BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jamur, virus, dan parasit (Dorland, 2014).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah dan pleura (Soemantri dkk., 1991). ISPbA dapat dijumpai dalam berbagai

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

membunuh menghambat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertukaran gas setempat (Dahlan Z, 2010). negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara Eropa.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

ANTIBAKTERIA DAN ANTIFUNGI. Irfan M. Setiawan, M.Sc., Apt

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. 1. merupakan pneumonia yang didapat di masyarakat. 1 Mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, berdasar data Riskesdas tahun 2007, pneumonia telah menjadi

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms. Levi Aulia Rachman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

Diagnosis Community Aquired Pneumonia (CAP) dan Tatalaksana Terkini

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Riska Aulia, Indriastuti Cahyaningsih

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Definisi Pneumonia. distal dari brokiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK TAHUN 2013 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pneumonia a. Definisi Pneumonia adalah radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi, biasanya disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, dan parasit (Dorland, 2014). b. Epidemiologi Pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi di Negaranegara maju dan penyebab kematian keenam di seluruh dunia.(mandell, 2007). Misnadiarly (2008) menyebutkan bahwa di Amerika Serikat terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang, sedangkan di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga. c. Etiologi Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya adalah bakteri. Penyebab paling umum pneumonia di Amerika Serikat adalah bakteri Streptococcus pneumonia, atau Pneumococcus.Sedangkan pneumonia yang disebabkan karena virus umumnya adalah Respiratory Syncytial Virus, rhinovirus, Herpes 6

7 Simplex Virus, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (National Institutes of Health, 2011). d. Patofisiologi Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru mengalami gangguan sehingga kuman patogen masuk ke saluran napas bagian bawah.agen-agen mikroba yang menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer yaitu aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada orofaring, infeksi aerosol yang infeksius dan penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara itu penyebaran secara hematogen lebih jarang terjadi (PDPI, 2003). e. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang biasanya dijumpai pada pneumonia adalah demam atau panas tinggi disertai batuk berdahak yang produktif, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), selain itu pasien akan merasa nyeri dada seperti ditusuk pisau atau sesak, sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang (Rikesdas, 2013).

8 f. Klasifikasi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI, 2003), mengklasifikasikan pneumonia ke dalam beberapa klasifikasi yaitu berdasarkan klinis dan epideologis, kuman penyebab dan predileksi infeksi: 1) Berdasarkan klinis dan epideologis: a) Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia). b) Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia/ nosocomial pneumonia). c) Pneumonia aspirasi. d) Pneumonia pada penderita Immunocompromised. Pembagian ini penting untuk memudahkan penatalaksanaan. 2) Berdasarkan bakteri penyebab: a) Pneumonia bakterial/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. b) Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia. c) Pneumonia virus. d) Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).

9 3) Berdasarkan predileksi infeksi: a) Pneumonia lobaris: Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya: pada aspirasi benda asing atau proses keganasan. b) Bronkopneumonia: ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru, dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. c) Pneumonia interstisial. g. Diagnosis Ditemukannya gejala seperti demam tinggi, tachypnea, takikardi, dan gejala lainnya.selain itu pada pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat, terjadi dalam kurun waktu yang bervariasi (PAPDI, 2007). h. Faktor Risiko Ada beberapa faktor resiko pneumonia (Depkes RI, 2005): a. Usia tua atau anak-anak. b. Merokok. c. Adanya penyakit paru yang menyertai. d. Infeksi Saluran Pernapasan yang disebabkan oleh virus. e. Splenektomi (Pneumococcal Pneumonia).

10 f. Obstruksi bronkhial. g. Immunocompromise atau mendapat obat Immunosupressive seperti kortikosteroid. h. Perubahan kesadaran (predisposisi untuk pneumonia aspirasi). i. Terapi Pneumonia Tabel 1.Antibiotik pada Terapi Pneumonia Kondisi Klinik Community Acquired Pneumonia (CAP) Hospital Acquired Pneumonia (HAP) Patogen Streptococcus Pneumonia, Chlamdya pneumonia, Mycoplasma Pneumonia, Virus, Hemophilus Influenza Staphylococcus aureus, Methicillin sensitive aureus, Enterobacter spp, Proteus spp, Pseudomonas aeruginosa, Terapi Ceftriaxone Cefotaxime Ampicillin Azithromycin Erythromycin Doxyciclin Levofloxacin Ciprofloxacin Cefepim Ceftazidime Imipenem Meropenem Piperasilin Tazobaktam Gentamicin Toramisin Amikasin Levofloxacin Ciprofloxacin Vancomycin Linezolid Dosis Dewasa (total/hari) 1-2 g 1-2 g 3-4 g 0,5 g 2 g 0,2 g 0,75 g 1,2 g 2-4 g 6 g 2 g 3 g 18 g 18 g 7 mg / kg 7 mg / kg 20 mg / kg 0,75 g 1,2 g 30 mg / kg 1,2 g Catatan : Dosis berasarkan fungsi ginjal dan hati yang normal.

