BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Ajzen mengembangkan theory of planned behavior (TPB) ini pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB II LANDASAN TEORI. Teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Theory of Planned

BAB II LANDASAN TEORI. A. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) bahwa (2013:9) Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior)

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS. Pengertian sanksi perpajakan menurut Mardiasmo (2006:39) menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini menggunakan Theory of Planned Behavior yang menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) merupakan pengembangan dari Teori Perilaku Beralasan (Theory of

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang dibayar oleh masyarakat sebagai iuran yang pemungutannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Pranata (2014) menyataka n legitimasi didapatkan jika apa yang dijalankan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor,

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Theory of Reasoned Action atau Teori Aksi Rencana (TRA) merupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan. perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri sebagai sumber utama pembiayaan untuk pembangunan nasional. Sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) menjelaskan bahwa perilaku individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan Undang Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mohamad Zain (2007) menjelaskan bahwa: Menurut Mardiasmo (2011) menjelaskan bahwa:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

untuk pembangunan membutuhkan peranan aktif Wajib Pajak. Sistem pemungutan pajak terdiri dari 3 jenis yaitu official assessment system, self

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipaksakan, tanpa memandang kaya ataupun miskin. Terdapat beberapa definisi pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu:

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Tugas Direktorat Jendral Pajak (Ditjen Pajak) adalah senatiasa. untuk melakukan peningkatan jumlah penerimaan pajak.

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak membutuhkan kajian teori sebagai berikut : digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. dan argumentasi yang disusun penulis sebagai tuntunan dalam

BAB II LANDASAN TEORITIS

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjadi Negara yang lebih maju, Indonesia sebagai negara berkembang

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB II ASPEK-ASPEK HUKUM TENTANG PEMALSUAN FAKTUR PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan salah satu sektor penerimaan negara yang sangat utama. Hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Landasan teori a. Theory of planned behavior (TPB) Dalam theory of planned behavior (TPB) dijelaskan bahwa perilaku yang ditimbulkan oleh individu muncul karna adanya niat untuk berprilaku. Sedangkan munculnya niat untuk berprilaku ditentukan oleh tiga faktor (Mustikasari, 2007), yaitu : a) Behavior beliefs Behavioral beliefs merupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut. b) Normative beliefs Normative beliefs yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut. c) Control beliefs Control beliefs merupakan keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived power) Penelitian tentang kepatuhan pajak telah banyak dilakukan. Penelitian sebelumnya yang menggunakan teori tersebut adalah penelitian Mustikasari (2007). Dikaitkan dengan penelitian ini, theory of planned of behavior 10

11 relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebelum individu melakukan sesuatu, individu tersebut akan memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilakunya tersebut. Kemudian yang bersangkutan akan memutuskan bahwa akan melakukannya atau tidak melakukannya. Hal tersebut berkaitan dengan kesadaran wajib pajak. Wajib pajak yang sadar pajak, akan memiliki keyakinan tentang harapan normatif dari orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs). Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pelayanan pajak, dimana dengan adanya pelayanan yang baik dari petugas pajak, sistem perpajakan akan efesien dan efektif, serta penyuluhanpenyuluhan pajak yang memberikan motivasi kepada wajib pajak agar taat pajak, akan membuat wajib pajak memiliki keyakinan atau memilih perilaku taat pajak. Sanksi denda terkait dengan Control beliefs. Sanksi denda dibuat adalah untuk mendukung agar wajib pajak mematuhi peraturan perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak akan ditentukan berdasarkan persepsi wajib pajak tentang seberapa kuat sanksi denda mampu mendukung perilaku wajib pajak untuk taat pajak. Behavioral beliefs, Normative beliefs, dan Control beliefs sebagai tiga faktor yang menentukan seseorang untuk berprilaku, setelah terdapat tiga faktor tersebut, maka seseorang akan memasuki tahap intention, kemudian tahap terakhir adalah behavior. Tahap intention merupakan tahap dimana seseorang memiliki maksud atau niat untuk berprilaku, sedangkan behavior

