Chasbullah 1 Muhammad Faiz A.N Chasbullah Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 9 Agustus 2012 Langkah Menuju Kemerdekaan Pada suatu hari di tahun 1940, Pagi Faiz!, Temanku menyahut ketika berpapasan. Dia adalah rekan kerjaku di kantor. Aku berkerja sebagai mata- mata yang diarahkan ke bagian kota. Aku sedang berjalan- jalan ke kota untuk membeli sesuatu. Sambil mengelilingi kota dengan santai, udara sangat segar dan langit pun tampak biru bagaikan laut di langit. Aku bertemu banyak orang yang juga sedang bertamasya. Tempat yang ku tuju pun sudah terlihat. Berlari adalah salah satu solusi untuk sampai dengan cepat ke suatu toko material yang bernama Toko Subur. Banyak barang
Chasbullah 2 yang kubeli, seperti besi, batu bata, dan kawat tajam. Itu semua adalah barang yang akan dijadikan suatu benteng kecil. Saat di perjalanan pulang, aku melihat seorang laki- laki yang mencurigakan. Langsunglah aku bergegas untuk mengejarnya. Ternyata dia menjual senapan angin secara diam- diam. Mungkin dengan senapan angin ini, aku bisa menembak Tentara- tentara Belanda itu. Tetapi kok tumben- tumbennya tentara Belanda tidak pada keluar yah...?, kalimat itu melintas di pikiranku. Senapan angin yang kubeli, berisi 1000 peluru yang menembakan 5 peluru dalam hitungan 1 detik, dengan uang yang sangat pas- pasan aku membelinya. Setelah selesai langsunglah aku pulang ke rumah. Saat di jalan pulang, tiba- tiba aku mendengar seseorang meminta tolong. Saat dicari suaranya, ternyata suara itu datang dari sebuah gang. Saat di lihat, seorang bapak- bapak yang sedang dipukuli oleh tentara Belanda. Aku langsung mengambil senapan angin yang baru dibeli. Dari tasku, langsung ditembaklah beberapa peluru ke salah satu tentara Belanda. Dia pun langsung jatuh
Chasbullah 3 kesakitan, dan temannya langsung kabur. Tetapi tampaknya bapak- bapak itu masih ketakutan. Aku bawa dia ke rumah yang dia tunjukan jalannya. Dia langsung berterima kasih dan mengajakku masuk ke rumahnya. Ku obati bapak itu. pak maaf, kalo aku boleh bertanya, tadi bapak diapakan oleh tentara Belanda itu?. Mukanya yang masih membayang- bayang itu lalu menjawabku, Tadi para tentara Belanda itu memukuli bapak dan meminta semua harta yang bapak bawa pada saat itu, tapi tidak bapak kasih, jadinya mereka berdua langsung memukuli. Kasihan sekali ya bapak ini. Dia dengan tiba- tiba dipukuli oleh tentara belanda. Setelah pertanyaan itu aku langsung pamit dan pergi untuk membuat benteng di dekat rumah. Assalamualaikum!
Chasbullah 4 Mataku memandang teman- teman yang sudah menungguku cukup lama. maaf ya telat, tadi aku baru saja membantu seorang bapak- bapak yang dihadang dua tentara Belanda. Lalu aku langsung duduk dan mengeluarkan barang- barang yang tadi dibeli dari toko subur. Setelah semua barang aku keluarkan dari tas yang ku bawa, teman- teman pun langsung membuat benteng kecil tersebut. Tidak terasa, hari pun sudah menjelang malam. Aku langsung pulang ke rumah dan teman- temanku menginap di rumah. Pagi pun datang, Tiba- tiba ada seorang tentara Belanda yang lewat. Kami pun dengan secepat- cepatnya lari ke belakang rumah. Dia bingung melihati benteng kecil milik kami. Dengan granat yang di pegangnya, dia meledakan benteng kecil milik kami karena kecurigaanya. Karena itu Salah satu dari temanku sangat marah. Dia pun langsung mengambil senapan angin dari tasku dan menembakkannya ke arah tentara belanda itu. Di situlah perang antar kami dan tentara Belanda dimulai.
Chasbullah 5 Salah satu tentara memanggil beberapa temannya untuk datang dan membantai kami. Tiba- tiba dari kejauhan, aku melihat sebuah mobil yang biasanya dipakai untuk perang datang ke arah kami. Ketakutan menghantui kami, sampai akhirnya tertangkaplah kami dan dibawa ke markas kecil milik mereka. AAAAHHHH!!!, darah keluar dari mulut karena perutku di pukul dengan keras. Pengelihatanku langsung buram. Teman- teman yang lain juga sedang dipukuli. Dan disaat itu juga aku ditendang dan terjatuh ke lantai dengan keras, lalu diseret ke penjara yang dimana banyak warga yang juga babak belur. Tidak lama kemudian aku pingsan dan merasa sangat sakit karena makin lama makin banyak darah yang keluar dari mulut. Setelah tersadar, aku menemukan sebuah senjata yang terjatuh dari tentara Belanda yang baru saja lewat. Langsungku mengambilnya dan menembak gembok yang ada di pintu penjara. Tap, tap, tap, tap suara langkahku dilantai berair terdengar sangat kencang. Aku makin berlari dengan cepat. Tiba- tiba seorang tentara
Chasbullah 6 Belanda lewat dan tertabrak. Kutembak perutnya dan diambil senjatanya. Aku mencari teman- temanku yang juga sedang di penjara. Saat aku menemukan salah satu teman, kakiku tertembak dan lansung sakit. Ayo bangun! Aku butuh bantuanmu! Kita masih harus menyelamatkan teman- teman kita!!! Ayo bangun!!,temanku menyemangatiku. Tetapi tenaga pun sudah tidak bisa bertambah. Lalu dengan putus asa aku terjatuh di lantai. Hanya tinggal satu langkah lagi menuju kemerdekaan..., hatiku berdebar dengan pelan.. PG: The student: 5 writes complex texts to express clearly a range of focused ideas and opinions in a wide range of social and academic contexts. Shows satisfactory depth in understanding of the topic; ideas and opinions are relevant and generally supported usually organizes information and ideas clearly and effectively into a logical and wellstructured text; uses a wide range of cohesive devices effectively makes good use of a range of vocabulary, complex grammatical structures and conventions; errors do not affect comprehensibility writes with considerable effect and creativity and a clear sense of register, purpose and style.