BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Universitas Sumatera Utara OLEH :

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perkembangan Hukum Laut Internasional

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hukum Laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur

BAB 1 PENDAHULUAN. kewenangan dalam rangka menetapkan ketentuan yang berkaitan dengan

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERENCANAAN KAWASAN PESISIR

ZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

PENERAPAN UNCLOS 1982 DALAM KETENTUAN PERUNDANG UNDANGAN NASIONAL, KHUSUSNYA ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA. Oleh : Ida Kurnia * Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. perairan yang sangat luas. Kondisi wilayah ini dikenal dengan Archipelago State atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONSEP NEGARA KEPULAUAN MENURUT HUKUM LAUT INTERNASIONAL (UNCLOS 1982) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA NIGER GESONG ANTARA INDONESIA DENGAN MALAYSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 17 TAHUN 1985 (17/1985) Tanggal: 31 DESEMBER 1985 (JAKARTA)

Hukum Internasional Kl Kelautan. Riza Rahman Hakim, S.Pi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki sejarah

Heni Susila Wardoyo, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hak Lintas Damai di Laut Teritorial

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berkelahi di laut dan saling bakar kapal-kapal penangkap ikannya. 1

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

maka dunia internasional berhak untuk memakai kembali wilayah laut Indonesia dengan bebas seperti sebelumnya 298.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. Aspek Hukum Internasional itu sendiri yang menjadi alasan utama dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

(archipelagic state) dan sekaligus negara pantai yang memiliki banyak pulau

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI BATAS WILAYAH SUATU NEGARA. A. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, kepulauan tidak hanya berarti sekumpulan pulau, tetapi juga lautan yang

KEWARGANEGARAAN WAWASAN NUSANTARA : GEOPOLITIK-GEOSTRATEGI. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: 11Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB sebagai suatu organisasi yang

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

III. METODE PENELITIAN

BAB III REALISASI DELINEASI BATAS LAUT

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

PENGATURAN HUKUM TERHADAP BATAS LANDAS KONTINEN ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA DI GOSONG NIGER

UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG HUKUM LAUT)

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan. kita mampu untuk mengatur diri sendiri. 1

PENGATURAN HUKUM HAK LINTAS DAMAI MENURUT KONVENSI HUKUM LAUT 1982 DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA 1 Oleh: Monica Carolina Ingke Tampi 2

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dan strategis dalam cakupan upaya pencapaian

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS HUKUM LAUT INTERNASIONAL KELAS L PERMASALAHAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut, 1982 c.bahwa...

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Negara Indonesia. Undang Dasar 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat

TINJAUAN HUKUM LAUT TERHADAP WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

penting dalam menciptakan hukum internasional sendiri.

METODE PENELITIAN. Metode artinya cara melakukan sesuatu dengan teratur ( sistematis ) 27. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan (archipelagic

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah suatu negara yang kita kenal seperti udara dan darat juga lautan. Namun masalah kelautan atau wilayah laut tidak dimiliki oleh setiap negara, hanya negara-negara tertentulah yang mempunyai wilayah laut yaitu negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. Laut adakalanya merupakan batas suatu negara dengan negara lain dengan titik batas yang ditentukan melalui ekstradisi bilateral atau multilateral yang berarti pula merupakan batas kekuasaan suatu negara, sejauh garis terluar batas wilayahnya. Dalam perkembangan hukum internasional, batas kekuasaan yang merupakan batas wilayah suatu negara sangat di pegang erat, pelanggaran terhadap wilayah suatu negara dapat berakibat fatal bahkan dapat menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan berakibat peperangan. Dengan batas wilayah dituntut hubungan yang baik bagi setiap negara dan perjanjian-perjanjian yang diciptakan perlu ditaati agar tidak merugikan kepentingan negara lain. 1 Penentuan batas wilayah yang meliputi kelautan di dalam pembuatannya selalu memperhatikan bentuk konsekuensi dan pertimbangan lain sehingga kepentingannya sama-sama berjalan. 1 P.Joko Subagyo, Hukum Luat Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hal.1 1

