1 EFEKTIFITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI ( Coffea Sp ) Oleh ALI IMRON NIM : 080500107 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011
2 EFEKTIFITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI (Cofea SP) Oleh ALI IMRON 080 500 107 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011
3 HALAMAN PENGESAHAN Judul karya Ilmiah : EFEKTIFITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI (Coffea sp) Nama : ALI IMRON NIM : 080 500 107 Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji, Daryono, SP NIP. 19800202 200812 1 002 Jamaluddin,SP.M.Si. NIP. 19720612 200112 1 003 Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 200112 1 001 Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005 Lulus ujian pada tanggal 24 Agustus 2011
4 ABSTRAK ALI IMRON. Efektifitas Penggunaan Herbisida Kontak Primaxone Terhadap Gulma Campuran Pada Tanaman KOPI (Cofea Sp), dibawah bimbingan DARYONO. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan herbisida kontak (Primaxone) terhadap gulma campuran serta cara pengendaliannya. Penelitian ini dilaksanakan di Areal Kebun Percontohan Kopi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Kegiatan ini dilakukan selama 30 hari dimulai dari tanggal 01 Januari sampai dengan 30 Januari 2011, terhitung dari persiapan alat dan bahan serta 10 hari pengambilan data awal hingga pengambilan data terakhir. Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan yang mana masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Perlakuan terdiri dari (P 1 ) penyemprotan herbisida primaxone dengan konsentrasi 45 ml/10 liter air, (P 2 ) penyemprotan herbisida primaxone dengan konsentrasi 55 ml/10 liter air dan (P 3 ) penyemprotan herbisida primaxone dengan konsentrasi 65 ml/10 liter air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyemprotan herbisida primaxone dengan perlakuan (P 1 ) efektif mematikan gulma teki dan (P 3 ) efektif mematikan gulma berdaun lebar. Rata rata persentase tertinggi tingkat kematian gulma penyemprotan herbisida primaxone pada perlakuan (P 3 ) dicapai hasil 56,96 % dan (P 1 ) dicapai hasil 38,4 %.
5 RIWAYAT HIDUP ALI IMRON, lahir pada tanggal 15 Januari 1988 di Kota Bangun Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan anak ke 4 dari pasangan Bapak Misdin dan Ibu Jamilah. Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 010 kelurahan harapan baru lulus pada tahun 2002, kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 10 Samarinda, dan lulus pada tahun 2005, melanjutkan ke Sekolah Madrasah Aliyah (MA) Al-Mujahidin Samarinda, dan lulus pada tahun 2008. Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2008 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian. Pada tanggal 01 Maret 2011 sampai dengan tanggal 30 April 2011 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Anugerah Urea Sakti, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara.
iii 6 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tentang efektivitas penggunaan herbisida kontak (primaxone) terhadap gulma campuran pada tanaman kopi (Coffea Sp) hingga tersusunnya Karya ilmiah ini. Keberhasilan dan kelancaran dalam penyusunan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Keluarga yang telah banyak memberikan motifasi dan doa kepada penulis selama ini. 2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Bapak Daryono, SP selaku dosen pembimbing. 4. Jamaluddin SP, M. Si. selaku dosen penguji. 5. Staf pengajar Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah membimbing peneliti selama menempuh pendidikan. 6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyusunan materi laporan maupun dari segi pengetahuan. Namun demikian penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca. Penulis, Samarinda, 12 Juni 2011
v 7 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v I. PENDAHULUAN..... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA..... 3 A. Tinjauan Umum Gulma... 3 B. Tinjauan Umum Herbisida kontak... 5 C. Identifikasi Jenis Gulma... 9 D. Penyebaran Gulma Pada Tanaman Kopi... 10 III. METODE PENELITIAN..... 11 A. Tempat Dan Waktu... 11 B. Alat Dan Bahan... 11 C. Prosedur Penelitian... 12 D. Perlakuan... 12 E. Pengambilan Data... 13 F. Pengolahan Data... 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..... 14 A. Hasil... 14 B. Pembahasan... 17 V. KESIMPULAN DAN SARAN... 19 A. Kesimpulan... 19 B. Saran... 19 DAFTAR PUSTAKA...... 20 LAMPIRAN...... 21
