BAB I PENDAHULUAN. 6,9 juta jiwa, tercatat kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat. Bayi baru lahir dan anak-anak merupakan kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan anak merupakan suatu hal yang penting karena. mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey. lebih tepat dan lebih baik (Supariasa dkk., 2002).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. balita di dunia sebanyak 43 kematian per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2016d). Di

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

93 Muhammadiyah Journal of Nursing

BAB I PENDAHULUAN. Begitu sempurna Allah SWT menciptakan manusia (QS. At-tiin) yang. semaksimal mungkin. Dalam wawasan yang lebih luas, anak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya wabah campak yang cukup besar. Pada tahun kematian

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM). Dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa ibu hamil dengan status gizi kurang dapat melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 10 juta kematian terjadi setiap tahunnya pada anak-anak yang berumur di bawah lima

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab terbesar kematian anak di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini banyak terjadi pada balita terutama di negara-negara. makanan yang tidak cukup (Nelson, 1996). Rata-rata berat badannya

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang sering menyerang anak-anak. Salah satu penyakit saluran

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU BALITA UNTUK MENGUNJUNGI MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) SECARA TERATUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Oleh : Suyanti ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan ditunjukkan pada upaya penurunan angka

Disusun Oleh: Wiwiningsih

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang sangat mendasar dan menjadi prioritas dalam program

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. apabila seorang ibu hamil dapat mengatur makanan yang dikonsumsinya. secara sempurna. Kehamilan yang sehat dapat diwujudkan dengan

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka kematian balita di seluruh negara pada tahun 2011 mencapai 6,9 juta jiwa, tercatat 1.900 kematian balita dalam sehari, 800 kematian balita setiap jam dan 80% kematian balita ini terjadi di negara-negara berkembang (WHO, 2012). Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang mempunyai masalah yang serius secara global tentang angka kematian bayi dan balita. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia mencapai 34/1.000 kelahiran hidup, angka kematian balita (AKBA) 44/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian anak umur satu sampai lima tahun mencapai 10/1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) angka kematian balita pada tahun 2002 mencapai mencapai 43/1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2003 turun menjadi 23/1.000 kelahiran hidup (Profil Kes DIY, 2007). Pada tahun 2010 angka kematian balita di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sangat tinggi terjadi di Kabupaten Bantul sebanyak 120 kematian bayi dan 21 kematian balita, Kota Yogya dan Kabupaten Sleman 67 kematian bayi dan 5 kematian balita, Kulon Progo 65 kematian bayi dan 15 kamatian balita, dan Gunung Kidul 53 kematian bayi dan 8 kematian balita (Depkes DIY, 2010). Sebagian besar kematian bayi dan balita atau 12 juta anak meninggal sebelum usia lima tahun disebabkan oleh penyakit infeksi, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), diare, demam berdarah/malaria, kekurangan gizi dan 1

2 campak dengan komplikasinya atau gabungan dari penyakit (SDKI, 2002-2003). Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) atau pneumonia dan diare. Penyakit Infeksi Salauran Pernafasan Atas (ISPA) atau pneumonia pada balita paling banyak di temukan pada provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tercatat pada tahun 2007 pneumonia pada balita sebanyak 632 kasus dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 783 kasus (Pfofil Kes DIY, 2010). Di Kabupaten Bantul penyakit pneumonia pada balita tahun 2010 mencapai 434 kasus dan pada tahun 2011 naik menjadi 606 kasus (Profil Kes Bantul, 2012). Diare setiap tahunnya menyerang 50 juta penduduk Indonesia dan 2/3 nya adalah pada balita dengan korban meninggal mencapai 600.000 jiwa (Widjaja, 2003). Penyakit lain yang sering menyerang bayi dan balita adalah demam berdarah. Menurut WHO, 2012, kejadian demam berdarah di seluruh dunia mencapai 50-100 juta orang setiap tahunnya, sebagian besar yang terkena penyakit ini adalah bayi dan balita dan 2,5% mengalami kematian. Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Rikerdas, 2007) kematian balita akibat demam berdarah (DBD) mencapai 6,8%. Malnutrisi merupakan keadaan yang mendasari semua penyakit yang menyebabkan kematian balita. Di Indonesia malnutrisi masih menjadi suatu permasalahan termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Prevalensi status gizi balita berdasarkan berat badan per tinggi badan (BB/TB) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menunjukkan prevalensi status gizi balita sangat

