I. PENDAHULUAN. tahun. Menurut data FAO (2008), pada tahun konsumsi kentang. di Indonesia adalah 1,92 kg/kapita/tahun.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

I. PENDAHULUAN. dicampur dengan tapioka dan bumbu yaitu: santan, garam, gula, lada, bawang

KAJIAN PENGGUNAAN PATI DARI UBI KAYU SEBAGAI BAHAN EDIBLE COATING UNTUK MEMBUAT KERIPIK NENAS RENDAH LEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam umbi-umbian dapat dipergunakan sebagai sumber. kalori/karbohidrat, salah satunya adalah singkong. Singkong kaya akan

KULIAH KE VIII EDIBLE FILM. mampu membuat kemasan edible yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dari kerusakan. Kemasan makanan di masa modern sudah

I. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia sehari-hari. Plastik umumnya berasal dari minyak bumi

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

KOMBINASI PATI SINGKONG DAN KARBOKSIMETILSELUOSA (CMC) SEBAGAI EDIBLE COATING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KENTANG POTONG SELAMA PENGGORENGAN

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Plastik sebagai kemasan produk menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

I. PENDAHULUAN. Kemasan memiliki fungsi utama untuk melindungi produk dari kerusakan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

sebesar 15 persen (Badan Pusat Statistik, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Sesuai dengan trend global, saat ini banyak produk pangan yang berlabel kesehatan.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2)

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

mempengaruhi atribut kualitas dari produk tersebut (Potter, 1986). Selama proses

I. PENDAHULUAN. konsumsi masyarakat, khususnya untuk plastik kemasan. Berdasarkan data

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan

PENDAHULUAN. peningkatan mutu, penggunaan bahan pembentuk rasa dan warna, serta

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

SKRIPSI KOMBINASI PATI SINGKONG DAN KARBOKSIMETILSELUOSA (CMC) SEBAGAI EDIBLE COATING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KENTANG POTONG SELAMA PENGGORENGAN

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

PENGARUH PENGGUNAAN EDIBLE COATING TERHADAP SUSUT BOBOT, ph, DAN KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK BUAH POTONG PADA PENYAJIAN HIDANGAN DESSERT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar ton

BAB I PENDAHULUAN. jenang terbuat dari tepung ketan, santan, dan gula tetapi kini jenang telah dibuat

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Berbagai produk dan peralatan dihasilkan dari bahan plastik karena dinilai lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

TINJAUAN PUSTAKA. berbagai daerah. Ada berbagai jenis salak yang disebut berdasarkan daerah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pola makan sehat bagi kehidupan manusia. Sebagaimana al-qur an. menjelaskan dalam surat Abbasa (80) :

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman adalah salah satu industri yang. agar produk akhir yang dihasilkan aman dan layak untuk dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Dilihat dari karakter fisiknya, murbei merupakan buah yang berasa segar manis

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

PERENDAMAN DALAM KALSIUM KLORIDA DAN PENGGUNAAN EDIBLE COATING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS FRENCH FRIES DARI KENTANG VARIETAS TENGGO DAN KRESPO

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipilih sebagai cara pengolahan makanan karena mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. buah dan sayuran. Salah satunya adalah buah tomat (Lycopersicon esculentum

I. PENDAHULUAN. ketersediaan air, oksigen, dan suhu. Keadaan aerobik pada buah dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan. Secara alami pati ditemukan dalam bentuk butiran-butiran yang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu jenis buah yang akhir-akhir ini populer adalah buah naga. Selain

PENDAHULUAN. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2014), sebanyak 40,6%