v 8 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Daya berantas herbisida kontak primaxone perhektar.. 8 2. Tingkat Kematian Gulma Dengan Penyemprotan Herbisida primaxone... 14 3. Persentase Tingkat Kematian Gulma... 22
v 9 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Grafik Garis Persentase Tingkat Kematian Gulma Penyemprotan Herbisida primaxone... 16 2. Grafik Batang Persentase Tingkat Kematian Gulma Penyemprotan Herbisida primaxone... 16
v 10 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Persentase Tingkat Kematian Gulma. 22 2. Perhitungan Nilai Rata-Rata Tiap Perlakuan HSS 23 3. Dokumentasi Persiapan Alat Dan Bahan... 24 4. Dokumentasi Pembuatan Petak Perlakuan. 24 5. Dokumentasi Pencampuran Herbisida Dan Air. 25 6. Dokumentasi Penyemprotan... 25 7. Tingkat Kematian Gulma Teki Dengan Dosis Penyemprotan 45 cc/10 Liter Air (P 1 )... 26 8. Tingkat Kematian Gulma Daun Sempit Dengan Dosis Penyemprotan 55 ml/10 Liter Air (P 2 )... 26 9. Tingkat Kematian Gulma Daun Lebar Dengan Dosis Penyemprotan 65 ml/10 Liter Air (P 3 )... 26
11 I. PENDAHULUAN Menurut Suyatno Risza, (2007). untuk meningkatkan produksi kopi di Indonesia, pengendalian gulma harus di tingkatkan, salah satu upaya tersebut yaitu dengan menggunakan herbisida kontak yang berfungsi untuk mengendalikan gulma campuran pada tanaman kopi. Adapun kerugian yang diakibatkan gulma terhadap tanaman kopi yaitu : 1. Menurunkan produksi tanaman kopi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air dan sinar matahari. 2. Menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi dengan bagian-bagian gulma. 3. Menjadi inang bagi hama dan patogen yang menyerang tanaman. 4. Dapat meningkatkan biaya usaha tani perawatan kopi. Menurut Yernelis Sukman, (2004). herbisida merupakan bahan yang canggih dalam pengendalian gulma, serta memberikan keuntungan lebih dalam pemakaianya. Adapun keuntungan tersebut yang diberikan oleh herbisida adalah sebagai berikut : 1. Dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu tanaman utama. 2. Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar 3. Dapat menaikan hasil panen tanaman di bandingkan dengan perlakuan penyiangan biasa.
12 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan herbisida kontak (Primaxone) terhadap gulma campuran. Hasil yang di harapkan dari penelitian ini yaitu agar dapat memberikan informasi kepada petani kopi tentang herbisida kontak yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma campuran pada tanaman kopi.
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Gulma Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan duniatanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata cyndrica), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar. Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya
14 matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %; jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8 %. Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %. oleh : Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan 1. Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup. 3. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya. 4. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-duri Amaranthus spinosus, Mimosa spinosa di antara tanaman yang diusahakan. 5. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra dan Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi.
15 6. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan alergi. 7. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi. Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar daripada kerugian akibat hama atau penyakit. Di negara-negara sedang berkembang (Indonesia, India, Filipina, Thailand) kerugian akibat gulma sama besarnya dengan kerugian akibat hama. B. Tinjauan Umum Herbisida Kontak Pengendalian gulma secara kimiawi ialah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia yang dapat menekan atau bahkan mematikan gulma. Bahan kimia itu disebut herbisida dimana herbi berarti gulma dan sida berarti membunuh. Jadi herbisida ialah zat kimiawi yang dapat mematikan gulma. Pengendalian dengan cara kimia membutuhkan alat penyebar herbisida serta pengetahuan tentang herbisida itu sendiri, agar pengendalian yang dilakukan dapat berhasil. Kebanyakan herbisida akan lebih efektif pada gulma daun lebar, bila besar konsentrasi herbisida yang digunakan tepat saat pemberian yang dibutuhkan dan sesuai dengan waktu pemberian Yernelis Sukman, (2004).