12 adalah tahap seseorang berperilaku (Mustikasari, 2007). Kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus dan sanksi dapat menjadi faktor yang menentukan perilaku patuh pajak. Setelah wajib pajak memiliki kesadaran untuk membayar pajak, termotivasi oleh fiskus dan sanksi denda, maka wajib pajak akan memiliki niat untuk membayar pajak dan kemudian merealisasikan niat tersebut. B. Kepatuhan Pajak 1. Pengertian Pajak. Kepatuhan wajib pajak adalah suatu sikap terhadap fungsi pajak, berupa konstelasi dari komponen kongnitif, efektif, dan konotatif yang berinteraksi dalam memahami merasakan dan berprilaku terhadap dari makna dan fungsi pajak Yadyana dan sudika (2012). Peningkatan pendapatan asli daerah khususnya dari penerimaan pajak sangat didominasi dari kesadaran warga negara Christina dan Kepramareni (2012), apabila wajib pajak dapat memenuhi kewajiban dan hak perpajakannya maka mereka dapat dikatakan patuh terhadap peraturan perpajakan Susilawati dan Budhiarta (2013). Dalam kamus besar bahasa indonesia seperti dikutip oleh rahayu (2010:138), istilah kepatuhan berarti tuduk atau patuh pada ajaran dan aturan. Kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Dalam pajak, aturan yang berlaku adalah Undangundang perpajakan. Kepatuhan pajak merupakan kepatuhan seseorang, dalam hal ini adalah Wajib Pajak, terhadap peraturan atau Undang-undang

13 perpajakan. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan Negara yang diharapkan didalam pemenuhannya dilakukan secara sukarela. Menurut Prof.Dr.P.J.A Andriani pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturanperaturan umum dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukin dan gunanya adakah membiayai pengeluaran-pengeluaran umum. Menurut Soemitro (Mardiasmo,2013:1), pajak adalah iuran rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Jadi pajak menurut saya pajak sumbangan wajib yang harus dibayarkan kepada Negara tanpa harus mengharap imbalan tertentu untuk pembangunan Negara. C. Fungsi Pajak Pajak memegang peranan yang sangat penting bagi suatu negara, karna pajak merupakan sumber pendapatan negara, yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur kegiatan ekonomi dan sebagai pemerataan pendapatan masyarakat. Pajak mempunyai fungsi utama yaitu : 1) Fungsi anggaran (Fungsi budgeter)

14 Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara yang menghimpun dana ke kas negara untuk membiayai pengeluaran negara atau pembangunan nasional. 2) Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi) Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial. 3) Fungsi Pemerataan (Fungsi Distribusi) Pajak mempunyai fungsi pemerataan artinya dapat digunakan untuk menyeimbangkan dan menyesuaikan antara pembagian pendapatan dengan kesejahteraan masyarakat. 4) Fungsi Stabilisasi Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan keadaan ekonomi, misalnya dengan menetapkan pajak yang tinggi, pemerintah dapat mengatasi inflasi, karna jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. D. Kesadaran Wajib Pajak Kesadaran adalah keinginan secara sukarela untuk menjalankan kewajiban. Kewajiban perpajakan yang melekat pada wajib pajak diantaranya menhitung dan membayar sendiri pajak terutangnya, mengisi dengan benar SPT, dan melaporkan ke KPP dalam batas waktu yang telah ditentukan (Mardiasmo, 2011:56). Jadi kesadaran perpajakan wajib pajak adalah suatu sikap wajib pajak yang secara sukarela untuk menjalankan kewajiban perpajakannya, termasuk menyampaikan SPT dengan benar dan dalam batas waktu yang telah ditentukan.

