BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis bagi perusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan yang ada di seluruh dunia. Dengan bertambahnya jumlah produk

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan dan keinginan dari masing-masing individu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama para kaum remaja. Kini handphone tidak hanya. dipergunakan untuk membuat panggilan dan membuat Short Message

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi memengaruhi perkembangan di berbagai bidang dan membuat

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dibawa kemana saja. Selain itu handphone juga membantu kita untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB I PENDAHULUAN. keinginan-keinginan dan kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. industri telekomunikasi yang menjadi cermin dari ketat dan tingginya kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suatu produk yang dikeluarkan pada masing masing perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam setiap perusahaan yang semakin, membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ini turut memicu

BAB I PENDAHULUAN. khususnya telepon genggam atau yang biasa kita sebut handphone. Telepon

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. pesaing berarti tidak kekurangan barang. Hal ini yang membuat konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tajam antar perusahaan. Dengan adanya kemajuan teknologi yang juga terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang seperti teknologi, ekonomi dan sebagainya. Dampak dari

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berbeda dari pada produk-produk sebelumnya, seperti Blackberry,

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi. Dinamika persaingan bisnis di dunia telekomunikasi yang semakin ketat

B A B V K E S I M P U L A N D A N S A R A N 97 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lingkungan bisnis bergerak sangat dinamis, serta mempunyai. spesifik disebut konsumen). Semakin ketatnya persaingan toko ataupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian brand lainnya menurut Freddy Rangkuti (2002: 2) adalah sebagai

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat, khususnya anak

BAB I PENDAHULUAN. Di era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini teknologi komunikasi dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. sebenarnya merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi persaingan antar merek. Merek bukan hanya dianggap sebagai sebuah nama, logo,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manajemen pemasaran merupakan suatu disiplin ilmu yang memiliki

I. PENDAHULUAN. sekarang ini. Perusahaan perusahaan melakukan berbagai cara dalam

BAB II LANDASAN TEORI. yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo atau kemasan) dengan maksud

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis memiliki determinasi yang tinggi. Dunia usaha kegiatannya. memperluas usahanya tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia usaha semakin ketat dan kompleks. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan merek menjelaskan pada spesifikasi pelanggannya. Merek (brand)

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Setiap perusahaan ingin berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam UKDW

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi berkembang dengan sangat pesat. Setiap golongan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat kompetitif di era globalisasi sangat sekali memberikan peluang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bagi perusahaan merek dan segala yang dimilikinya merupakan asset yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

BAB 1 PENDAHULUAN. maka keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi mutakhir baik di bidang komputerisasi, mesin-mesin pabrik,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang rasional, empiris, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. komputer mulai dari komunikasi, push , belanja online, browsing, bahkan

II. LANDASAN TEORI. menjadi sasaran dan penyesuaian kegiatan perusahaan sedemikian rupa sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek

BAB 2 LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. Proses pemasaran berawal dari adanya kebutuhan dan keinginan dalam diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aaker dalam Durianto dkk (2001:4), brand equity dapat

BAB I PENDAHULUAN. daya beli yang sangat tinggi, dan selalu mengikuti perkembangan teknologi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pemasaran menurut Kotler dan Keller dalam bukunya Manajemen Pemasaran (2009;9) Adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. selalu update agar tidak ketinggalan dengan teknologi yang ada. Kesadaran. peluang bisnis yang potensial bagi perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab sebelumnya, telah dijabarkan tentang latar belakang dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Merek yang baik adalah merek yang dapat membedakan dirinya

BAB I PENDAHULUAN. dan komunikasi tersebut, salah satunya dengan menggunakan handphone.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap niat pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). a. Mohammad Reza Jalilvand, Neda Samiei, Seyed Hessamaldin Mahdavinia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kesempatan bagi konsumen untuk berpindah dari satu merek ke

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dengan banyaknya hal-hal baru dalam kehidupan manusia pada

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

BAB I PENDAHULUAN. yang canggih. Banyak konsumen yang belum sempat mencoba seri terbaru

terus berlomba-lomba untuk menawarkan produknya agar dapat dikenal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu tidak lepas dari kebutuhan komunikasi dengan sesamanya,