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

KARBOHIDRAT. Pendahuluan. Pertemuan ke : 3 Mata Kuliah : Kimia Makanan / BG 126

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

PENGANTAR. Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan pangan

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum) merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai kandungan kalori dan mineral penting bagi kebutuhan manusia (Dirjen Gizi, 1979). Meskipun kentang bukan bahan makanan pokok rakyat Indonesia, akan tetapi konsumennya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data FAO (2008), pada tahun 2006-2007 konsumsi kentang di Indonesia adalah 1,92 kg/kapita/tahun. Salah satu olahan kentang yang paling diminati yaitu olahan kentang dengan cara digoreng. Terdapat berbagai macam olahan kentang dengan cara digoreng, salah satunya yaitu kentang goreng (french fries). French fries merupakan produk olahan kentang yang menunjukkan kecenderungan semakin populer dalam pola konsumsi masyarakat (Adiyoga dkk., 1999). Hampir semua kalangan mengkonsumsi dan menyukai kentang goreng. Kentang goreng umumnya disajikan sebagai makanan ringan (snack) atau sebagai pendamping menu utama (maincourse). Pengolahan bahan pangan dengan panas memiliki kekurangan yaitu adanya degradasi ataupun penyusutan unsur gizi yang dikandung. Selain itu, selama proses penggorengan terjadi transfer massa dan transfer panas. Transfer massa yang terjadi berupa penguapan air dari bahan dan transfer panas berupa penyerapan minyak ke dalam produk yang digoreng, dalam jumlah tertentu (Romdhijati, 2010). Menurut Pinthus (1993), produk goreng 1

2 mengandung lemak sampai 50% dari total beratnya. Hal tersebut yang menyebabkan tidak sedikit orang khawatir untuk mengkonsumsi kentang goreng. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi penyerapan minyak adalah dengan aplikasi edible coating. Edible coating merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan mutu dari buah-buahan pada suhu ruang (Pantastico, 1993). Edible coating adalah lapisan tipis yang bertujuan untuk memberikan penahan yang selektif terhadap perpindahan massa (Krochta dkk., 1994). Menurut Mellema (2003), edible coating dapat digunakan untuk menurunkan kadar lemak pada bahan pangan yang digoreng, karena bersifat sebagai penghalang yang baik terhadap lemak sehingga penyerapan minyak ke dalam bahan selama penggorengan akan berkurang. Albert dan Mittal (2001) dalam Fortuna dkk. (2014) menyatakan bahwa penggunaan edible coating pati jagung pada produk serealia dapat mengurangi penyerapan lemak sebesar 59% selama penggorengan. Selain itu, kemasan edible dapat ikut dikonsumsi, bersifat mewadahi dan memberi bentuk yang bersifat melindungi bahan pangan dari kehilangan substansi yang mudah menguap, reaksi antar substansi, penyerapan uap air dari udara dan reaksi ketengikan oksidatif. Menurut Donhowe dan Fennema dalam Krochta dkk. (1994), komponen utama penyusun edible coating dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu hidrokoloid, lipida dan komposit (campuran). Beberapa jenis hidrokoloid adalah protein, derivat selulosa, alginat, pektin, tepung dan

3 polisakarida lainnya. Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai penguat tekstur (selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin) dan sebagai sumber energi (pati, dekstrin, glikogen, frutan). Polisakarida penguat tekstur ini tidak dapat dicerna oleh tubuh, tetapi merupakan serat-serat (dietary fiber) yang dapat menstimulasi enzim-enzim pencernaan (Winarno, 2004). Polisakarida seperti pati dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan edible coating. Pati sering digunakan dalam industri pangan sebagai biodegradable film untuk menggantikan polimer plastik karena ekonomis, dapat diperbaharui dan memberikan karakteristik fisik yang baik (Burton, 1998). Ubi-ubian yang sering dijadikan sumber pati antara lain ubi jalar, kentang dan singkong (Liu, 2005 dalam Cui, 2005). Pati singkong sering digunakan sebagai tambahan dalam industri makanan dan industri yang berbasis pati karena kandungan patinya yang cukup tinggi (Niba, 2006 dalam Hui, 2006). Salah satu sumber pati singkong yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan edilbe coating adalah tapioka. Menurut Badan Pusat Statistik (2009), produksi tanaman ubi kayu di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 20.834.241 ton. Melihat kandungan pati pada singkong sebesar 90%, maka pada tahun tersebut dapat menghasilkan 18.750.816,9 ton pati singkong. Produksi pati yang tinggi, penanamannya yang mudah, dan mudah didapatkan di Indonesia menjadikan singkong sangat potensial dijadikan sebagai bahan dasar edible coating. Selain itu, pemanfaatan pati singkong