2 Dalam sejarah hukum internasional, selalu mengupayakan penetapan batas laut terotorial yang berlaku secara universal dengan memberikan catatan bagi negara-negara pantai dan pelintas. Semula batas laut teritorial suatu negara ditentukan berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam praktek ketatanegaraan negara yang bersangkutan dengan memperhatikan kepentingan negara lainnya. 2 Penentuan batas laut demikian sangatlah subyektif dan tidak mustahil hanya kepentingan sendirilah yang diutamakan sehingga di dalam penentuan batasnya disesuaikan kepentingannya masing-masing. Bagi hukum internasional banyak menimbulkan keresahan-keresahan khususnya bagi negara pelintas, karena dalam penyelasaiannya tidak dapat diterapkan ketentuan yang bersifat umum/universal. Upaya yang dilakukan untuk membentuk dan melahirkan ketentuan yang dapat diterapkan secara internasional terus dilakukan dengan melihat penentuan batas wilayah laut masing-masing negara. 3 Indonesia dengan bentuk geografisnya sebagai negara kepulauan yang membentang beribu-ribu pulau dengan corak beraneka ragam dan cirinya sendiri-sendiri, maka untuk menjaga keutuhan teritorial serta perlindungan kekayaan alam perlu semua pulau/kepulauan harus berada dalam keutuhan/kesatuan bulat. Berdasarkan pertimbangan itu, pemerintah 2 P. Joko Subagyo, Perkembangan Hukum Laut Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hal.31 3 P. Joko Subagyo, Op. Cit, hal 4

3 Indonesia menyatakan bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau merupakan wilayah teritorial negara Indonesia. 4 Kita melihat ke belakang tentang perkembangan wilayah laut Indonesia, bahwa Negara Indonesia merdeka tanggal 18 Agustus 1945, sedangkan kalau kita memperhatikan tentang peraturan yang mengatur mengenai wlayah laut jauh sebelum Negara Indonesia merdeka, berkaitan dengan hak kepemilikan wilayah laut banyak peraturan yang dikeluarkan tentang klaim wilayah laut tentang jaraknya yang diukur dari wilayah darat dari suatu negara. Hal ini sebenarnya dengan dikeluarkannya peraturan di bidang kelautan secara universal, secara yuridis telah memberikan kepastian kepada negara yang memiliki wilayah laut dan begitu juga memberikan keuntungan kepada negara tetangga kita khususnya dan umumnya masyarakat internasional tentu dalam melakukan klaim terhadap wilayah hukum laut tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional dan di balik pengukuran atau klaim terhadap wilayah laut yang diukur dari wilayah daratan tersebut secara nyata telah melakukan perluasan terhadap wilayah. 5 Selanjutnya dalam perkembangannya pemerintah Indonesia mmbuat suatu peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan wilayah perairan Indonesia, yaitu pemerintah Indonesia membuat Undang-Undang No. 4/PRP Tahun 1960 tentang Wilayah Perairan Indonesia, di dalam undang-undang tersebut dalam Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut : 4 Ibid, hal 4 5 Nur Yanto, Memahami Hukum Laut Indonesia, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2014, hal.

4 Laut wilayah Indonesia adalah lajur laut sebesar dua belas mil laut yang garis luarnya diukur tegak lurus atau garis dasar atau titik pada garis dasar yang terdiri dari garis-garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar pada garis air rendah daripada pulau-pulau atau bagian pulau-puau yang terluar wilayah Indonesia dengan ketentuan bahwa jika ada selat yang lebarnya melebihi 24 mil laut dan negara Indonesia tidak merupakan satusatunya negara tapi, maka garis batas laut wilayah Indonesia ditarik pada tengah selat. Dalam hal berlakunya secara internasional tentang hak klaim terhadap wilayah laut teritorial baru puncaknya pada tahun 1982 telah disepakati bahwa lebar laut teritorial suatu negara 12 mil dengan adanya Konvensi Hukum Laut tahun 1982 (United nations convention On the Law of the Sea 1982), dalam konvensi hukum laut ini negara Indonesia telah melakukan ratrifikasi melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea. Dengan adanya klaim terhadap wilayah laut sampai 12 mil laut teritorial tersebut memberikan perluasan terhadap wilayah negara khusunya negara Indonesia, dan negara-negara lain pada umumnya. Pada zaman modern ini dengan dikeluarkannya berbagai peraturan tentang kelautan untuk mengukur jarak laut dari wilayah darat yang diberlakukan secara universal dan secara yuridis yang telah memberikan kepastian hukum yang dianut oleh hukum internasional dan secara faktual dapat merupakan perluasan wilayah kekuasaannya. Di dalam praktiknya Negara Indonesia banyak sekali mengeluarkan kebijakan salah satunya dengan membuat peraturan perundang-undangan yang berlaku di darat. Dalam konteks hubungannya dengan masyarakat internasional, Indonesia telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