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini istilah teknologi tidaklah asing dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang, terutama di dunia industri gadget. Melihat kondisi tersebut menyebabkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. konsumen akan kebutuhan sarana telekomunikasi yang semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP KARTU SELULER SIMPATI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Analisis Perbandingan Ekuitas Merek Smartphone Samsung. Nokia, BlackBerry, dan iphone (Studi Kasus di Kota Depok)

BAB II KERANGKA TEORI. Pengertian Ekuitas Merek ( Brand equity ) pada faktor-faktor yang menurut merek penting, semakin banyak faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, persaingan begitu ketat meningkatkan kesadaran para pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. pasar dari sellers market menjadi buyers market sehingga konsumen menjadi

METODE PENELITIAN. satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang

BAB I PENDAHULUAN. meraih konsumen baru. Perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis bagi perusahaan yang ada di seluruh dunia. Bertambahnya jumlah produk yang semakin bervariasi membuat konsumen menjadi raja, dimana konsumen memiliki lebih banyak pilihan untuk menggunakan produk atau barang yang diinginkan. Seiring dengan perkembangan zaman teknologi telekomunikasi tidak hanya menjadi instrumen peningkatan efektifitas dan efisiensi bisnis tetapi juga telah menjadi area bisnis yang sangat menjanjikan. Teknologi telekomunikasi telah melanda sendi-sendi kehidupan manusia, dimana penggunaan teknologi telekomunikasi dalam membantu serta meringankan pekerjaan setiap orang. Teknologi telekomunikasi menjadi area bisnis yang banyak diperebutkan pelaku usaha karena potensi luar bisaa yang dikandungnya. Salah satu produk teknologi telekomunikasi yang saat ini dipasarkan adalah handphone. Fenomena persaingan antara perusahaan yang ada telah membuat setiap perusahaan menyadari suatu kebutuhan untuk memaksimalkan aset-aset perusahaan demi kelangsungan perusahaan yang menghasilkan produk handphone. Salah satu aset untuk mencapai keadaaan tersebut adalah melalui

2 merek. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya dengan tercukupi kebutuhannya. Merek berfungsi mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penyaji dan membedakannya dari produk sejenis dari penyaji lain (Kotler; 2004) bagi banyak perusahaan, merek dan segala yang diwakilinya merupakan aset paling penting, karena sebagai dasar keunggulan kompetitif sumber penghasilan masa depan (Muafi dan Effendi; 2001). Suatu merek perlu dikelola dengan cermat agar ekuitas merek tidak mengalami penyusutan. Menurut A.Aaker (1997), ekuitas dapat menciptakan nilai bagi konsumen dan bagi perusahaan. Tugas diatas memerlukan investasi yang terus menerus dalam litbang, periklanan yang cerdik, pelayanan konsumen dan perdagangan yang prima (Kotler;2004). Menurut Durianto et.al (2004), ekuitas merek dapat dikelompokkan kedalam empat kategori; yaitu kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek. Dimensi-Dimensi Ekuitas Merek (Durianto et.al;2004): 1. Kesadaran Merek (Brand Awareness) Seberapa nama merek mampu disebutkan oleh konsumen atau kemampuan sebuah merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan kategori produk tertentu, mencakup: a) Pengenalan terhadap merek (brand recognition), mencerminkan tingkat kesadaran yang dangkal. b) Kemampuan mengingat merek (brand recall), mencerminkan kesadaran yang lebih dalam.

3 Ada 4 tingkatan brand awareness yaitu (Durianto et.al;2004) : 1) Tidak menyadari merek (unaware of brand ) Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. 2) Pengenalan merek (brand recognition) Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. 3) Pengingatan kembali terhadap merek (brand recall) Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. 4) Puncak pikiran (top of mind) Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan orang tersebut dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran. 2. Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Persepsi kualitas (perceived quality), mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan (Durianto et.al;2004). Zeithmal (1990) mengemukakan bahwa kualitas dalam pandangan konsumen (perceived quality) adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang bisaa dikenal dengan kualitas sebenarnya. Sedangkan menurut Aaker (1997) persepsi kualitas (perceived quality) merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan

4 kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkan konsumen. Nilai-nilai dari persepsi kualitas (perceived quality) sebagai berikut; alasan untuk membeli, diferensiasi, harga optimum, minat saluran distribusi, perluasan merek. Persepsi kualitas (perceived quality) dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan pelanggan, karena persepsi kualitas (perceived quality) merupakan persepsi dari pelanggan maka tidak dapat ditentukan secara obyektif (Simamora; 2001). Menurut Tslotsou (2001), persepsi kualitas (perceived quality) didefinisikan sebagai penilaian konsumen terhadap keseluruhan kemampuanatau superoritas yang dimiliki oleh produk. 3. Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Sikap senang terhadap produk yang direpresentasikan dalam bentuk pembelian yang konsisten terhadap merek sepanjang waktu. Loyalitas merek menjadi dasar untuk memprediksi seberapa besar kemungkinan konsumen pindah ke merek lain. Penciptaan dan peningkatan loyalitas merek akan menghasilkan peningkatan nilainilai kepercayaan terhadap merek. Berkaitan dengan loyalitas merek, perlu dicermati adanya 5 kategori pembeli: 1. Switcher/price buyer: pembeli yang berpindah-pindah, pada umumnya berkaitan dengan faktor harga. 2. Habitual buyer: pembeli yang bersifat kebisaaan, tidak pernah mengalami ketidakpuasaan dalam mengkonsumsi produk, bisaanya berkaitan dengan preferensi, budaya.

5 3. Satisfied buyer; pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi, mempunyai pertimbangan yang lebih rasional ketika memilih merek. 4. Likes the brand buyer; pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tertentu. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan pengalaman menggunakan merek itu dan juga merek lain sebelumnya. 5. Commited buyer; pembeli setia/mempunyai komitmen, merupakan tingkatan teratas dalam kategori pembeli dalam loyalitas merek. Mereka bangga dalam menggunakan merek tertentu. 4. Asosiasi Merek (Brand Association) Pengertian asosiasi merek menurut A. Aaker (1996:160) adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai suatu merek. Kesan-kesan yang terkait pada merek akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya penampakan merek tersebut dalam strategi komunikasi. Fungsi brand association menjadi pijakan bagi konsumen dalam memutuskan pembelian suatu produk. Semakin banyak asosiasi yang berhubungan dalam ingatan konsumen semakin kuat brand image yang ditimbulkan. Secara sederhana pengertian brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen. Fungsi dari brand association dapat memberi nilai bagi perusahaan atau institusi maupun konsumen. Fungsi tersebut adalah sebagai berikut ; 1. Help process/retrieve (membantu proses penyusunan informasi). 2. Differentiate (memberikan landasan penting bagi upaya pembedaan suatu merek dari merek lain). 3. Reason to buy ( alasan pembelian).

6 4. Brand association membantu para konsumen untuk memutuskan pembelian suatu produk atau jasa. Loyalitas merek merupakan suatu keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lain. Faktorfaktor lain yang mempengaruhi keputusan pembelian handphone selain yang dijelaskan diatas diantaranya harga. Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeliatau penjual (melalui tawar-menawar) atau ditetapkan oleh penjual untuk suatu harga yang sama terhadap semua pembeli (Stanton; 1994). Menurut Kotler (2004) harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang ditukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa. Dalam keadaan normal, permintaan dan harga mempunyai hubungan timbal balik atau negatif. Artinya semakin tinggi harga ditetapkan, semakin kecil permintaan namun untuk produk-produk bergengsi jadi harga mempunyai hubungan searah atau positif. Hadirnya merek-merek handphone baru dewasa ini karena banyak perusahaan menangkap adanya peluang. Kehadiran merek-merek baru ini tentunya meramaikan produk yang sudah ada, akan tetapi kehadiran para kompetitor jelas memperketat persaingan yang sudah hadir sebelumnya. Perusahaan dihadapkan pada permasalahan jumlah penjualan yang diakibatkan berpindahnya konsumen mereka ke merek handphone yang lain. Salah satu merek produk handphone