4 belum dikenal luas oleh masyarakat, sehingga penggunaan pati singkong sebagai bahan edible coating dapat dikembangkan di Indonesia. Penggunaan bahan tunggal pada edible coating seperti pati masih menyisakan beberapa kekurangan diantaranya adalah sifat rapuh dan kaku yang tidak tahan terhadap pemanasan. Oleh karena itu perlu ditambahkan bahan tambahan aditif dan bahan aditif yang banyak digunakan adalah CMC (karbosimetilselulosa) dan gliserol. CMC merupakan derivat selulosa yang sifatnya mengikat air dan sering digunakan sebagai pembentuk tekstur halus, stabilizer, pengental dan emulsifier (Krochta dkk., 1994). Selain itu, menurut Garcia dkk. (2002) penggunaan larutan CMC juga dapat mengurangi penyerapan minyak pada irisan kentang. Maka dari itu, berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk menentukan konsentrasi terbaik pada kombinasi pati singkong dan karboksimetilselulosa (CMC) sebagai edible coating untuk meningkatkan kualitas kentang potong selama penggorengan. B. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai edible coating telah banyak dilakukan. Beberapa bahan juga telah banyak digunakan untuk membuat edible coating. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Fortuna dkk. (2014) mengenai kajian penggunaan pati dari ubi kayu sebagai bahan edible coating untuk membuat keripik nenas rendah lemak. Penelitian tersebut menggunakan rancangan acak kelompok dengan 5 perlakuan konsentrasi pati sebagai bahan edible coating (1%, 2%, 3%, 4%, 5%) dan 3 ulangan. Konsentrasi pati sebesar 3% dan CMC 1% dapat

5 menurunkan penyerapan minyak selama penggorengan keripik nenas sebesar 35,5% dengan kadar air 17,3% dan kadar lemak 8,9%. Darawati dan Pranoto (2010), melakukan penelitian tentang penyalutan kacang rendah lemak menggunakan selulosa eter dengan pencelupan untuk mengurangi penyerapan minyak selama penggorengan dan meningkatkan stabilitas oksidatif selama penyimpanan. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa edible coating dengan selulosa eter memiliki efek signifikan pada kadar minyak dan kadar air dari PDP (p<0,05). Edible coating dengan CMC 1% sebelum menggoreng menurunkan kadar minyak sebanyak 21,27% PDP. Coating dengan selulosa eter memperbaiki stabilitas oksidatif pada PDP selama 14 hari penyimpanan. Coating dengan CMC 1% sebelum menggoreng memiliki peningkatan terrendah pada nilai peroksida dan nilai TBA. Penelitian yang dilakukan oleh Haryanti dkk. (2013), mengenai perendaman potongan kentang dalam CaCl 2 dan penggunaan karboksimetil selulosa (CMC), maltodekstrin dan gelatin sebagai edible coating dilakukan untuk mengetahui kualitas french fries dari kentang Tenggo dan Krespo. Hasil dari penelitian tersebut yaitu jenis varietas kentang, konsentrasi CaCl 2 dan jenis edible coating berpengaruh sangat nyata terhadap tekstur, kenampakan, warna dan berpengaruh nyata terhadap kadar lemak french fries. Perendaman dengan konsentrasi CMC 1% dan penggunaan maltodekstrin pada kentang varietas Krespo menghasilkan french fries terbaik yaitu tekstur

6 agak renyah, warna agak kecokelatan, kenampakan agak berminyak dan dapat menurunkan kadar lemak dari 28,9% (bk) menjadi 10,17% (bk). C. Masalah Penelitian 1. Apakah edible coating dari kombinasi pati singkong dan CMC menyebabkan perbedaan pengaruh terhadap kualitas (sifat fisik, sifat kimia, sifat mikrobiologi dan organoleptik) kentang potong selama penggorengan? 2. Berapakah kombinasi kadar pati singkong dan CMC yang optimal untuk edible coating yang dapat menghasilkan kualitas (sifat fisik, sifat kimia, sifat mikrobiologi dan organoleptik) terbaik pada kentang potong selama penggorengan? D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perbedaan pengaruh edible coating dari kombinasi pati singkong dan CMC terhadap kualitas (sifat fisik, sifat kimia, sifat mikrobiologi dan organoleptik) kentang potong yang selama penggorengan. 2. Mengetahui kombinasi kadar pati singkong dan kadar CMC yang optimal untuk edible coating yang dapat menghasilkan kualitas (sifat fisik, sifat kimia, sifat mikrobiologi dan organoleptik) terbaik pada kentang potong selama penggorengan.

7 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kentang potong selama penggorengan menggunakan aplikasi edible coating. Selain itu, memanfaatkan singkong dalam bentuk tapioka untuk memanfaatkan pati semaksimal mungkin, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari tapioka.