg, A.D.Eaton, APHA, AWWA and WPCF, Washington DC (2005), 3113B. Electrothermal Atomic Absorption Spectrofotometric Method. SNI ini telah melalui uji coba di laboratorium pengujian dalam rangka validasi dan verifikasi metode serta dikonsensuskan oleh Subpanitia Teknis 13-03-S1, Kualitas Air dari Panitia Teknis 13-03, Kualitas Lingkungan dan Manajemen Lingkungan dengan para pihak terkait. SNI ini telah disepakati dan disetujui dalam rapat konsensus dengan peserta rapat yang mewakili produsen, konsumen, ilmuwan, instansi teknis dan pemerintah terkait pada tanggal 11 September 2007 di Serpong. Selanjutnya SNI ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 11 Juni 2008 sampai dengan 11 Agustus 2008. Kemudian SNI ini telah melalui tahap pemungutan suara pada tanggal 18 Maret 2009 sampai dengan 18 Juni 2009, dengan hasil akhir RASNI. Dengan ditetapkannya SNI ini maka penerapan SNI 06-6989.4-2004 dinyatakan tidak berlaku lagi. Pemakai SNI agar dapat meneliti validasi SNI yang terkait dengan metode ini, sehingga dapat selalu menggunakan SNI edisi terakhir. ii

1 Ruang lingkup Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala Metode ini digunakan untuk penentuan logam besi (Fe) total dan terlarut dalam air dan air limbah secara spektrofotometri serapan atom-nyala (SSA) pada kisaran kadar Fe 0,3 mg/l sampai dengan 10 mg/l dengan panjang gelombang 248,3 nm. 2 Istilah dan definisi 2.1 air bebas mineral air yang diperoleh dengan cara penyulingan ataupun proses demineralisasi sehingga diperoleh air dengan konduktifitas lebih kecil dari 2 μs/cm 2.2 besi terlarut besi dalam air yang dapat lolos melalui saringan membran berpori 0,45 μm 2.3 besi total besi yang terlarut dan tersuspensi dalam air setelah dilakukan proses pemanasan dengan asam kuat 2.4 blind sample larutan dengan kadar analit tertentu yang diperlakukan seperti contoh uji 2.5 kurva kalibrasi grafik yang menyatakan hubungan kadar larutan kerja dengan hasil pembacaan serapan yang merupakan garis lurus 2.6 larutan induk logam besi (Fe) larutan yang mempunyai kadar logam besi 100 mg Fe/L yang digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah 2.6 larutan baku logam besi (Fe) larutan induk logam besi yang diencerkan dengan air bebas mineral sampai kadar tertentu 2.7 larutan kerja logam besi (Fe) larutan baku logam besi yang diencerkan, digunakan untuk membuat kurva kalibrasi 2.8 larutan blanko air bebas mineral yang diasamkan atau perlakuannya sama dengan contoh uji 1 dari 7

2.9 larutan pengencer larutan yang digunakan untuk mengencerkan larutan kerja, yang dibuat dengan cara menambahkan asam nitrat pekat ke dalam air bebas mineral hingga ph 2 2.10 larutan pencuci larutan yang digunakan untuk mencuci semua peralatan gelas dan plastik 2.11 matrix modifier bahan yang digunakan untuk mengurangi gangguan matriks contoh uji 2.12 spike matrix contoh uji yang diperkaya dengan larutan baku dengan kadar tertentu 3 Cara uji 3.1 Prinsip Analit logam besi dalam nyala udara asetilen diubah menjadi bentuk atomnya, menyerap energi radiasi elektromagnetik yang berasal dari lampu katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit. 3.2 Bahan a) air bebas mineral; b) asam nitrat (HNO 3 ) pekat p.a; c) larutan standar logam besi (Fe); d) gas asetilen (C 2 H 2 ) HP dengan tekanan minimum 100 psi; e) larutan pengencer HNO 3 0,05 M; Larutkan 3,5 ml HNO 3 pekat ke dalam 1000 ml air bebas mineral dalam gelas piala. f) larutan pencuci HNO 3 5% (v/v). Tambahkan 50 ml asam nitrat pekat ke dalam 800 ml air bebas mineral dalam gelas piala 1000 ml, lalu tambahkan air bebas mineral hingga 1000 ml dan homogenkan. g) Larutan kalsium Larutkan 630 mg kalsium karbonat (CaCO 3 ) dalam 50 ml HCl (1+5). Bila perlu larutan dididihkan untuk menyempurnakan larutan. Dinginkan dan encerkan dengan air bebas mineral hingga 1 liter. h) udara tekan. 3.3 Peralatan a) Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala b) lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp, HCL) besi; c) gelas piala 100 ml dan 250 ml; d) pipet volumetrik 10,0 ml dan 50,0 ml; e) labu ukur 50,0 ml; 100,0 dan 1000,0 ml; f) Erlenmeyer 100 ml; g) corong gelas; h) kaca arloji i) pemanas listrik; j) seperangkat alat saring vakum; 2 dari 8