7 yang sedang berkembang saatini adalah handphone iphone yang dikeluarkan oleh perusahan Apple. Keberadaan handphone iphone pertama kali di luncurkan di dunia pada tanggal 29 Juni 2007 lalu diperkenalkan di Indonesia pada pertengahan Desember 2009 yang resmi di luncurkan oleh Telkomsel selaku perusahaan rekanan yang memperkenalkan iphone di Indonesia. Pada awal kemunculanya iphone mendapatkan respon yang cukup baik, dikarenakan image perusahaan Apple yang sudah mendunia dan telah dikenal banyak orang walapun memilik harga handphone yang cukup mahal di kelasnya. Handphone iphone menjadi wabah di seluruh dunia terutama di Indonesia karena beberapa hal berikut: 1. Push e-mail, email yang diterima tepat waktu dan tanpa memerlukan menekan tombol apapun juga (tanpa perlu refresh). 2. Akses internet tanpa batas dimanapun dan kapanpun, dengan biaya paket yang telah ditetapkan oleh setiap operator. 3. Bisa menyapa teman-teman di seluruh dunia bahkan mencari teman baru melalui jaringan pertemenan seperti chatting via Path,Twitter, Facebook, dan lain-lain. 4. Touch Screen yang nyaman untuk digunakan. 5. Informasi dapat diakses menggunakan alat komunikasi yang mudah dibawa (dunia dalam genggaman). 6. Bentuk Handphone yang stylish. 7. Banyak aplikasi software gratis pada fitur Apple Store. 8. Fitur handphone yang advanced.

8 Pada awal kemunculannya iphone di Provinsi Lampung hanya Telkomsel yang mememasarkan produk tersebut, semakin berkembangnya minat masyarakat Lampung terhadap smartphone tersebut membuat banyak toko-toko handphone di Lampung tertarik untuk memasarkan smartphone iphone. Berikut data penjualan Smartphone di Bandar Lampung Tahun 2011-2013: Tabel 1.1 Penjualan Smartphone di Bandar Lampung Tahun 2011-2013 Merek Smartphone Penjualan (Unit) 2011 2012 2013 Eka Eka Eka Pasadena Jaya Basic Total Pasadena Jaya Basic Total Pasadena Jaya Samsung 275 124 95 494 387 231 172 790 567 423 452 1442 Lenovo Series 206 184 81 471 600 482 92 1174 533 382 214 1129 Apple iphone 81 92 32 205 73 52 14 139 145 59 79 283 Nokia Lumia 65 43 73 181 168 172 153 493 152 172 273 597 Sony Experia 94 87 43 224 105 87 53 245 121 93 114 328 Acer Series 0 5 3 8 126 86 107 319 143 76 43 262 Windows 0 0 0 0 47 17 12 76 94 42 25 161 Blackberry 498 241 197 936 990 621 520 2131 413 325 251 989 Lain-lain 506 385 420 1311 608 283 429 1320 1072 672 847 2591 Total 1725 1161 944 3830 3104 2031 1552 6687 3194 2219 2248 7661 Sumber : (Pasadena Cellular, Jaya Cell, Basic Cellular),2014 Berikut data penjualan Smartphone di Dunia versi IDC Tahun 2012-2013: Tabel 1.2 Penjualan Smartphone di Dunia Tahun 2012-2013 Top Five Smartphone Vendors, Shipments, and Market Share. 2013 (Units in Millions) Basic Total Vendor 2013 Shipment Volumes 2013 Market Share 2012 Shipment Volumes 2012 Market Share Year-Over-Year Change Samsung 313.9 31.3% 219.7 30.3% 42.9% Apple 153.4 15.3% 135.9 18.7% 12.9% Huawei 48.8 4.9% 29.1 4.0% 67.5% LG 47.7 4.8% 26.3 3.6% 81.1% Lenovo 45.5 4.5% 23.7 3.3% 91.7% Others 394.9 39.3% 290.5 40.1% 35.9% Total 1,004.2 100.0% 725.3 100.0% 38.4%