15 E. Pelayanan Fiskus Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan sseseorang). Sementara itu, fiskus merupakan petugas pajak. Jadi, pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu, mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seorang yang dalam hal ini adalah wajib pajak (Arum,2012:33) Kegiatan yang dilakukan otoritas pajak dengan menyapa masyarakat agar menyampaikan SPT tepat waktu, termasuk penyuluhan secara kontinyu melalui berbagai media, sertai peduli NPWP di jalan, patut untuk dipuji. Dengan penyuluhan secara terus-menerus kepada masyarakat agar mengetahui, mengakui, menghargai, dan menaati ketentuan pajak, diharapkan tujuan penerimaan pajak bisa berhasil. Dalam hal untuk mengetahui bagaimana pelayanan terbaik yang seharusnya dilakukan oleh fiskus kepada wajib pajak, diperlukan juga pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai fiskus. Kewajiban fiskus yang diatur dalam UU Perpajakan adalah: 1) Kewajiban untuk membina wajib pajak. 2) Kewajiban menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. 3) Kewajiban merahasiakan data wajib pajak. 4) Kewajiban melaksanakan putusan. Sementara itu, terdapat pula hak-hak fiskus yang diatur dalam UU Perpajakan, antara lain:

16 1. Hak menerbitkan NPWP atau NPPKP secara jabatan 2. Hak menerbitkan surat ketetapan pajak 3. Hak menerbitkan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan 4. Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan 5. Hak menghapuskan atau mengurangi sanksi administrasi 6. Hak melakukan penyidikan 7. Hak melakukan pencegahan 8. Hak melakukan penyanderaan Dan sebagai seorang Fiskus juga harus mengetahui Hak-Hak dari Wajib Pajak: 1. Mendapatkan pelayanan,pembinaan, dan penyuluhan pajak. 2. Memperpanjang penyampaian SPT. 3. Membetulkan SPT. 4. Memperoleh kelebihan pembayaran pajak. 5. Memngajukan keberatan dan banding. 6. Mengajukan permohonan angsuran pembayaran pajak dan penundaan pembayaran pajak. 7. Mengurangi penghasilan bruto dengan biaya fiscal. 8. Menggunakan Norma pernghitungan. 9. Memperoleh fasilitas perpajakan. 10. Mengkreditkan Pajak Masukan. 11. Menunjukan kuasa.

17 F. Sanksi Pajak Sanksi perpajakan adalah hukuman bagi wajib pajak kepada orang yang melanggar peraturan berupa sanksi : a. Sanksi administrasi yaitu sanksi berupa teguran b. Sanksi berupa denda sesuai dengan ketentuan c. Sanksi pidana bagi Wajib Pajak yang melakukan pelanggaran berat Kepatuhan wajib pajak dapat ditingkatkan melalui pengenaan sanksi perpajakan. Undang-undang dan peraturan telah mengatur bagaimana pelaksanaan ketentuan umum dan tata cara perpajakan, termasuk sanksi yang akan dikenakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Pengenaan sanksi bertujuan untuk mencegah ketidakpatuhan wajib pajak. Menurut Jatmiko (2006) berpendapat bahwa wajib pajak akan patuh membayar pajak apabila memang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya. Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Penerapan sanksi perpajakan baik administrasi (denda, bunga,dan kenaikan) dan pidana (kurungan atau penjara) mendorong kepatuhan wajib pajak. Itulah sebabnya, penting bagi wajib pajak memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan. Untuk dapat memberikan gambaran mengenai hal-hal apa saja yang perlu dihindari agar tidak dikenai sanksi

18 perpajakan, dibawah ini akan diuraikan tentang jenis-jenis sanksi perpajakan dan perihal pengenaanya. Agar undang-undang dan peraturan tersebut dipatuhi, maka harus ada sanksi bagi pelanggarnya, demikian halnya untuk hukum pajak. Dalam UU perpajakan ada dua macam sanksi perpajakan yaitu : 1. Sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Sanksi denda dapat dilakukan sebagai hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan dengan cara membayar uang. 2. Sanksi pidana merupakan siksaan atau penderitaan. Merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi. Menurut ketentuan dalam UU perpajakan ada 3 macam sanksi pidana, yaitu : 1. Denda pidana Berbeda dengan sanksi berupa denda administrasi yang hanya diancam/dikenakan kepada wajib pajak yang melanggar ketentuan peraturan perpajakan, sanksi berupa denda pidana selain dikenakan kepada wajib pajak ada juga yang diancam kepada pejabat atau kepada pihak ketiga yang melanggar norma 2. Pidana Kurungan Hanya diancam kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran. Karna pidana kurungan diancam dengan denda pidana, maka masalahnya