16 Secara garis besar, ada 2 jenis herbisida, berdasarkan cara kerjanya yaitu herbisida sistemik dan herbisida kontak. Herbisida Sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. sedangkan herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas. Bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui pembuluh daun (floem) Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat. Herbisida kontak juga yang bekerja dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel. Herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman hidup yang terkena larutan, jadi bagian tanaman dibawah tanah
17 seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi, dan bagian tanaman didapat kembali dan roses kerja pada herbisida ini pun sangat cepat. Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis. Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma. Cramer (1975). Ada jenis-jenis herbisida kontak berdasarkan bentuk, waktu penggunaan, dan jenis tanaman yang baik untuk dikendalikan gulmanya yaitu salah satunya adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak, berbentuk larutan dalam air berwarna hijau tua, untuk mengendalikan gulma pada pertanaman kelapa sawit, jagung, kopi, karet, dll. Contoh-contoh herbisida kontak pada umumnya yang digunakan adalah sebagai berikut: - Gramoxone, Primaxone, Herbatop, Paracol dll. Adapun salah satu dari herbisida kontak yaitu herbisida primaxone. Herbisida primaxone merupakan herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak dan berbentuk larutan dalam air berwarna hijau tua (Anonim, 2011). Adapun fungsi dari herbisida primaxone adalah sebagai berikut :
18 a. Mengendalikan gulma berdaun lebar dan berdaun sempit. b. Mengendalikan rumput teki dilahan tanpa ada tanaman yang dirawat. Sedangkan bahan aktif yang terkandung dalam herbisida primaxone yaitu Parakuat Diklorida 276 g/l dan ion parakuat 200 g/l. Pada Tabel: Untuk daya Berantas Herbisida Primaxone Per Hektar Dapat dilihat Tanaman/ Gulma Sasaran Dosis Penyemprotan Per Hektar Gulma Berdaun Lebar Ageratum Conyzoide, Boreira alata, Calopogonium Mucunoide, Comelina SPP. Gulma berdaun sempit Paspalum Conjugatum, Digitaria Ciliaris. Padi Sawah Pasang Surut (TOT) Gulma Berdaun Lebar, Ludwigia Octovalvis. Gulma berdaun sempit Leersia Hexandra, Echinocloa Crus-Galli. Gulma golongan teki Eleocharis Dulcis, Ciperus SPP. 1,5-3 l/ha 2-3 l/ha 2-3 l/ha 2-3 l/ha 2-3 l/ha 1,5-3 l/ha 1-2 l/ha
19 C. Identifikasi Jenis Gulma Menurut Yernelis Sukman, (2004) adapun gulma yang umumnya terdapat pada lahan perkebunan tanaman kopi yaitu sebagai berikut : a. Teki (Sedges) Teki tekian mempunyai batang berbentuk segitiga, tidak berongga yaitu Cyperus rotundus L. Daun berbentuk garis dan mengelompok dekat pangkal batang. Teki tekian ini biasa tumbuh di tempat terbuka atau terlindung. b. Gulma Daun Sempit (Tight-Leaved Weeds) Axnopus compresses mempunyai bentuk daun sempit panjang dan pinggirnya berbulu halus. Berkembang biak dengan biji dan stek batang serta tumbuh ditempat terbuka atau agak terlindung. Adapun gulma daun sempit yang terdapat pada tanaman kopi yang berumur 3 tahun yaitu Axnopus compresses Paspalum comersonnilamk, daunnya berbentuk garis, berbulu pada pertemuan helai daun dan berkembang biak dengan biji serta anakan. Dapat tumbuh dimana mana. c. Gulma Daun Lebar (Broad-Leaved Weeds) Memiliki tunas dan serta bagian batangnya terbentuk sebagai bagian terbuka yang sensitif terhadap perlakuan kimia yaitu Boreria alata.
20 D. Penyebaran Gulma Pada Tanaman Kopi Umumnya lokasi atau bagian lahan yang ditumbuhi gulma pada tanaman kopi berada di sekitar piringan tanaman terutama gulma teki sedangkan gulma daun lebar dan sempit berada pada sekitar gawangan tanaman. Adapun pengendaliannya dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara manual, kimia dan mekanis: a. Manual : Menggunakan parang atau dicabut dengan tangan. b. Kimia : Menggunakan penyemprotan dengan bahan kimia (herbisida). c. Mekanis : Menggunakan mesin/alat pemotong rumput.