9 Berdasarkan data Tabel 1.1, penjualan handphone iphone pada tahun 2011 menempati urutan ke-lima diantara penjualan handphone merek lainnya yaitu sebesar 205 unit dengan persentase sebesar 5,8% dari total penjualan di tahun 2011, pada tahun 2012 penjualan handphone iphone berada di peringkat ke-tujuh namun terjadi penurunan penjualan dengan angka penjualan sebesar 139 unit dan besar persentase nya menurun menjadi 2,07% dari total penjualan handphone di tahun 2012. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan penjualan kembali dan meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya sebesar 283 unit, besar persentase meningkat sebesar 3,6% dari total penjualan di tahun 2013 serta berada berada di peringkat ke-enam pada Tabel 1.1 di tahun 2013. Menyikapi hal tersebut peneliti melihat penjualan handphone iphone mengalami fluktuatif atau kenaikan-penurunan penjualan selama 3 tahun terakhir di 3 toko handphone yang menjadi data acuan saya pada Tabel 1.1. Merek handphone iphone sudah sangat mendunia karena banyak digunakan oleh para artis, pejabat tinggi dan publik figur terkenal di dunia. Tabel 1.1 terlihat penjualan handphone iphone di Kota Bandar Lampung yang masih sangat kalah jauh dari merek handphone-handphone lainnya yang fitur dan fungsi-nya hampir sama dengan handphone iphone. Pada penjualan global internasional handphone Tabel 1.2 handphone iphone keluaran perusahaan Apple ini selalu menjadi merek penjualan papan atas dengan berada di peringkat ke dua dalam 2 tahun terakhir dari segi penjualan. Khusus di daerah ibu kota Jakarta handphone iphone menjadi market leader karena banyak di pilih serta digunakan oleh banyak orang disana. Akan tapi pada Sisi lain kondisi persaingan yang semakin ketat dan tidak ada habisnya dalam upaya perusahaan mencari laba sebanyak mungkin, maka perusahaan harus mampu mengatasi

10 faktor-faktor yang mempengaruhinya dan akhirnya mampu meningkatkan penjualan produk. Peneliti mengambil merek handphone iphone untuk menjadi objek penelitian karena melihat fenomena handphone iphone yang mulai ramai di pasar Internasional yang tidak berbanding lurus dengan besarnya penjualan handphone iphone pada pasar smartphone di Kota Bandar Lampung. Penelitian ini akan memfokuskan pada elemen-elemen ekuitas merek, yaitu kesadaran merek, persepsi kualitas, dan loyalitas merek, karena peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh ekuitas merek terhadapat nilai penjualan handphone iphone. Sedangkan elemen lain yaitu harga tidak dimasukkan dalam penelitian ini dikarenakan harga yang ditawarkan oleh distributor lain hampir sama. Berdasarkan uraian latar belakang maka dilakukanlah suatu penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH EKUITAS MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN HANDPHONE IPHONE DI KOTA BANDAR LAMPUNG. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang data Tabel 1.1 dimana penjualan iphone yang masih fluktuatif dan masih kalah bersaing dengan merek smartphone lainnya dari segi penjualan yang berbanding terbalik dengan penjualan global dimana smartphone iphone menjadi market leader di kelas smartphone. Dari pernyataan tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah: Apakah Faktor-Faktor di dalam ekuitas merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian handphone merek iphone.

11 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor di dalam ekuitas merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian handphone iphone di Kota Bandar Lampung. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan Sebagai masukan kepada distributor iphone di Kota Bandar Lampung untuk dapat memberikan referensi mengenai pengaruh ekuitas merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian handphone iphone di Kota Bandar Lampung. 2. Bagi Peneliti Menjadi bahan tugas skripsi mahasiswa sekaligus sebagai syarat kelulusan menjadi Sarjana Strata 1 (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 3. Bagi Masyarakat Sebagai referensi untuk masyarakat yang membutuhkan informasi penelitian tentang pengaruh ekuitas merek berpengaruh terhadap keputusan pembeli suatu produk. 1.5 Kerangka Pemikiran Munculnya konsep ekuitas merek dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa brand yang kuat adalah suatu aset yang dapat dikalkulasi nilainya. Artinya brand tersebut dapat diperjual-belikan sebagaimana aset lainnya dalam perusahaan.