5 1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea-Unclos 1982), di dalam tataran praktiknya Negara Indonesia telah melakukan implementasi dari konvensi tersebut kedalam peraturan perundang-undangan nasional, artinya undangundang yang di buat oleh Negara Indonesia telah sejalan sesuai dengan apa yang ada dalam ketentuan-ketentuan Konvensi Hukum Laut. Dalam perjalanannya Negara Indonesia mengalami 3 (tiga) momen yang menjadi pilar dalam memperkukuh keberadaan Indonesia menjadi suatu negara yang merdeka dan negara yang didasarkan atas kepulaun sehingga diakui oleh dunia, yaitu : 1. Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan kesatuan kejiwaan kebangsaan Indonesia. 2. Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang menyatakan bahwa rakyat Indonesia telah menjadi satu bangsa yang ingin hidup dalam satu kesatuan kenegaraan; dan 3. Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957 yang menyatakan bahwa Indonesia mulai memperjuangkan kesatuan kewilayahan dan pengakuan secara De Jure yang tertuang dalam Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Hukum Laut tahun 1982 (United Nation Convention on the Law of the Sea /UNCLOS 1982) dan yang di ratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 17 tahun 1985. Pada akhir tahun 2014 Indonesia menetapkan pengaturan tentang kelautan yang dituangkan dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2014 Tentang

6 Kelautan. Pengaturan ini merupakan pengaturan pertama yang di bentuk mengenai kelautan di Indonesia. Pengaturan yang disahkan pada Oktober 2014 ini tidak lepas juga dengan ketentuan Hukum Laut Internasional. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat maka permasalahan yang akan di bahas adalah : 1. Bagaimana pengaturan tentang batas wilayah laut berdasarkan Undang- Undang No 32 Tahun 2014 Tentang kelautan? 2. Bagaimana relevansi Undang-Undang No 32 Tahun 2014 tentang Kelautan dengan United Nations Convention on the Law of the Sea 1982? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengaturan tentang batas wilayah laut di dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2014 2. Untuk mengetahui adanya relevansi antara Undang-Undang No 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan dengan United Nations Convention on teh Law of the Sea 1982 2. Manfaat Penulisan Penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan

7 a. Teoritis Menambah dan memperluas khasanah ilmu hukum, khususnya hukum internasional mengenai permasalahan pengaturan nasional tentang batas wilayah di dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2014 Tentang Kelautan dengan United Nations Convention on teh Law of the Sea 1982. b. Praktis Menambah informasi mengenai realisasi pengaturan nasional tentang batas wilayah laut di dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2014 relevansinya dengan United Nation Convention on the Law of the Sea. D. Keaslian Penulisan Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini pada dasrnya penulis melakukakn pemeriksaan pada Perpustakaan Fakulas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi ini belum pernah ditulis sebagai skripsi sebelumnya oleh pihak lain. Dengan demikian, skripsi ini masih asli serta dapat dipertanggungjawabkan penulis baik secara moral maupun secara akademik karena diperoleh melalui pemikiran, referensi bukubuku, dan perundang-undangan yang berlaku.