21 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di Kebun Percontohan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 2. Waktu Waktu pelaksanaan dalam penelitian ini adalah selama 30 hari, dimulai pada tanggal 1 Januari sampai 30 Januari 2011, terhitung dari persiapan alat dan bahan hingga 10 hari pengambilan data awal dan data terakhir. B. Alat dan Bahan 1. Alat Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Sprayer manual, Ember, Alat tulis menulis, Tali rapia, Meteran, Parang, Kamera, dan Gelas ukur. 2. Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Herbisida primaxone b. Air
22 C. Prosedur Penelitian Adapun kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Penyiapan areal Areal yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kebun percontohan budidaya tanaman perkebunan. b. Pemberian patok kayu yang berukuran ± 1 meter untuk batas tiap petak lalu patok ditancapkan ketanah sedalam ± 5-10 cm. c. Kemudian ujung patok diikat dengan tali rapia dan ditarik lurus sepanjang 10 meter dan lebar 2 meter sebanyak 5 petak. d. Menentukan dosis herbisida primaxone pada tiap perlakuan. P 1 : Penyemprotan dengan konsentrasi 45 ml/10 liter air. P 2 : penyemprotan dengan konsentrasi 55 ml/10 liter air. P 3 : penyemprotan dengan konsentrasi 65 ml/10 liter air. e. Melakukan penyemprotan pada tiap petak dengan konsentrasi yang telah ditentukan untuk tiap perlakuan, f. waktu penymprotan dilakukan pada saat pagi menjelang siang hari, tepatnya ± Jam 9-10 pada saat cuaca cerah/panas. D. Perlakuan Penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan dan 5 ulangan yang mana masingmasing perlakuan :
23 a. P 1 : Dilakukan penyemprotan herbisida primaxone dengan konsentrasi 45 ml/10 liter air. b. P 2 : Dilakukan penyemprotan herbisida primaxone dengan konsentrasi 55 ml/10 liter air. c. P 3 : Dilakukan penyemprotan herbisida primaxone dengan konsentrasi 65 ml/10 liter air. E. Pengambilan Data Pengambilan data melalui perhitungan persentase layu, kering hingga matinya gulma campuran, yang terdapat dalam petak penelitian untuk penyemprotan dengan konsentrasi berbeda, Serta 10 hari pengamatan. D. Pengolahan Data Pengolahan data menggunakan rataan sederhana, untuk mengetahui rata-rata persentase layu, kering hingga matinya gulma campuran yang diamati pada tiap perlakuan dalam penelitian Nugroho, (1995). x =? n x x n x = Rata-rata hitung = Banyaknya data = Variasi yang diteliti? = Jumlah
24 III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Tingkat Kematian Gulma Pada Tiap Perlakuan Berdasarkan Lampiran (1), hasil pengamatan penggunaan herbisida kontak (Primaxone) terhadap gulma campuran pada tanaman kopi berumur 3 tahun selama 1-10 hari penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Tingkat Kematian Gulma Setelah Penyemprotan Dengan Herbisida primoxone (%). Perlakuan Hari Pengamatan I II III IV V VI VII VIII IX X P 1 5 10,4 16.4 22.2 30.6 35,8 47,6 57,8 72,8 89,8 P 2 10 11,6 13.2 16 24.2 31,8 40,8 50.4 64.2 83,8 P 3 15 24,2 30.6 43.6 52 62.6 71,8 80,8 90,6 98,4 Dari tabel diatas diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa perlakuan penyemprotan herbisida primaxone (P 3 ) dengan penyemprotan herbisida primaxone konsentrasi 65 ml/10 liter air lebih efektif dengan rata-rata tingkat kematian tertinggi 56,95% dibandingkan dengan perlakuan penyemprotan herbisida primoxone (P 1 ) dengan penyemprotan herbisida primaxone konsentrasi 45 ml/10 liter air rata-rata tingkat kematian 38,64 % dan (P 2 ) dengan penyemprotan herbisida primoxone konsentrasi 55 ml/10 liter air rata-rata tingkat kematian gulma campuran 34,58 %
25 Untuk perbandingan (P 1 ) penyemprotan herbisida primaxone konsentrasi 45 ml/10 liter air dan (P 3 ) penyemprotan herbisida primaxone konsentrasi 65 ml/10 liter air menunjukkan bahwa (P 1 ) penyemprotan herbisida primaxone konsentrasi 45 ml/10 liter air diduga lebih efektif menekan perkembangan gulma teki jenis Cyperus rondutus dengan ratarata tingkat kematian gulma 38,64 % sedangkan (P 3 ) penyemprotan herbisida primaxone konsentrasi 65 ml/10 liter air diduga efektif menekan perkembangan gulma daun lebar jenis Boreria Alata dengan rata-rata tingkat kematian gulma 56,95 %. Jadi pengendalian gulma yang kurang efektif untuk mematikan gulma ditunjukkan pada perlakuan (P 2 ) penyemprotan herbisida primaxone konsentrasi 55 ml/10 liter air dengan rata-rata tingkat kematian 34.58 %, Hal ini diduga karena tingkat residu gulma terhadap herbisida. Adapun gulma yang terdapat dalam petak (P 2 ) yaitu gulma daun sempit jenis Axnopus compresses. 