12 Pengertian ekuitas merek menurut Kotler dan Armstrong (2003;350): ekuitas merek adalah nilai suatu merek berdasarkan seberapa kuat merek tersebut mempunyai loyalitas merek, kesadaran konsumen akan nama merek, kualitas yang dipersepsikan, asossiasi merek dan berbagai aset lainnya seperti paten, merek dagang dan hubungan jaringan distribusi. Ekuitas merek yang tinggi memberikan sejumlah keuntungan kompetitif seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2000;462), yaitu: 1. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil. 2. Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer. 3. Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi daripada pesaingnya. 4. Perusahaan lebih mudah untuk meluncurkan perluasan merek. 5. Merek itu dilindungi perusahaan dari harga yang tinggi. Perusahaan atau produk yang memiliki merek yang kuat cendrung lebih mudah memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan persepsi pelanggan. Perusahaan juga akan lebih mudah menepatkan (positioning) produk yang lebih baik di benak pelanggan. Perusahaan yang memilik ekuitas merek yang kuat akan mudah melakukan berbagai strategi pemasaran untuk memenangkan pasar menurut Rangkuty (2003:3). Aaker dalam Durianto (2004:5) mengelompokan ekuitas merek dalam empat dimensi, yaitu:

13 1. Kesadaran Merek adalah kesanggupan seseorang calon pembeli mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. 2. Persepsi Kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas suatu merek produk, persepsi terhadap keseluruhan dari suatu produk atau jasa tersebut dan berpengaruh secara langsung kepada keputusan pembelian konsumen dan loyalitas mereka terhadap merek. 3. Asosiasi Merek adalah segala kesan yang mucul benak seseorang yang terkait dengan ingatanya mengenai suatu merek. 4. Loyalitas Merek adalah suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran yang di pakai sebagai indikator adalah pengganti, kebisaaan membeli, kepuasan membeli, menyukai merek, dan menyarankan untuk membeli. Demikian halnya dalam proses pengembalian keputusan pembelian, konsumen telah melalui proses pembelian yang di mulai dari pengenalan kebutuhan dan keinginan hingga pada pemuasan atas kebutuhan dan keinginan tersebut. Kotler dan Keller (2009:235) menyatakan bahwa ada lima tahap dalam proses keputusan konsumen. Kelima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian dapat di rumuskan sebagai berikut: 1. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuha. Jika kebutuhan diketahui maka konsumen akan memahami kebutuhan yang belum perlu segera di penuhi atau masalah dapat ditunda pemenuhanya,

14 serta kebutuhan yang sama-sama harus segera dipenuhi. Jika pada tahap inilah proses pembelian itu mulai dilakukan. 2. Pencarian Informasi Ketika seseorang konsumen yang telah megetahui kebutuhanya dapat atau tidak dapat mencari informasi lebih lanjut jika dorongan kebutuhan itu kuat, jika tidak kuat maka kebutuhan konsumen itu hanya akan menjadi ingatan belaka. Konsumen mungkin melakukan pencarian lebih banyak atau segera aktif mencari informasi yang mendasari kebutuhan ini. 3. Penilaian Alternatif muncul ketika pencarian informasi sebanyak mungkin, konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi beberapa merek alternatif dalam satu susunan pilihan. 4. Keputusan Pembelian Jika keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembelian akan menjumpai serangkaian keputusan yang menyangkut jenis pembelian waktu pembelian, dan cara pembelian. Pada tahap ini konsumen benarbenar membeli produk. 5. Perilaku Seletah Membeli Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya, dan lain sebagainya. Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang

15 secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Suatu nama merek perlu dikelola dengan cermat agar ekuitas merek tidak mengalami penyusutan. Hal itu membutuhkan pemeliharaan atau peningkatan kesadaran merek, mutu dan fungsi yang diyakini dalam merek itu. Berdasarkan tinjauan landasan teori Durianto et.al (2004). Keempat dimensi ekuitas merek dipercaya dapat memengaruhi alasan pembelian konsumen terhadap suatu produk yang ingin mereka beli secara menyeluruh baik secara langsung dan tidak langsung terhadap konsumen yang ingin membeli produk tersebut. Sehinggan dari pernyataan tersebut dapat disusun kerangka pemikiran yang penulis gunakan dalam penelitian ini yang tersaji dalam gambar berikut: Kesadaran Merek (X1) Persepsi Kualitas (X2) Loyalitas Merek (X3) Keputusan Pembelian (Y) Asosiasi Merek (X4) Gambar 1.1 Paradigma Penelitian 1.6 Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik hipotesis bahwa ekuitas merek berpengaruh terhadap keputusan konsumen untuk membeli handphone iphone di Kota Bandar Lampung.