k) saringan membran dengan ukuran pori 0,45 µm; l) timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 g; dan m) labu semprot. 3.4 Pengawetan contoh uji Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan sesuai petunjuk di bawah ini: Wadah : Botol plastik (polyethylene ) atau botol gelas Pengawet : a) Untuk logam terlarut, saring dengan saringan membran berpori 0,45 μm dan diasamkan dengan HNO 3 hingga ph < 2. b) Untuk logam total, asamkan dengan HNO 3 hingga ph < 2. Lama Penyimpanan : 6 bulan Kondisi Penyimpanan : Suhu ruang 3.5 Persiapan pengujian 3.5.1 Persiapan contoh uji besi terlarut Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori 0,45 μm dan diawetkan. Contoh uji siap diukur. 3.5.2 Persiapan contoh uji besi total Siapkan contoh uji untuk pengujian besi total, dengan tahapan sebagai berikut: a) homogenkan contoh uji, pipet 50,0 ml contoh uji ke dalam gelas piala 100 ml atau Erlenmeyer 100 ml; b) tambahkan 5 ml HNO 3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan kaca arloji dan bila dengan Erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup; c) panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 ml - 20 ml; d) jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi 5 ml HNO 3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup Erlenmeyer dengan corong dan panaskan lagi (tidak mendidih). Lakukan proses ini secara berulang sampai semua logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih atau contoh uji menjadi jernih; e) bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam gelas piala; f) pindahkan contoh uji masing-masing ke dalam labu ukur 50,0 ml (saring bila perlu) dan tambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan; CATATAN Tambahkan matrix modifier (larutan kalsium) dan atau atasi gangguan pengukuran sesuai dengan SSA yang digunakan. g) contoh uji siap diukur serapannya. 3.5.3 Pembuatan larutan induk logam besi 100 mg Fe/L a) timbang ± 0,100 g logam besi, masukkan ke dalam labu ukur 1000,0 ml; b) tambahkan campuran 10 ml HCl (1+1) dan 3 ml HNO 3 pekat sampai larut ( 100 mg Fe/L); c) tambahkan 5 ml HNO 3 pekat lalu encerkan dengan air bebas mineral hingga tanda tera; 3 dari 8

d) hitung kembali kadar sesungguhnya berdasarkan hasil penimbangan. CATATAN Larutan ini dapat dibuat dari larutan standar 1000 mg Fe/L siap pakai. 3.5.4 Pembuatan larutan baku logam besi 10 mg Fe/L a) pipet 10,0 ml larutan induk logam besi 100 mg Fe/L, masukkan ke dalam labu ukur 100,0 ml; b) tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan. 3.5.5 Pembuatan larutan kerja logam besi Buat deret larutan kerja dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3 (tiga) kadar yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran. 3.6 Pembuatan kurva kalibrasi dan pengukuran contoh uji 3.6.1 Pembuatan kurva kalibrasi Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut: a) operasikan alat dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengukuran besi; CATATAN 1 Salah satu cara optimasi alat dengan uji sensitifitas. CATATAN 2 Tambahkan matrix modifier (larutan kalsium) dan atau atasi gangguan pengukuran sesuai dengan SSA yang digunakan. b) aspirasikan larutan blanko ke dalam SSA-nyala kemudian atur serapan hingga nol; c) aspirasikan larutan kerja satu persatu ke dalam SSA-nyala, lalu ukur serapannya pada panjang gelombang 248,3 nm, kemudian catat; d) lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer; e) buat kurva kalibrasi dari data pada butir 3.6.1.c) di atas, dan tentukan persamaan garis lurusnya; f) jika koefisien korelasi regresi linier (r) < dari 0,995, periksa kondisi alat dan ulangi langkah pada butir 3.6.1 b) sampai dengan c) hingga diperoleh nilai koefisien r 0,995. 3.6.2 Pengukuran contoh uji Uji kadar besi dengan tahapan sebagai berikut: a) aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur serapannya pada panjang gelombang 248,3 nm. Bila diperlukan, lakukan pengenceran; CATATAN 1 Bila hasil pengukuran untuk besi terlarut diluar kisaran pengukuran, maka lakukan pengenceran dan ulangi langkah 3.5.1. CATATAN 2 Bila hasil pengukuran untuk besi total diluar kisaran pengukuran, maka lakukan pengenceran dan ulangi langkah 3.5.2. b) catat hasil pengukuran. 4 dari 8