8 E. Tinjauan Kepustakaan Dalam tujuan kepustakaan, penulis mencoba untuk mengemukakan beberapa ketentuan-ketentuan dan batasan batasan yang akan menjadi sorotan dalam mengadakan studi kepustakaan. Hal ini akan berguna bagi penulis untuk membantu melihat ruang lingkup skripsi agar tetap berada di dalam topik yang diangkat dalam permasalahan yang telah disimpulkan. Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubngan daratan dengan daratan dan bentuk-bentuk alamiah lainnya, yang merupakan kesatuan geografis dan ekologis beserta segenap unsur terkait serta yang batas dan sistemnya ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan hukum internasional. Kepulauan adalah suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau dan perairan di antara pulau-pulau tersebut dan lain-lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lain demikian erat sehingga pulau-pulau, perairan, dan wujud alamiah lainnya itu merupakan satu kesatuan geografis, ekonomi, pertahanan, dan keamanan serta politik yang hakiki atau yang secara historis dianggap sebagai demikian. Negara kepulauan adalah negara yang seluruhnya terdiri atas satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain. F. Metode Penulisan Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam mengembangkan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan oleh karena penelitian

9 bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metedologis, dan konsisten. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisanya. Suatu metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Dengan demikian metode penelitian adalah upaya ilmiah untuk memahami dan memecahkan suatu permasalahan berdasarkan metode tertentu. Metode penelitian hukum ini terdiri dari dua macam yaitu : 1. Metode yuridis normatif yaitu penelitian yang dilakukan atas normanorma hukm yang berlaku, yang norma-norma tersebut berasal dari peraturan hukum yang diundangkan maupun hukum yang diakui. 2. Metode studi kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif karena dalam penelitian ini penulis memperoleh data dengan membaca, mempelajari, mentransfer dari buku-buku, konvensi-konvensi dan sebagainya yang menurut penulis ada hubunngannya dengan Pengaturan Nasional Tentang Batas Wilayah Laut dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2014 Tentang Kelautan Relevansinya dengan UNCLOS 1982. Adapun bahan yang penulis gunakan sesuai dengan ketentuan bahan dasar suatu penelitian yang terdiri dari :

10 1. Bahan hukum primer yaitu perjanjian internasional yang dihasilkan dari Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut yang ke tiga (UNCLOS III) yang ditanda tangan pada 10 Desember 1982 di Montego Bay, Jamaica. Berlaku pada tanggal 16 November 1994 dan peraturan Nasional Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan yang ditanda tangani pada tanggal 16 Oktober 2014 di Jakarta, Indonesia. 2. Bahan hukum sekunder yaitu berupa tulisan-tulisan, pendapat sarjana, dan pendapat para ahi yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. 3. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum skunder, seperti kamuskamus hukum. G. Sistematika Dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya dalam beberapa bab, yang masing-masing bab diuraikan masalah tersendiri, akan tetapi dalam satu kaitan yang saling menunjang dan tidak terlepas antara satu bab dengan bab lainnya, sehingga secara sistematis akan menggambarkan keseluruhan isi yang akan menunjang tercapainya sasaran penulisan skripsi ini. Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

11 Bab I : Pendahuluan Pada bab ini penulis memaparkan hal-hal yang bersifat umum serta hal-hal yang menyangkut teknis pelaksanaan untuk permasalahan, tujuan penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.penyelesaian penulisan skripsi ini. Dalam hal ini dimulai dari mengemukakan alasan pemilihan judul. Bab II : Pengaturan Tentang Batas Wilayah Laut Dalam bab ini membahas tentang Indonesia sebagai Negara Kepulauan, dan pengaturan mengenai batas wilayah yuridiksi laut Indonesia. Bab III : Relevansi Undang-Undang No.32 Tahun 2014 dengan United Nation Convention on the Law of the Sea 1982. Bab ini merupakan bab terpenting dalam penulisan skripsi ini, karena disinilah pembahsan diuraikan dalam penulisan ini. Pada bab ini di bahas hubungan Undang-Undang N0.32 Tahun 2014 dengan UNCLOS 1982 mengenai batas wilayah berupa laut teritorial, negara kepulauan, laut lepas. Dan membahas peranan Undang-Undang N0. 32 Tahun 2014 dan UNCLOS 1982 mengenai batas kawasan Internasional. Bab IV : Kesimpulan dan Saran Bab ini merupakan bagian terakhir dalam penulisan skripsi ini, yang memuat kesimpulan yang merangkum keseluruhan dari pembahasan-pembahasan yang terdahulu, serta beberapa sarana-

12 sarana untuk menyempurnakan pelaksanaan Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 yang berkaitan dengan UNCLOS 1982.