2. Daya Berantas Herbisida primaxone Untuk daya berantas herbisida dapat diketahui melalui pengamatan terhadap tubuh atau bagian gulma dari daun, batang dan akar tanaman. Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa perlakuan penyemprotan gulma campuran dengan herbisida primaxone menggunakan konsentrasi 65 ml/10 liter air (P 3 ), diduga efektif mengendalikan gulma daun lebar jenis Boreria alata, dengan daya berantas sampai ke tingkat akar pada hari ke 10 di
26 bandingkan dengan (P 1 ) penyemprotan gulma campuran herbisida primaxone konsentrasi 45 ml/10 liter air dan (P 2 ) penyemprotan gulma campuran dengan herbisida primaxone menggunakan konsentrasi 55 ml/10 liter air. Perbedaan persentase kematian gulma untuk masing - masing perlakuan dengan perbandingan penyemprotan herbisida primaxone (P 1 ), (P 2 ), dan (P 3 ) dapat terlihat dengan jelas seperti pada grafik berikut : Persentase Tingkat Kematian Gulma Penyemprotan Herbisida primaxone 100 90 Nilai Perbandingan Penyemprotan 80 70 60 50 40 30 20 10 L1 L 2 L 3 0 I II III IV V VI VII VIII IX X Hari Penyemprotan Gambar 1. Grafik garis persentase tingkat kematian gulma penyemprotan herbisida primaxone. Rata - rata Persentase Tingkat Kematian Gulma Nilai Rata - rata 80% 60% 40% 20% 0% 58% 40% 35% L 1 L 2 L 3 Penyemprotan Perlakuan Gambar 2. Diagram rata-rata persentase tingkat kematian gulma untuk masing-masing perlakuan.
27 B. PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan penyemprotan herbisida primaxone terhadap tingkat kematian gulma pada tiap perlakuan menunjukkan bahwa nilai ratarata (P 3 ) penyemprotan gulma campuran herbisida primaxone konsentrasi 65 ml/10 liter air 56,95 dan (P 1 ) penyemprotan gulma campuran dengan herbisida primaxone menggunakan konsentrasi 45 ml/10 liter air 38,64 lebih efektif mengendalikan gulma berdaun lebar jenis Boreria alata dan gulma teki jenis Cyperus rondutus dibandingkan dengan (P 2 ) penyemprotan gulma campuran dengan herbisida primaxone menggunakan konsentrasi 55 ml/10 liter air 34.58. Hal ini terjadi karena efek ketahanan gulma bereaksi terhadap zat kimia yang terkandung dalam herbisida primaxone. Menurut Yernelis Sukman (2004), herbisida primaxone dapat menghambat pembentukan klorofil dan menghambat proses fotosintesis. Oleh sebab itu apabila dosis yang ditentukan tepat waktu, tepat dosis dan tepat sasaran akan mematikan gulma secara cepat dan maksimal. Pengendalian gulma secara kimia dapat bereaksi terhadap gulma apabila terjadi perubahan lingkungan, iklim dan tanggapan gulma terhadap perlakuan zat kimia serta daya residu gulma terhadap herbisida yang digunakan Moenandir, (2003). Peranan lingkungan dan cara aplikasi dapat menunjang keberhasilan tingkat kematian gulma. Peranan lingkungan (cahaya, suhu, air, tanah dan angin) dapat memodifikasi semua faktor yang mempengaruhi selektifitas
28 herbisida. Contohnya, letak herbisida berubah terhadap gulma, maka herbisida akan berubah sifatnya. Cara aplikasi juga penting dalam penentuan keberhasilan pengendalian gulma seperti aplikasi yang mengurangi kontak dengan tanaman budidaya dan memperbanyak kontak dengan gulma Yernelis Sukman, (2004).
29 IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan berikut : Dari hasil pengamatan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai 1. Herbisida kontak efektif mengendalikan gulma berdaun lebar jenis Boreria alata dan gulma teki jenis Cyperus rotundus. 2. Penyemprotan pengendalian gulma campuran dengan herbisida primaxone dengan konsentrasi (P 1 ) 45 ml/10 liter air efektif mengendalikan gulma teki jenis cyperus rotundus. 3. Penyemprotan pengendalian gulma campuran herbisida primaxone dengan konsentrasi (P 3 ) 65 ml/10 liter air efektif mengendalikan gulma daun lebar jenis boreria alata. B. Saran 1. Untuk mengendalikan gulma teki pada tanaman kopi dapat menggunakan herbisida primaxone dengan konsentrasi 45 ml/10 liter air. 2. Untuk mengendalikan gulma berdaun lebar pada tanaman kopi dapat menggunakan herbisida primaxone dengan konsentrasi 65 ml/10 liter air. 3. Herbisida primaxone tidak efektif mengendalikan gulma berdaun sempit dan gulma lalang.