11 2. Antibiotik Antibiotik ialah zat kimiawi yang biasanya dihasilkan oleh suatu mikroorganisme atau secra semisintetis, yang mempunyai kemampuan untuk membunuh (bakterisid) atau menghambat pertumbuhan (bakteriostatik)mikroorgsnisme lain (Dorland, 2014). Penggunaan antibiotik yang bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan spektrum sempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat, serta dengan interval dan lama pemberian yang tepat (Permenkes RI, 2011). a. Prinsip Terapi Antibiotik Prinsip umum terapi menggunakan antibiotik dapat dilihat dari dua hal (Nugroho, 2012) : 1) Suatu antibiotik seharusnya membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri tanpa berbahaya terhadap tubuh manusia sebagai inangnya. 2) Obat penetrasi ke jaringan tubuh yang dituju serta menuju ke bakteri target secara spesifik, yang artinya antibiotik tersebut poten atau efektif dengan efek samping yang rendah, atau mempunyai toksisitas selektif terhadap bakteri patogen. b. Klasifikasi Antibiotik Nugroho (2012) menyebutkan bahwa berdasarkan mekanisme kerjanya antibiotik diklasifikasikan menjadi empat macam : 1) Antibiotk penghambat dinding sel bakteri

12 Antibiotik yang mekanisme kerjanya menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri diantaranya golongan beta-laktam dan polipeptida. Antibiotik golongan ini berkompetisi untuk berikatan dengan enzim pengkatalisis proses transpeptidase bakteri, yaitu Penicillin binding proteins (PBPs) sehingga menghasilkan formasi dinding sel yang salah dan mengakibatkan sel bakteri mati. 2) Antibiotik penghambat sintesis protein Antibiotik yang mekanisme kerjanya memodifikasi atau menghambat sintesis protein misalnya aminoglikosida, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin), klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin. Antibiotik golongan ini berikatan pada sub-unit ribosomal 30s atau 50s bakteri sehingga mempengaruhi proses transkripsi mrna menjadi protein. 3) Antibiotik Antagonis folat Antibiotik yang tergolong antibiotik antagonis folat diantaranya adalah antibiotik golongan trimetoprim dan sulfonamid. Antibiotik ini memiliki struktur yang mirip dengan PABA (para-amino benzoic acid), sehingga dapat berkompetisi dengan PABA terhadap enzim dihydrodropteroate reductase, sehingga menghambat proses reduksi dihidrofolat menjadi tetradihidrofolat.

13 4) Antibiotik yang mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat Antibiotik yang termasuk didalamnya adalah antibiotik golongan quinolon, menghambat DNA gyrase sehingga dapat menghambat proses sintesis DNA bakteri. Quinolon merupakan satu-satunya antibiotik yang menghambat replikasi DNA. c. Penggunaan Antibiotik yang Rasional Kriteria pemakaian obat yang rasional (WHO, 2011): 1) Sesuai dengan indikasi penyakit Pengobatan berdasarkan keluhan individual dan hasil pemeriksaan fisik yang akurat. 2) Diberikan dengan dosis yang tepat Pemberian obat memperhitungkan umur, berat badan serta kronologis penyakit. 3) Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat Jarak minum obat sesuai dengan aturan pemakaian yang telah ditentukan. 4) Lama pemberian yang tetap Pada kasus tertentu memerlukan pemberian obat dalam jangka waktu tertentu. 5) Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin

14 Hindari pemberian obat yang sudah kadaluarsa dan tidak sesuai dengan jenis keluhan penyakit. 6) Tersedia setiap saat dengan harga terjangkau 7) Meminimalkan efek samping dan alergi 3. Evaluasi Penggunaan Antibiotik Menurut Permenkes RI (2011), penilaian kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik dapat diukur secara retrospektif dan prospektif melalui data rekam medik dan rekam pemberian antibiotik (RPA). Penilaian kuantitas penggunaan antibiotik di Rumah Sakit yaitu: 1) Kuantitas penggunaan antibiotik adalah jumlah penggunaan antibiotik di rumah sakit yang diukur secara retrospektif dan prospektif dan melalui studi validasi. 2) Studi validasi adalah studi yang dilakukan secara prospektif untuk mengetahui perbedaan antara jumlah antibiotik yang benar-benar digunakan pasien dibandingkan dengan yang tertulis di rekam medik. 3) Parameter perhitungan konsumsi antibiotik: a) Persentase pasien yang mendapat terapi antibiotik selama rawat inap di rumah sakit. b) Jumlah penggunaan antibiotik dinyatakan sebagai dosis harian ditetapkan dengan Defined Daily Doses (DDD)/100 patient days. 4) DDD adalah asumsi dosis rata-rata per hari penggunaan antibiotik untuk indikasi tertentu pada orang dewasa. Untuk memperoleh data

15 baku dan supaya dapat dibandingkan data di tempat lain maka WHO merekomendasikan klasifikasi penggunaan antibiotik secara Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) Classification. Sedangkan penilaian kualitas penggunaan antibiotik di Rumah Sakit yaitu: 1) Kualitas penggunaan antibiotik dapat dinilai dengan melihat rekam pemberian antibiotik dan rekam medik pasien. 2) Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian diagnosis (gejala klinis dan hasil laboratorium), indikasi, regimen dosis, keamanan dan harga. 3) Alur penilaian menggunakan kategori/klasifikasi Gyssens. B. Kerangka Konsep Pasien terdiagnosis pneumonia Penggunaan Antibiotik Profil penggunaan antibiotik Kesesuaian dengan PAPDI 2010 Gambar 1.Kerangka konsep

16 C. Keterangan Empirik Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul pada periode Januari Desember 2016 untuk mengetahui ketepatan pemilihan antibiotik berdasarkan pedoman dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) tahun 2010.