3 kurus 2,6% dan kurus 6,5% (KemenKes, 2012). Pada tahun 2010 angka kejadian balita gizi buruk berturut-turut di kabupaten di DIY adalah: Kulonprogo 0,88%, Bantul 0,57%, Gunung Kidul 0,70%, Sleman 0,66% dan Kota Yogyakarta 1,01% (Profil Kes DIY, 2010). Masalah kekurangan gizi, baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro pada bayi dan anak-anak di Indonesia saat ini masih tinggi. Beberapa kasus kekurangan zat gizi mikro mempunyai penyebab yang sama karena kekurangan zat gizi mikro lainnya. Sehingga kekurangan zat gizi mikro yang satu dapat memperburuk kekurangan zat gizi lainnya yang dapat menyebabkan anemia (Munoz, et al., 2000; Schmidt, 2002; Zlotkin, et al., 2003). Prevalensi anemia pada bayi dan balita di Indonesia mencapai 40,5% (SKRT, 2004). Millennium Development Goals (MDGs) dalam tujuan yang ke empat mengamanatkan bahwa angka kematian balita dapat turun menjadi 23/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 17/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes RI, 2008). Upaya World Health Organization (WHO) dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan secara global adalah dengan mengenalkan Sick Child Initiative (SCI) atau Integrated Management Of Childhood Illness (IMCI) yaitu langkah-langkah pengambilan keputusan dalam mengelola anak balita sakit. Dalam usaha meningkatkan cakupan penemuan dan meningkatkan tatalaksana penyakit yang mengancam kehidupan pada anak balita, Depkes telah menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit di unit pelayanan kesehatan dasar (Depkes RI, 2008).

4 Pusat pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas) merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan tersebut ada beberapa program yang dijalankan oleh puskesmas, salah satu adalah programnya adalah pemberantasan penyakit yang mengancam kehidupan balita. Program ini mempunyai tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit yang mengancam kehidupan balita (Efendi, 2009). Keberhasilan program di tentukan oleh beberapa faktor salah satunya adalah pengetahuan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan. Hasil dari beberapa penelitian menyatakan bahwa kepatuhan dari perawat dalam menerapkan standar keperawatan masih rendah, dan hal ini dipengaruhi oleh faktor pelatihan standar asuhan dan pengetahuan perawat (Darawad et al.,2012; Imdad et al.,2011; Luo et al.,2010; Ganczak&Szych, 2007; Regina et al.,2002). Perawat yang berada di pelayanan kesehatan dasar di latih untuk menerapkan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) secara aktif dan tersturktur melakukan penilaian tanda dan gejala penyakit dengan cara melihat, bertanya, mendengar, dan meraba. Pengetahuan perawat dalam melakukan penilaian tanda dan gejala awal penyakit pada balita secara cepat dan tepat sehingga dapat mengetahui apakah terdapat tanda dan gejala bahaya umum, tanda dan gejala awal penyakit, dan tanda dan gejala lain yang berhubungan dengan gejala utama penyakit, karena penyakit pada balita dapat menyebabkan kecacatan hingga kematian apabila tidak di tangani dengan segera (Depkes RI, 2008). Keperawatan menjadi bagian integral yang tidak

