NASKAH PUBLIKASI YOSEPHA NIM I

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DUSUN SUKOHARJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Badan Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara.

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015.

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

HUBUNGAN MEDIA SOSIALISASI DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR (WUS) DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI PUSKESMAS ALIANYANG KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci: Lesi prakanker, IVA Positif, Krioterapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN MOTIVASI WANITA USIA SUBUR UNTUK MELAKUKAN TEST INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DESA CANGGAL KECAMATANCANDIROTO KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang memberi beban kesehatan masyarakat karena keberadaannya tersebar di

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN SAMBEN ARGOMULYO SEDAYU BANTUL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI KEBAYANAN TERSO DESA KANDANGSAPI JENAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Roswati Dani Ningrum dan Dyah Fajarsari Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto ABSTRAK

PERNYATAAN SKRIPSI. Medan, Juli 2014 Peneliti. (Paolisma Gustini Harefa) iii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal,

LUTHFIANA DEWI NIM I

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU WANITA USIA SUBUR DALAM PERAWATAN PAYUDARA SENDIRI DI DESA PAKUNDEN KABUPATEN PONOROGO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN WUS DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI PUSKESMAS MANAHAN SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan tumor ganas pada sel-sel yang terdapat pada

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI

Heni Hendarsah Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat ABSTRAK

NURLAINIYAH KARTIKA SARI

PENYULUHAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) di DUSUN CANDIREJO, TEGALTIRTO, BERBAH, SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU SADARI PADA KADER POSYANDU KECAMATAN DELANGGU

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SADARI KELAS X DI SMAN 1 SEDAYU BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

Kata kunci: Tingkat pengetahuan, Ketrampilan, SADARI

BAB I PENDAHULUAN. biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : KIKI RIZKI ANANDA

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Sri Waluyaningsih

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI DESA PUCANGAN KARTASURA SUKOHARJO

SKRIPSI. OLEH: Birgita Bupu Raja NRP:

BAB I PENDAHULUAN. kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut kesehatan reproduksi ini, salah satunya adalah kanker

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

Oleh. Anin Nur Sholihah 1) dan Etik Sulistyorini 2) ABSTRAK. Kata kunci: Sikap, Minat, Kanker Serviks, Inpeksi Visual Asam Asetat, Wanita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP MOTIVASI MELAKUKAN SADARI PADA WANITA USIA SUBUR

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

RABIATHUL IRFANIAH NIM I

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG AKDR DENGAN MINAT SKRINING KANKER SERVIKS ABSTRAK

Tri Viviyawati 1 1 Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Hubungan Antar Dukungan Suami Dengan Sikap Istri Pada Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Menggunakan Tes IVA Di Puskesmas Jaten II

Blank (11pt) 1. PENDAHULUAN

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

ANISA NURUL HANIFAH J

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PARTISIPASI PERIKSA PAP SMEAR ANTARA PERAWAT DENGAN MASYARAKAT DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular yang paling menakutkan bukan hanya pada. wanita, tetapi pada laki-laki dan anak-anak yakni kanker.

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA UMUR TAHUN YANG BERADA DI KELURAHAN SEI RENGAS I MEDAN MENGENAI SADARI KELVIN YUWANDA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

Finaninda* Yuyun Tafwidhah** Desy Wulandari***

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS WANITA USIA SUBUR (WUS) PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DI UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK KOTA YOSEPHA NIM I31112095 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2016

NASKAH PUBLIKASI Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Wanita Usia Subur (WUS) Pengguna Kontrasepsi Hormonal Di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota Tanggung Jawab Yuridis Material Pada YOSEPHA NIM. I31112095 Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Rita Hafizah, S.Si.T, M.Kes Winarianti, S.Kep., Ners NIP. 197003031991022001 NIDN. 10102012 Penguji I Penguji II Ns. Adriana, S.Kep., M.Kes Yuyun Tafwidah, SKM, M.Kep NIP. 197910251998032002 NIP. 198212142005012011 Mengetahui, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura dr. Arif Wicaksono, M.Biomed NIP. 198310302008121002

