BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III ( Tiga ) Kesehatan Bidang Gizi.

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN. fokus terhadap peraturan teman, namun orangtua masih berpengaruh dalam. memberikan arahan untuk anak (Santrock, 2008; Wong, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. oleh pedagang kaki lima, toko-toko makanan, swalayan di jalanan dan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan makanan jajanan di Indonesia yang berbasis home industry

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB I PENDAHULUAN. pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan.

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua

SUKOHARJO. Oleh : Kesehatan Bidang J NIM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup pangan yang bergizi dan aman dikonsumsi (Kemenkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan merupakan suatu informasi yang diketahui oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. jangka pendek maupun jangka panjang (Februhartanty dan Iswaranti, 2004).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan asupan energi dan zat gizi lain bagi anak-anak usia sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. makan. Selain itu anak sekolah umumnya tidak pernah lepas dari makanan jajanan, karena anak

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, keamanan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk fungsi organ dan pergerakan badan, untuk mempertahankan suhu

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

Jajanan Makin Beracun, 30 Juta Anak Terancam. Oleh Otto Ismail Rabu, 27 Februari :35

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai negara agraris (Simatupang et al, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pangan atau makanan merupakan kebutuhan primer setiap. manusia.keamanan serta kebersihan makanan tersebut menjadi faktor yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Nuraida dkk, 2014). Sedangkan pada kenyataannya masih banyak

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB I PENDAHULUAN. pangan, memberikan wewenang kepada Badan POM untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berusia tahun. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan anak yang berada pada usia sekolah yaitu. antara 6-12 tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei awal yang dilakukan di MIN Bawu Batealit Jepara terdapat sekitar delapan orang penjual makanan jajanan

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa makan dan minum yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia. berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia.

berturut-turut sebesar 10,7 persen dan 7,7 persen.

BAB I PENDAHULUAN. Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan. Makanan (BPOM) per 2013 menyatakan PJAS (Panganan Jajanan Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional, dan untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

BAB I PENDAHULUAN. makanan makhluk hidup dapat memperoleh zat-zat yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) merupakan faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM yang berkualitas, faktor gizi memegang peranan penting. Gizi yang baik akan menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif (Depkes RI, 2005). Salah satu SDM yang harus diperhatikan adalah anak usia sekolah, karena merupakan investasi bangsa dan sebagai generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian gizi dengan kualitas dan kuantiítas yang baik dan benar. Dalam masa tumbuh kembang, pemberian gizi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna (Judarwanto,2005). Masalah tumbuh kembang merupakan salah satu program perbaikan gizi khususnya pada anak sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah yang masih belum banyak dilakukan. Padahal perbaikan gizi pada anak ini merupakan langkah strategis karena dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas. Selain itu 1

perbaikan gizi pada anak sekolah dasar dapat dijadikan sebagai media pembawa perubahan (agent of change) bagi pembentukan gizi baik untuk diri sendiri maupun keluarganya ( Depkes RI, 2005). Adapun upaya perbaikan dan peningkatan gizi menekankan pada pentingnya pembelajaran diantaranya dengan gizi makanan jajanan pada anak sekolah. Pada golongan usia sekolah khususnya usia sekolah dasar (SD), sejak bangun tidur di pagi hari hingga menjelang tidur di malam hari, waktu yang dimiliki anak lebih banyak dihabiskan di luar rumah baik di sekolah maupun tempat bermain. Hal ini mempengaruhi kebiasaan waktu makan mereka yaitu pada umumnya ketika lapar anak lebih suka jajan (Sihadi,2004). Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik tahun 1999 menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita per bulan penduduk perkotaan untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999. Sementara itu kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi anak sekolah menyumbang 5,5% energi dan 4,2% protein. Namun demikian ternyata makanan jajanan masih beresiko terhadap kesehatan, diantaranya mulai dari penyakit akut hingga kronis, juga penyakit gizi kurang hingga gizi lebih. Selain itu dalam jangka panjang menyebabkan penyakit seperti kanker dan tumor, juga dapat mempengaruhi fungsi otak termasuk perilaku pada anak sekolah. Pengaruh jangka pendek dapat menyebabkan pusing, mual, 2