30 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2006. Bercocok tanam kopi. Kanisius. Jakarta. Cramer, (1975).www.http//tanijaya.co@ww//blog.com Moenandir, J. 2003. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Pers. Jakarta. Najiyati, S dan Danarti. 2008. Kopi Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta. Nugroho, 1995. Rumus-rumus Statistik Serta Penerapannya. CV. Rajawali. Jakarta. Risza, S. 2007. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Karnisius. Yogyakarta. Syawal, 2005. Pengaruh Herbisida Terhadap Perkembangan Gulma. Penerbit CV. Rajawali. Jakarta. Yernelis, S. 2004. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Penerbit CV. Rajawali. Jakarta.
LAMPIRAN 31
32 Lampiran 1. Persentase Tingkat Kematian Gulma Perlakuan Persentase Tingkat Kematian Gulma (%) I II III IV V VI VII VIII IX X L1.(1) 5 7 13 17 23 30 41 50 67 87 L1.(2) 5 8 14 19 26 33 46 55 75 90 L1.(3) 5 10 15 21 28 35 48 57 70 89 L1.(4) 5 12 19 26 31 39 50 61 75 90 L1.(5) 5 15 21 28 35 42 53 66 77 93 Jumlah 25 52 82 111 143 179 238 289 364 449 Rata-Rata 5 10.4 16.4 22.2 28.6 35.8 47.6 57.8 72.8 89.8 Perlakuan Persentase Tingkat Kematian Gulma (%) I II III IV V VI VII VIII IX X L2.(1) 10 12 14 15 25 32 41 52 65 85 L2.(2) 10 11 12 14 18 22 35 42 55 75 L2.(3) 10 13 15 20 27 35 43 53 70 90 L2.(4) 10 11 13 15 28 37 45 55 67 87 L2.(5) 10 11 12 16 23 33 40 50 63 82 Jumlah 50 58 66 80 121 159 204 252 320 419 Rata-Rata 10 11.6 13,2 16 24.2 31.8 40.8 50.4 64 83.8 Perlakuan Persentase Tingkat Kematian Gulma (%) I II III IV V VI VII VIII IX X L3.(1) 15 27 33 46 52 65 73 83 93 100 L3.(2) 15 24 35 50 65 76 82 89 97 100 L3.(3) 15 25 30 45 50 63 70 80 90 100 L3.(4) 15 22 28 38 44 52 66 75 85 97 L3.(5) 15 23 27 39 49 57 68 77 88 95 Jumlah 75 121 153 218 260 313 359 404 453 492 Rata-Rata 15 24.2 30.6 43.6 52 62.6 71.8 80.8 90.6 98.4
33 Lampiran 2. Nilai Rata Rata Tiap Perlakuan Hari Setelah Semprot (HSS) - x =? n HSS 1+HSS 2+HSS 3+HSS 4+HSS 5+HSS 6+HSS 7+HSS 8+HSS9+HSS10 10 L 1 = 5+10.4+16.4+22.2+28.6+35.8+47.6+57.8+72.8+89.8 10 = 38.64 % L 2 = 10+11.6+13.2+16+24.2+31.8+40.8+50.4+64+83.8 10 = 34.58% L 3 = 15+24.2+30.6+43.6+52+62.6+71.8+80.8+90.6+98.4 10 = 56.96 %
34 Lampiran 3. Gambar Persiapan Alat dan Bahan Lampiran 4. Gambar Pembuatan Petak Perlakuan
35 Lampiran 6. Gambar Pencampuran Herbisida dan Air Lampiran 6. Dokumentasi Penyemprotan Lampiran 7. Gambar Penyemprotan
36 Lampiran 8. Tingkat Kematian Gulma Teki Dengan Dosis Penyemprotan 45 ml/10 Liter Air (L1) Lampiran 9. Tingkat Kematian Gulma Daun Sempit Dengan Dosis Penyemprotan 55 ml/10 Liter Air (L2) Lampiran 10. Tingkat Kematian Gulma Daun Lebar Dengan Dosis Penyemprotan 65 cc/10 Liter Air (L3)