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS WANITA USIA SUBUR (WUS) PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL DI UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK KOTA Yosepha*, Rita Hafizah**, Winarianti*** *Mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura, **Manajemen Keperawatan Rumah Sakit Sultan Syarif Mohammad Alkadrie, ***Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura ABSTRAK Latar Belakang: Wanita yang sudah berusia 35 tahun tidak direkomendasikan lagi untuk menggunakan kontrasepsi hormonal karena meningkatkan resiko kanker serviks. Tingginya angka kematian akibat kanker serviks menunjukkan masih rendahnya kesadaran akan pentingnya deteksi dini. UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota menyediakan layanan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks (yaitu pap smear dan IVA), namun baru 5,65% saja WUS yang melakukan pemeriksaan. Domain utama yang memengaruhi perilaku adalah pengetahuan. Pengetahuan memberikan informasi dan fakta yang benar mengenai bagaimana kita harus bertindak. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 52 sampel diambil menggunakan teknik consecutive sampling. Analisis data menggunakan uji Fisher. Hasil: Analisis bivariat dengan Uji Fisher didapatkan nilai p = 0,009 (p<0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. Kata kunci Referensi : Pengetahuan, Perilaku, Deteksi Dini Kanker Serviks, Pengguna Kontrasepsi Hormonal : 43 (2004-2016)

RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE LEVEL WITH CERVICAL CANCER EARLY DETECTION BEHAVIOUR AMOUNG WOMEN OF CHILDBEARING AGE WHO ARE USING HORMONAL CONTRACEPTION AT KOTA PONTIANAK DISTRICT HEALTH CENTER Yosepha*, Rita Hafizah**, Winarianti*** * Nursing Student of Tanjungpura University, **Nursing Management of Sultan Mohammad Alkadrie Hospital Pontianak, ***Nursing Lecture of Tanjungpura University ABSTRACT Background: Women who are 35 years old is not recommended to use hormonal contraception because it increases the risk of cervical cancer. High mortality rates due to cervical cancer showed low awareness on the importance of early detection. Kota Pontianak District Health Center providing screening services for early detection of cervical cancer (such as pap smear and IVA), but only 5,65% women who perform the examination. The main domain that affects behaviour is knowledge. Knowledge provides correct information and facts about how we should act. Objective: To determine the relationship between knowledge level with cervical cancer early detection behaviour amoung women of childbearing age who are using hormonal contraception at Kota Pontianak District Health Center. Methods: This study used quantitative design with cross sectional approach. 52 respondents were chosen by consecutive sampling technique. Data was analyzed by Fisher's exact test. Results: Bivariate analysis using Fischer s exact test produces p value = 0.009 (p<0.05). Conclusion: There is a relationship between knowledge level with cervical cancer early detection behaviour amoung women of childbearing age who are using hormonal contraception at Kota Pontianak District Health Center. Keywords References : Knowledge, Behaviour, Cervical Cancer Early Detection, Hormonal Contraception Users : 43 (2004-2016)

PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) tahun 2013 menjelaskan insidens kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan pada 2030 insidens kanker dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta di antaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya akan lebih cepat. 1 Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Berdasarkan data tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker serviks. 2 Kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor 7 di Indonesia. Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insidens kanker serviks 17 per 100.000 perempuan atau sekitar 98.692 orang. 1 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, badan Litbangkes Kementrian Kesehatan RI dan data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementrian RI, prevalensi penyakit kanker serviks di Kalimantan Barat yang telah didiagnosis oleh dokter sebesar 0,8%, yaitu sebanyak 882 orang. 3 Data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat (2015) menunjukkan bahwa Kota Pontianak memiliki jumlah kasus tertinggi untuk kanker pada wanita dibandingkan Kabupaten dan Kota lain di Kalimantan Barat. Data tahun 2015 menunjukkan jumlah kasus kanker pada wanita di Kota Pontianak sebanyak 134 kasus. Wanita usia subur (WUS) beresiko mengalami berbagai masalah kesehatan reproduksi termasuk kanker serviks. Resiko meningkat seiring bertambahnya usia, banyaknya persalinan, konsumsi rokok, penggunaan kontrasepsi hormonal, dan menikah diusia kurang dari 17 tahun. 4 WUS 1