muntah, diare bahkan kesulitan buang air besar. Akibatnya banyak terjadi kasus keracunan makanan jajanan di masyarakat ( Erna Sinaga, 2006). Melihat dari dampak makanan jajanan, sehingga kebiasaan jajan di sekolah masih perlu menjadi perhatian masyarakat, khususnya orangtua, pendidik dan pengelola sekolah. Pada tahun 2007, Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) melakukan survei dengan melibatkan 4.500 sekolah di Indonesia dan membuktikan bahwa 45% jajanan anak berbahaya (Suci, 2009). Berdasarkan data Badan POM tahun 2008-2011 menjelaskan bahwa sekitar 40-44 persen jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat dan menyumbang sebesar 13,5% keracunan (www.pom.go.id). Menurut Sampurno (2005), masalah keracunan makanan sudah menjadi langganan di Indonesia. Hampir setiap tahun kasus keracunan selalu ada dan angka kejadiannya pun cukup tinggi. Dari seluruh kasus keracunan makanan yang ada, semua bersumber pada pengolahan dalam bentuk industri rumah tangga memang diragukan keamanannya. Meskipun jajanan yang diproduksi industri makanan tersebut berteknologi tinggi, belum tentu terjamin keamanannya. Oleh karena itu, kemanan makanan jajanan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian serius, konsisten dan disikapi bersama (Februhartanty, dkk,2004). Selain itu dari hasil Laporan Tahunan Kegiatan Pembinaan Teknis Penatalaksanaan Makanan dan Minuman Hasil Produksi IRT TA 2011 pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang yang telah melakukan pemeriksaan terhadap 30 sampel didapat sebanyak 10% (3 sampel ) mengandung formalin 3

dan cemaran mikroba didapatkan sebanyak 6,67% (2 sampel) mengandung boraks. Hasil pemeriksaan pewarna makanan pada 60 sampel didapatkan 3,33% (2 sampel) tidak memenuhi syarat. Menurut Direktorat Bina Gizi Kemenkes RI yang termasuk BTP berbahaya antara lain boraks (mengandung logam berat), formalin (pengawet mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil). (Dinkes Kota Tangerang, 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan jajanan meliputi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan khususnya pengetahuan gizi, kecerdasan, persepsi, emosi dan motivasi dari luar. Pengetahuan gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih makanan jajanan yang sehat. Pengetahuan gizi anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan (Notoatmodjo, 2003). Selain pengetahuan, sikap juga ikut berperan penting di mana sikap seorang anak berpengaruh dalam memilih makanan jajanan. Sikap positif anak terhadap kesehatan kemungkinan tidak berdampak langsung pada perilaku anak menjadi positif, tetapi sikap yang negatif terhadap kesehatan hampir pasti berdampak pada perilakunya. (Notoatmodjo, 2003). Berbagai cara pendekatan dilakukan untuk mengatasi masalah gizi anak sekolah, salah satunya program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), melalui intervensi pada program pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan termasuk gizi. Peningkatan pengetahuan tentang gizi diberikan 4

pada saat pelatihan dan pembinaan program. Melalui pendidikan kesehatan dilakukan peningkatan pengetahuan tentang gizi dan manfaatnya bagi kesehatan. Pengetahuan bisa diintegrasikan pada kegiatan ekstra kulikuler salah satunya kegiatan Dokter Kecil (Depkes RI, 2005). Keberadaan dokter kecil untuk mendukung program usaha kesehatan sekolah (UKS) perlu terus dikembangkan. Berdasarkan laporan UNICEF Indonesia, salah satu badan Perserikatan Bangsa-bangsa, komunitas dokter kecil terbukti dapat menjadi agen perubahan dalam menggerakkan budaya hidup sehat di komunitas sekelilingnya (Kompas,2012). Dokter kecil diharapkan dapat berperan aktif dalam peningkatan kesehatan dengan menggerakkan dan membimbing teman, membantu petugas kesehatan termasuk juga pengamatan warung sekolah. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul: Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Dokter Kecil (DOKCIL) dalam Memilih makanan Jajanan di Tiga Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Karawaci Kota Tangerang. 1.2 Identifikasi Masalah Salah satu SDM yang harus diperhatikan adalak anak usia sekolah. Makanan jajanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan anak sekolah dasar. Selain karena harganya yang relatif murah dan mudah untuk diperoleh, jenisnya pun beragam Makanan jajanan di sekolah ternyata 5