19 hanya ketentuan mengenai denda pidana selain itu diganti dengan pidana kurungan selama-lamanya. 3. Pidana Penjara Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan kemerdekaan. Pidana penjara diancam terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak ada yang ditunjukkan pada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan kepada wajib pajak. Sanksi pajak berdasarkan pasal 7 UU KUP No.28 Tahun 2007 dikenakan apabila wajib pajak tidak menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) tepat waktu sesuai dengan jangka waktu penyampaian SPT atau batas waktu perpajangan surat pemberitahuan dimana jangka waktu tersebut adalah sesuai dengan pasal 3 ayat 3 dan pasal 3 ayat 4 Undang-undang ketentuan umum perpajakan No. 28 tahun 2007 masing-masing yang berbunyi : a. Untuk surat pemberitahuan tahunan pajak pengahasilan wajib untuk surat pemberitahuan masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa pajak. b. Untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak. Pajak badan paling lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak. G. Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas Pencatatan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas atas penghasilan yang diterima dari kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas yang merupakan objek PPh yang bersifat tidak final diselenggarakan

20 dengan bentuk sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I PER-4/PJ/2009.Pencatatan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas atas penghasilan bruto yang diterima dari luar kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas yang penghasilannya merupakan objek pajak yang tidak dikenai pajak bersifat final diselenggarakan dengan bentuk sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II PER- 4/PJ/2009. Pencatatan penghasilan bruto yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas diselenggarakan dengan bentuk sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III PER-4/PJ/2009.Pencatatan penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final, baik bagi WP Orang Prbadi yang melakukan atau tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, diselenggarakan dengan bentuk sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV PER-4/PJ/2009. Catatan:Batasan Rp4,8 Milyar, diatur dalam Pasal 14 Ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan. H. Penelitian Terdahulu Sebagai acuan studi ini dapat disebut beberapa hasil penelitian sebelum nya yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian ini dilakukan didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelum nya yang membahas hal-hal yang relevan dengan penelitian ini baik objek maupun variable yang di teliti berdasarkan urutan waktu penelitian yang diuraikan sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan oleh Harjanti 2012, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas. Dengan hasil

21 penelitian pajak memiliki positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.hal ini menunjukan semakin tinggi kesadaran pajak wajib pajak maka semakin tinggi pulakepatuhan wajib pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Arum 2012, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas. Dengan hasil Pelayanan Fiskus memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. hal ini menunjukan semakin baik pelayanan fiskus maka tingkat kepatuhan wajib pajak pun semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Widayati 2010, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas dengan hasil, Faktor kesadaran membayar pajak dan persepsi yang baik atas efektivitas sistem perpajakan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kemauan wajib pajak untuk membayar pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Devi 2015, Pengaruh pengetahuan perpajakan,pelayanan fiskus, dan sanksi pajak kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dengan hasil Pelayanan fiskus tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Penelitian yang dilakukan oleh Tryrana A.M Tiraada 2013, kesadaran perpajakan, sanksi pajak, sikap fiskus, terhadap kepatuhan WPOP dikabupaten minahasa selatan. Dengan hasil penelitian pajak kesadaran perpajakan, sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib

22 pajak sedangkan sikap fiskus tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Cindy Jotopurnomo dan Yani Mangotin 2013, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Kualitas Pelayanan Fiskus, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak Berada Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya. Tabel 2.1 No Nama dan Penelitian judul Penelitian Variable penelitian Hasil Penelitian 1 Harjanti pengaruh kesadaran wajib pajak Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (2012) 2 Arum Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (2012) 3 Devi Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Pelayanan Fiskus, Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Y=Kepatuhan Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas X1=Kesadaran Wajib Pajak X2=Pelayanan Fiskus X3=Sanksi Pajak Y=Kepatuhan Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan Pekerjaan bebas X1=Kesadaran Wajib Pajak X2=Pelayanan fiskus X3=Sanksi Pajak Y=Wajib pajak Orang pribadi X1=Pengetahuan perpajakan X2=Pelayanan Fiskus pajak memiliki positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.hal ini menunjukan semakin tinggi kesadaran pajak wajib pajak maka semakin tinggi pulakepatuhan wajib pajak. Pelayanan Fiskus memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak Pelayanan fiskus tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