yang berusia 35 tahun sudah tidak direkomendasikan lagi untuk menggunakan kontrasepsi hormonal. Resiko terjadinya kanker meningkat 2 kali lipat setelah usia 35 hingga 60 tahun. Ada bukti bahwa menggunakan kontrasepsi hormonal untuk waktu yang lama meningkatkan risiko kanker serviks. 5 Deteksi dini merupakan kunci upaya penyembuhan semua jenis kanker. Pentingnya deteksi dini dilakukan untuk mengurangi prevalensi jumlah penderita dan untuk mencegah terjadinya kondisi kanker pada stadium lanjut. Cara deteksi dini kanker serviks yang paling sering digunakan ialah metode usapan lendir leher rahim menurut Papanicolaou atau sering dikenal dengan pap smear dan metode yang lebih murah dan mudah, yaitu IVA (Inspeksi Visual Asetat). Kanker serviks pernah menjadi salah satu penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita Amerika. Tetapi selama 30 tahun terakhir, angka kematian akibat kanker serviks telah menurun lebih dari 50%. Alasan utama untuk penurunan ini adalah peningkatan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Prosedur ini dapat mendeteksi perubahan pada serviks sebelum kanker berkembang dan juga dapat mendeteksi kanker serviks secara dini ditahap yang dapat disembuhkan. 4,5 Tingginya angka kanker serviks di Indonesia karena tidak cepat terdeteksi. Ketua Yayasan Kanker Indonesia ( 2014) menyayangkan masih rendahnya angka kesadaran perempuan Indonesia untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim atau serviks. Padahal, bila dideteksi dan ditemukan dini, tingkat kesembuhan jenis kanker semacam ini lebih tinggi. 6 Saat ini diperkirakan baru sekitar 5% wanita Indonesia yang mau melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks, mengakibatkan banyak kasus ini ditemukan sudah pada stadium lanjut yang sering kali mengakibatkan kematian. Padahal di Indonesia sudah banyak pelayanan kesehatan yang menyediakan fasilitas deteksi dini dan tenaga kesehatan yang telah terlatih, tetapi angka morbiditas dan mortalitas akibat kanker serviks ini masih 2

tinggi. 7 Data rekapitulasi deteksi dini kanker serviks di Kota Pontianak tahun 2015 dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, dengan hasil pemeriksaan leher rahim sebagai berikut: IVA positif sebanyak 55 orang; Curiga kanker sebanyak 16 orang; Kelainan ginekologi lain sebanyak 21 orang; dan kanker serviks sebanyak 3 orang. Jumlah klien yang dirujuk untuk krioterapi sebanyak 53 orang. Data menunjukkan dari 14.496 target pemeriksaan IVA (usia 30-50 tahun) hanya 2.074 orang atau 14,3% saja yang melakukan pemeriksaan IVA. Satu diantara faktor penentu yang dapat memengaruhi perilaku kesehatan adalah faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, pendidikan, ekonomi, dan budaya. 8 Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Sebagian besar penderita kanker datang sudah dalam stadium lanjut sehingga prosesnya sulit atau tak mungkin lagi disembuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks masih tergolong rendah, sehingga kesadaran masyarakat untuk skrining kanker serviks juga rendah. Kendala sosial masyarakat berkaitan dengan konsep tabu. Seperti kita ketahui kanker serviks merupakan kanker yang menyerang bagian sensitif dan tertutup perempuan. Bukan hal yang mudah untuk mendorong perempuan membuka diri dan mengizinkan pemeriksaan dilakukan oleh dokter atau paramedis laki-laki. Bagi masyarakat dengan pengetahuan yang cukup, maka tidak akan menjadi masalah, tapi akan berbeda halnya bagi masyarakat yang tingkat pengetahuannya kurang. Pengetahuan dapat memberikan informasi atau fakta yang benar mengenai perilaku seseorang. Semakin luasnya pengetahuan dan wawasan berpikir seseorang wanita mengenai kanker serviks, maka diharapkan dapat berpikir lebih baik dan lebih banyak kemungkinan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan di Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Praktik Mandiri 3