sangat beresiko terjadi cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan. Berdasarkan Laporan Hasil Tahunan Kegiatan Pembinaan Teknis Penatalaksanaan Makanan dan Minuman Hasil Produksi Industri Rumah Tangga tahun anggaran 2011 pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang, dari pemeriksaan terhadap 30 sampel didapat sebanyak 10% (3 sampel) mengandung formalin dan cemaran mikroorganisme, didapatkan sebanyak 6,67% (2 sampel) mengandung boraks. Hasil pemeriksaan pewarna makanan pada 60 sampel didapatkan 3,33% ( 2 sampel ) tidak memenuhi syarat. Perilaku makan pada anak usia di sekolah harus diperhatikan secara cermat dan hati- hati. Salah satu upaya strategis untuk mengatasi masalah gizi anak SD dan MI melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS ) yang diintegrasikan pada kegiatan Dokter Kecil (DOKCIL). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitian dengan judul Hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku dokter kecil (DOKCIL) dalam memilih makanan jajanan di 3 ( tiga ) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dengan perilaku dokter kecil (DOKCIL) dalam memilih makanan jajanan di 3 ( tiga ) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang. 6

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik responden (variabel: jenis kelamin, umur, pekerjaan orang tua, sarapan, bekal,uang jajan) dokter kecil (DOKCIL ) di 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang. 2. Mengidentifikasi pengetahuan dokter kecil (DOKCIL ) dalam memilih makanan jajanan di 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang. 3. Mengidentifikasi sikap dokter kecil (DOKCIL ) dalam memilih makanan jajanan di 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang. 4. Mengidentifikasi perilaku dokter kecil (DOKCIL ) dalam memilih makanan jajanan di 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang. 5. Menganalisis hubungan antara karakteristik responden (variabel : jenis kelamin, umur, pekerjaan orang tua, sarapan, bekal,uang jajan) dengan perilaku dokter kecil ( DOKCIL ) dalam memilih makanan jajanan di 3 ( tiga ) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang. 6. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku dokter kecil ( DOKCIL ) dalam memilih makanan jajanan di 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang. 7

7. Menganalisis hubungan antara sikap dengan perilaku dokter kecil ( DOKCIL ) dalam memilih makanan jajanan di 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru dalam menghimbau dan menetapkan peraturan mengenai makanan jajanan yang sehat bagi para anak didiknya dalam rangka mengantisipasi munculnya masalah gizi khususnya kejadian infeksi atau angka kesakitan pada anak sekolah, karena pada dasarnya, penindak lanjutan masalah keamanan jajanan anak sekolah tidak lepas dari partisipasi pihak sekolah. 1.4.2 Manfaat Bagi dokter Kecil Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan, mengantisipasi dirinya sendiri dan mensosialiasikan bagi teman sebaya dan keluarga untuk memilih makanan jajanan yang aman, sehat dan bergizi. Sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi dan kesehatannya selalu terjaga. 1.4.3 Manfaat bagi Peneliti Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam pelaksanaan penelitian serta dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya. 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2012 di 3 ( tiga ) Sekolah Dasar Negeri, Kec. Karawaci, Kota Tangerang yaitu SDN Tumpeng I, SDN Gerendeng 1 dan SDN Gerendeng 2 dengan judul penelitian Hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku dokter kecil (DOKCIL) dalam memilih makanan jajanan di 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri Kec. Karawaci, Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan menggunakan alat bantu kuisioner dan formulir food recall. 9