5 dapat di pisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan fisik, psikologis, sosiologis, budaya dan spiritual dari individu. Pelayanan keperawatan juga merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2001). Penurunan pelayanan keperawatan akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Studi yang dilakukan oleh Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Depkes RI bekerjasama dengan WHO tahun 2000 di 4 provinsi di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Sumatra Utara, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Timur, menemukan 47,4% perawat belum memiliki uraian tugas secara tertulis, 70,9% perawat tidak pernah mengikuti pelatihan dalam 3 tahun terakhir, 39,8% perawat masih melaksanakan tugas non keperawatan, serta belum dikembangkan system monitoring dan evaluasi kinerja perawat (Hasan Basri, 2007 cit Elly, 2011). Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan perawat dalam penilaian tanda dan gejala awal penyakit dengan menggunakan format Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Kabupaten Bantul. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adal Bagaimana tingkat pengetahuan perawat dalam penilaian tanda dan gejala awal penyakit dengan menggunakan format Menejemen Terpadu Balita Sakit (MTBS di Puskesmas Kabupaten Bantul.

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat dalam penilaian tanda dan gejala awal penyakit dengan menggunakan format Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat dalam penilaian tanda dan gejala awal penyakit infeksi bakteri b. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat dalam penilaian tanda dan gejala awal penyakit pneumonia dan ISPA. c. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat dalam penilaian tanda dan gejala awal penyakit diare. d. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat dalam penilaian tanda dan gejala awal penyakit demam. e. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat dalam penlaian tanda dan gejala awal penyakit kurang gizi (malnutrisi). f. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat dalam penilaian tanda dan gejala awal penyakit anemia. g. Mengetahui tingkat pengetahuan perawat dalam penilaian tanda dan gejala awal penyakit ikterus.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi puskesmas Hasil penelitian ini dapat mengetahui tingkat pengetahuan perawat Puskesmas dalam penilaian tanda dan gejala awal penyakit dengan menggunakan format Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sehingga dapat mengetahui tanda dan gejala awal penyakit pada balita. 2. Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan peneliti dalam penilaian tanda dan gejala awal penyakit dengan menggunakan format Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). 3. Manfaat Bagi Intitusi Pendidikan Keperawatan Dari hasi penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada mahasiswa dalam proses pembelajaran Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sehingga mahasiswa dapat menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dengan benar dan tepat. E. Penelitian Terkait Berdasarkan hasil penelu Pengetahuan Perawat dalam Penilaian Tanda dan Gejala Awal Penyakit dengan Menggunakan Format Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Kabupaten Bantul n yang terkait pernah ada yaitu:

8 1. Wibowo (2008 TBS yang Terkait dengan Mutu Penerapan Kegiatan Manajemen Terpadu Balita Sakit Puskesmas di Jenis penelitian ini menggunakan obsevasional yang bersifat kualitatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan wawancara mendalam dan triangulasi serta FGD yang didukung dengan pengumpulan data deskritif dari sikap dan pengetahuan kepala puskesmas. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan dan sikap kepala Puskesmas tentang mutu MTBS di Kabupaten Brebes masih kurang pada pengetahuan pengelolaan sasaran mutu dan pelayanan yang berfokus pada pelanggan. 2. ubungan Perilaku Petugas Manajemen Terpadu Balita Sakit dalam Program P2ISPA dengan cakupan Pneumonia di Puskesmas survei explanatory dengan pendekatan studi cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebesar 25 dari 33 petugas P2-ISPA dipuskesmas Kabupaten Kebumen yang diambil acak. Hasil penelitian diproleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna pada pengetahuan dengan cakupan pneumonia. 3. r-faktor yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Kerja Petugas Pelaksana Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) d observasional dengan metode survey pendekatan cross sectional. Jumlah sample 42 orang responden yaitu dokter, perawat, dari Puskesmas di kota Surabaya. Hasil penelitian menunjukan persepsi kurang baik (54,8%),

9 persepsi kondisi kerja kurang baik (47,6%), persepsi kebijaksanaan kurang baik (50%), persepsi kurang baik (42,9%), persepsi pekerjaan itu sendiri kurang baik (33,3%) dan persepsi motivasi kerja kurang baik (54,8%) hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi kondisi kerja, persepsi kebijaksanaan dan persepsi supervisi pelaksanaan program MTBS dengan motivasi kerja petugas pelaksana MTBS di Puskesmas Surabaya (p<0,05).