3.7 Perhitungan Kadar logam besi (Fe) Fe (mg/l) = C x fp (1) Keterangan: C adalah kadar yang didapat hasil pengukuran (mg/l); fp adalah faktor pengenceran. 4 Pengendalian mutu a) Gunakan bahan kimia pro analisis (pa). b) Gunakan alat gelas bebas kontaminasi. c) Gunakan alat ukur yang terkalibrasi. d) Dikerjakan oleh analis yang kompeten. e) Lakukan analisis dalam jangka waktu yang tidak melampaui waktu penyimpanan maksimum. f) Koefisien korelasi regresi linier (r) lebih besar atau sama dengan 0,995 dengan intersepsi lebih kecil atau sama dengan batas deteksi. g) Lakukan analisis blanko dengan frekuensi 5% - 10% per batch (satu seri pengukuran) atau minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji kurang dari 10 sebagai kontrol kontaminasi. h) Lakukan analisis duplo dengan frekuensi 5% - 10% per batch atau minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji kurang dari 10 sebagai kontrol ketelitian analisis. Jika Perbedaan Persen Relatif (Relative Percent Difference, RPD) lebih besar dari 10% maka dilakukan pengukuran selanjutnya hingga diperoleh nilai RPD kurang dari atau sama dengan 10%. Persen RPD hasil pengukuran duplikat pengukuran %RPD = 100% (2) (hasil pengukuran + duplikat pengukuran)/2 i) Lakukan kontrol akurasi dengan spike matrix atau salah satu standar kerja dengan frekuensi 5% - 10% per batch atau minimal 1 kali untuk 1 batch. Kisaran persen temu balik untuk spike matrix adalah 85% - 115% dan untuk standar kerja 90% 110%. Persen temu balik (% recovery, %R) A B %R = 100% C Keterangan: A adalah kadar contoh uji yang diperkaya (spike) (mg/l); B adalah kadar contoh uji (mg/l); C adalah kadar standar yang ditambahkan (target value) (mg/l). CATATAN 1 Volume spike matrix yang ditambahkan maksimal 5% dari volume contoh uji. (3) CATATAN 2 Hasil akhir kadar contoh uji yang diperkaya (spike matrix) berkisar 2 kali kadar contoh uji. Kadar contoh uji yang sudah diperkaya berada pada kisaran rentang pengukuran. 5 dari 8

5 Presisi dan bias Standar ini telah melalui uji banding metode dengan peserta 8 laboratorium pada kadar 5 mg Fe/L dengan tingkat presisi (%RSD) 7,65% dan akurasi (bias metode) 2,44%. 6 Rekomendasi a) Lakukan analisis blind sample. b) Buat control chart untuk akurasi dan presisi analisis. 6 dari 8

Catat pada buku kerja hal-hal sebagai berikut: Lampiran A (normatif) Pelaporan 1) Parameter yang dianalisis. 2) Nama analis. 3) Tanggal analisis. 4) Rekaman hasil pengukuran duplo. 5) Rekaman kurva kalibrasi. 6) Nomor contoh uji. 7) Tanggal penerimaan contoh uji. 8) Rekaman hasil perhitungan. 9) Hasil pengukuran persen spike matrix atau standar kerja dan CRM atau blind sample (bila dilakukan). 10) Kadar analit dalam contoh uji. 7 dari 8

Bibliografi Standard Methods for the Examination of water and wastewater 21 st Edition, 2005, Method 3111B. Electrothermal Atomic Absorption Spectrofotometric Method Komite Akreditasi Nasional, SR 02 Persyaratan tambahan untuk akreditasi laboratorium pengujian kimia dan biologi, 2004 8 dari 8

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3-4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270 Telp: 021-574 7043; Faks: 021-5747045; e-mail : bsn@bsn.go.id