Dokter/ Bidan/ Perawat. Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berfokus pada upaya promosi dan pencegahan penyakit dan merupakan tempat pertama yang akan dikunjungi masyarakat ketika mengalami masalah kesehatan. Satu-satunya Puskesmas di Kota Pontianak yang menyediakan layanan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, yaitu pap smear dan IVA adalah UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota dari 5.042 WUS yang sudah menikah hanya 285 orang atau sekitar 5,65% saja yang melakukan deteksi dini kanker serviks pada tahun 2015. Hasil pemeriksaan leher rahim sebagai berikut: IVA positif sebanyak 5 orang; Curiga kanker sebanyak 6 orang; Kelainan ginekologi lain sebanyak 3 orang; dan yang dirujuk ke spesialis onkologi sebanyak 3 orang. Jumlah pemeriksa pap smear sebanyak 101 orang. Jumlah pemeriksa yang dirujuk untuk krioterapi sebanyak 9 orang. Wawancara telah dilakukan pada 10 orang WUS pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota yang berusia 35-49 tahun. Hasil wawancara menunjukkan 7 orang tidak mengetahui mengenai deteksi dini kanker serviks dan belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear maupun IVA, 2 orang mengetahui mengenai deteksi dini kanker serviks, namun belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear maupun IVA, dan 1 orang mengetahui mengenai deteksi dini kanker serviks dan sudah satu kali melakukan pemeriksaan IVA. Fenomena di atas menunjukkan bahwa wanita Indonesia yang melakukan deteksi dini kanker serviks hanya beberapa saja dari sekian banyak penduduk. Hal ini umumnya disebabkan masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kanker serviks, maka perlu untuk mengadakan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker 4

serviks wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. METODE Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan cross-sectional. Populasi pada penelitian ini adalah WUS yang berusia 35 tahun sampai 49 tahun dan menggunakan kontrasepsi hormonal pada bulan Februari 2016 di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. Sebanyak 52 sampel diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Kriteria inklusi adalah WUS yang berusia 35 tahun sampai 49 tahun, menggunakan kontrasepsi hormonal dan datang ke UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota saat penelitian serta bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah WUS yang sudah terdiagnosa kanker serviks dan yang telah menjalani operasi pemotongan atau pengangkatan serviks. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2016 dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Fisher. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Serviks dan Deteksi Dini Kanker Serviks No Tingkat Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%) 1 Rendah 19 36,5 2 Tinggi 33 63,5 Total 52 100 Sumber : Data Primer, 2016 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden (36,5%) memiliki pengetahuan yang rendah mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks dan sebanyak 33 responden (63,5%) memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks. 5