23 (2015) X3=Sanksi Pajak 4 Tryana A.M Tiraada Kesadaran Perpajakan. Sanksi pajak, Sikap Fiskus, Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dikabupaten Minahasa Selatan (2013) 5 Cindy Jotopurnomo dan Yani Mangotin Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Y=Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi X1=Kesadaran Perpajakan X2=Sanksi Pajak X3=Sikap Fiskus Y=Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi X1=Kesadaran Wajib Pajak Kesadaran perpajakan, sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan sikap fiskus tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak Kesadaran wajib pajak kualitas pelayanan fiskus, sanksi perpajakan, dan lingkungan wajib Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak X2=Kualitas Pelayanan pajak, berada secara parsial Berada Terhadap Kepatuhan Wajib Fiskus berpengaruh signifikan terhadap Pajak Orang Pribadi di Surabaya (2013) X3=Sanksi Perpajakan kepatuhan wajib pajak orang pribadi Sumber: dari berbagai jurnal 2012-2015 I. Kerangka Pemikiran Self Assessment adalah suatu system pemungutan pajak yang wajib pajak menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan.dalam tata cara ini kegiatan pemungutan pajak diletakkan kepada aktivitas masyarakat sendiri yang wajib pajak diberikan kepercayaan untuk: 1. Menghitung sendiri pajak yang terutang. 2. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang 3. membayar sendiri jumlah pajak yang harus di bayar. 4. Melaporkan sendiri juamlah pajak yang terutang.

24 Tata cara ini berhasil dengan baik kalau masyarakat sendiri mempunyai pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi.ciri-ciri system Self Assessment adalah: 1. Adanya kepastian hukum. 2. Sederhana perhitungannya. 3. Mudah pelaksanaan. 4. Lebih adil dan merata. 5. Perhitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak. Dalam penelitian ini akan berusaha dijelaskan mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas. Kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak diduga akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini disajikan pada

25 Kesadaran Wajib Pajak Pelayanan Fiskus Kepatuhan Wajib Pajak Sanksi pajak Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis J. Hipotesis 1. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (Mulari dan Setiawan, 2010). Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006).

26 Munari (2005) Menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Jatmiko (2006) dalam arum (2006) mengemukakan bahwa kesadaran perpajakan masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah satu sebab banyak nya potensi pajak yang tidak dapat dijaring. Kesadaran wajib pajak sangat diperlukan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006). Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 :Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak 2. Pengaruh Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pengertian fiskus adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan yuli dan dkk (2012). Fiskus yaitu pegawai pemerintah yang memberikan kewenangan untuk melaksanakan tugas pungutan pajak dan dikenal sebagai pejabat pajak. Pelayanan yang diberikan seorang fiskus juga harus yang berkualitas untuk diberikan kepada wajib pajak. Fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam arti memiliki keahlian, pengetahuan, dan pengalaman dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak dan perundang-undangan perpajakan. Selain itu fiskus juga harus memiliki motivasi yang tinggi sebagai pelayan publik (Ilyas dan burton, 2010). Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pelayanan fiskus diduga

27 akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Oleh karna itu maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 : Pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 3. Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Sanksi perpajakan adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan dengan cara membayar uang. Undang-undang dan peraturan secara garis besar berisikan hak dan kewajiban, tindakan yang diperkenakan dan tidak diperkenakan oleh masyarakat (Cindy dan Yenni, 2013) Penelitian Tryana (2013) menunjukan bahwa sanksi pajak memberikan pengaruh yang besar terhadap kepatuhan wajib pajak. Dan menurut Susilawati dan Budhiartha (2013) menunjukan hasil bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif kepada kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : H3 :Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.