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku terhadap Deteksi Dini Kanker Serviks No Perilaku Jumlah (n) Persentase (%) 1 Tidak Melakukan 42 80,8 2 Melakukan 10 19,2 Total 52 100 Sumber : Data Primer, 2016 Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dari 52 responden sebanyak 42 orang (80,8%) belum pernah melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan hanya 10 orang (19,2%) saja yang sudah pernah melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Tabel 3 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Wanita Usia Subur (WUS) Pengguna Kontrasepsi Hormonal Di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Total p Value Pengetahuan Tidak Melakukan Melakukan n % n % n % Rendah 19 100 0 0 19 100 Tinggi 23 69,7 10 30,3 33 100 Total 42 80,8 10 19,2 52 100 Sumber: Data Primer, 2016 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden dengan tingkat pengetahuan rendah tidak ada yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks sedangkan dari 33 responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 23 orang (67,9%) tidak melaku kan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, dan sebanyak 10 orang 0,009 (30,3%) yang melakukan deteksi dini kanker serviks. Berdasarkan hasil dari uji Fisher didapatkan p value = 0,009 ( p < 0,05). Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan deteksi dini kanker serviks wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. 6

PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terhadap 52 responden menunjukkan hasil bahwa sebanyak 19 responden (36,5%) memiliki pengetahuan yang rendah mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks dan sebanyak 33 responden (63,5%) memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (63,5%) memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang kanker serviks. Pengetahuan merupakan satu diantara faktor penting yang memengaruhi perilaku. Pengetahuan seseorang tentang kesehatan penting sebelum terjadinya perilaku kesehatan, namun tindakan kesehatan yang diinginkan tidak terjadi kecuali seseorang memiliki motivasi untuk bertindak atas pengetahuan yang dimilikinya. 9 Ada tujuh faktor yang memengaruhi pengetahuan, yaitu pendidikan, pekerjaan, usia, minat, pengalaman, kebudayaan, dan sumber informasi. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula mereka menerima informasi maka akan semakin luas pula pengetahuannya. Individu yang bekerja dalam bidang kesehatan akan cenderung memiliki pengetahuan lebih tentang bagaimana menjaga kesehatan. Pada aspek psikologis dan mental, semakin tua usia seseorang maka taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. Semakin banyak pengalaman seseorang maka semakin baik dan luas pula pengetahuannya. Minat menjadikan seseorang berkeinginan lebih mencari tahu tentang pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Kebudayaan akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat secara langsung. Kemudahan informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan. 10 Penelitian yang dilakukan terhadap 52 responden menunjukkan hasil bahwa sebanyak 42 responden (80,8%) tidak melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan hanya 10 responden (19,2%) saja yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker 7

serviks. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar WUS tidak melakukan deteksi dini kanker serviks. Deteksi dini kanker serviks yang menggunakan metode tes IVA di UPTD Puskesmas Kampung Bali bagi WUS yang memiliki KTP Pontianak tidak dikenakan biaya. Namun hal ini ternyata tidak mampu meningkatkan perilaku deteksi dini pada masyarakat. Semakin tinggi pengetahuan dan semakin baik sikap seorang wanita tentang kanker serviks, maka diharapkan dapat berpikir lebih baik dan lebih banyak kemungkinan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Dukungan suami menjadi faktor penentu karena dukungan pasangan akan memberikan penguatan terhadap motivasi untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. 11 Semakin tinggi dukungan lingkungan terhadap pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, maka motivasi WUS untuk melakukan pemeriksaan juga semakin tinggi. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia. 12 Motivasi sebagai inner state semacam perasaan atau kehendak yang amat mempengaruhi kemauan individu, sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku dan bertindak untuk menentukan gerakan atau tingkah laku individu kepada tujuan ( goals). 13 Alasan responden tidak melakukan deteksi dini kanker serviks adalah karena takut kalau-kalau hasil pemeriksaan menunjukkan hasil positif kanker serviks. Hasil tabulasi silang hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan rendah yang berjumlah 19 orang tidak ada yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, sedangkan pada responden dengan pengetahuan tinggi sebanyak 23 orang (67,9%) tidak melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, dan hanya sebanyak 10 orang (30,3%) saja yang melakukan deteksi dini kanker serviks. Hal ini menunjukan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan tinggi cenderung 8

melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Hasil analisis Fisher didapatkan nilai signifikansi ( p value) sebesar 0,009. Hasil uji menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,009 < 0,05) maka disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan pengetahuan terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks WUS pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota adalah lemah. Hal tersebut terlihat berdasarkan hasil distribusi perilaku deteksi dini kanker serviks ditinjau dari pengetahuan terdapat 23 responden ( 67,9,%) dengan pengetahuan tinggi namun tidak melakukan deteksi dini kanker serviks. Responden yang memiliki pengetahuan yang baik terhadap deteksi dini kanker serviks, namun tidak melakukan pemeriksaan disebabkan karena ada rasa takut, takut diketahui penyakitnya itu kanker, takut ke dokter, takut operasi, takut penyakitnya lebih cepat menyebar, takut sakit, dan tidak mempunyai biaya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tahun 2013 yang mana menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks pada pasangan usia subur di Wilayah kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta. 14 Penelitian lain yang juga menunjukkan hasil yang sama adalah penelitian tahun 2015 dengan hasil terdapat hubungan tingkat pengetahuan kanker serviks dengan minat ibu dalam melakukan pap smear di Mangkudranan Margorejo Tempel Sleman Yogyakarta. 15 Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng atau bertahan lama daripada yang tidak didasari pengetahuan. 9 Peningkatan pengetahuan tidak akan selalu menyebabkan perubahan 9

perilaku, namun akan memperlihatkan hubungan yang positif antara keduanya sehingga jika pengetahuan tinggi maka perilakunya cenderung baik. 8 Seseorang yang mengetahui manfaat dari suatu tindakan pencegahan akan lebih cenderung mengikuti tindakan pencegahan berupa deteksi dini jika dibandingkan dengan mereka yang tidak mengetahui. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Tingkat pengetahuan responden dalam penelitian ini sebanyak 63,5% memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks. b. Perilaku responden dalam penelitian ini sebanyak 80,8% tidak melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. c. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. SARAN a. Agar lebih mengembangkan variabel penelitian mengenai pemeriksaan kanker serviks dan perlu dipertimbangkan untuk melakukan studi kualitatif maupun gabungan antara studi kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari responden. b. Agar dapat dipergunakan untuk merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan, seperti strategi advokasi, sosialisasi maupun edukasi berupa menampilkan video promosi tentang kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks. DAFTAR PUSTAKA 1. Kemenkes RI. Hilangkan Mitos tentang Kanker. Jakarta : Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI; 8 Mei 2014. 2. Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Litbang Kemenkes RI; 2013. 3. Indonesia. Stop Kanker. Situasi Penyakit Kanker. Jakarta : Pusdatin Kemenkes RI; 2015. 4. American Cancer Society. Cervical Cancer. Atlanta: American Cancer Society; 26 Februari 2015. 10

5. American Cancer Society. Cervical Cancer Prevention and Early Detection. Atlanta: American Cancer Society; 11 Desember 2014. 6. Yayasan Kanker Indonesia. Kesadaran untuk Deteksi Dini Kanker Serviks Masih Rendah. Jakarta : Yayasan Kanker Indonesia; 4 Juli 2014. 7. Wilopo SA. Kesehatan Perempuan Prioritas Agenda Pembangunan Kesehatan di Abad ke 21. Yogyakarta : Pusat Kesehatan Reproduksi; 2010. 8. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2007. 9. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2012. 10. Mubarak W. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2007. 11. Wahyuni S. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Di Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan Maternitas. Mei 2013. Volume 1: Hal 55-60. 12. Dimiyati, & Mudjionoi. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 13. Badrudin. 2013. Dasar-Dasar Managemen. Bandung: Alfabeta. 14. Utami MN. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Pasangan Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah, Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2013 15. Saputri MA. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Test Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Dengan Keikutsertaan Wanita Dalam Melakukan Pemeriksaannya Di Desa Godegan Mojolaban Sukoharjo. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2016. 11