BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki beberapa kementerian dan lembaga yang membawahi bidang bidang dan urusannya masing masing dalam pemerintahan yang dituntut oleh kepala negara yaitu presiden. Setiap pemerintahan pasti membutuhkan sebuah organisasi pengelola keuangan untuk dapat membantu pembangunan perekonomian di pemerintahannya. Kementerian keuangan adalah salah satu institusi di Indonesia yang bertugas untuk mengelola keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara disini meliputi semua aset dan kekayaan yang dimiliki oleh pemerintah, yang sumber penerimaanya berasal dari berbagai pemasukan negara. Dengan mengusung visi menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif di abad ke-21, kementerian keuangan mempunyai misi untuk mencapai tingkat kepatuhan pajak, bea dan cukai yang tinggi melalui pelayanan prima dan penegakan hukum yang ketat, Menerapkan kebijakan fiskal yang prudent, Mengelola neraca keuangan pusat dengan risiko minimum, Memastikan dana pendapatan didistribusikan secara efisien dan efektif, Menarik dan mempertahankan talent terbaik di kelasnya dengan menawarkan proposisi nilai pegawai yang kompetitif. Kekayaan negara kita meliputi aset dan non aset yang tentunya sangat berlimpah, maka dibawah komando dari Kementerian Keuangan dibentuklah sebuah institusi untuk mengelolanya yaitu Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN). Tugas Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) selain mengelola kekayaan negara juga sekaligus
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kekayaan negara, piutang negara dan lelang. Tugas Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan di bidang kekayaan negara, piutang negara,dan lelang; pelaksanaan kebijakan di bidang kekayaan negara, piutang negara, dan lelang; penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kekayaan negara, piutang negara, dan lelang; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kekayaan negara, piutang negara, dan lelang; dan pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN). (PMK 184 Tahun 2010). Pengelolaan Barang Milik Negara khususnya telah diserahkan kepada organisasi dibawahnya yaitu Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), selain menjadi yang ditunjuk sebagai pihak pengelola barang yang dimiliki negara sebagai kekayaan negara, KPKNL juga mempunyai tugas untuk melakukan penilaian dan pengelolaan mengenai piutang negara dan lelang. Setelah dikeluarkannya PP No.27 Tahun 2014, pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) meliputi : a. Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran; b. Pengadaan; c. Penggunaan; d. Pemanfaatan; e. Pengamanan dan pemeliharaan; f. Penilaian; g. Pemindahtanganan; h. Pemusnahan;
i. Penghapusan; j. Penatausahaan;dan k. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Pengelolaan Barang Milik Negara tersebut merupakan sebuah siklus yang bertahap dalam manajemen aset pemerintah, berdasarkan urutan diatas dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 1. Siklus Pengelolaan Barang Milik Negara Berdasarkan pasal 1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, menyatakan bahwa keuangan negara tidak hanya mencakup hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, tetapi juga segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan barang milik negara, berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dengan adanya undang-undang tersebut Barang Milik Negara merupakan salah satu bagian dari Keuangan Negara, maka untuk kepentingan tertibnya pengelolaan salah satu Keuangan Negara tersebut diperlukan dasar hukum yang mengelola Barang Milik Negara. Disusunlah undang-undang pertama untuk mengatur pengelolaan BMN, terbentuklah Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, tetapi dikarenakan oleh
multitafsir dari peraturan tersebut dan sebab lainya maka diadakan penyempurnaan. Maka, keluarlah undang-undang terbaru yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, yang sebelumnya telah diadakan revisi dari Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008. Menurut PP Nomor 27 Tahun 2014, Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Dalam undang-undang tersebut juga menyebutkan pihak yang memiliki dan menggunakan barang tersebut adalah berperan sebagai pengguna barang yang telah ditetapkan oleh pengelola barang, pihak yang berwenang mengelola dalam hal ini adalah Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Pihak pengguna barang bertanggung jawab merawat dan memanfaat kan BMN sesuai dengan semestinya, meliputi umur ekonomis, penyusutan, masa manfaat, dan hal-hal yang menyangkut pengawasan dan pengendalian BMN juga harus selalu dilaporkan setiap periodenya kepada pengelola barang. Asset tetap yang dimiliki sebagai barang Milik Negara digunakan untuk menjalankan tugas dan fungsi nya bagi masyarakat umum. Khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta jumlah Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) dan asset yang dimiliki pasti akan sangat beragam dan banyak maka perlu dikelola dan membuat sistem pengadministrasian yang handal. Namun demikian, dalam siklus pengelolaan yang telah digambarkan diatas seharusnya ketika sebuah lembaga negara/kementerian melakukan pengadaan suatu barang maka sebaiknya ada barang yang lama yang perlu dihapuskan. Oleh karena itu,ada saatnya aset tersebut harus dihentikan penggunaannya bukan hanya karena telah diadakannya suatu pengadaan namun juga karena untuk alasan efisiensi. Mengingat karena banyaknya kasus penghapusan di KPKNL Yogyakarta, penulis tertarik melakukan penelitian tentang bagaimana melakukan pengelolaan BMN tentang penghapusan pada sebuah aset, ketika aset tersebut telah hilang masa manfaat nya dikarenakan suatu hal
misalnya rusak, kadaluarsa,hilang atau sebab lainnya, karena proses penghapusan BMN dianggap rumit oleh sebagian pihak. Mengingat penulis pada saat yang bersamaan sedang Magang/Praktek Kerja Lapangan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) untuk wilayah kerja Yogyakarta, maka sangat cocok untuk mengusung tema tersebut dan dituangkan dalam bentuk sebuah tulisan tugas akhir. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang dibuat adalah Apakah Proses Penghapusan Barang Milik Negara oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Yogayakarta telah sesuai dengan Standar Prosedur Operasi (SOP)? 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan pendahuluan yang telah dipaparkan diatas, tentunya sangat banyak topik yang bisa diangkat dan dibahas dalam penelitian ini, tapi dikarenakan terbatasnya waktu, tenaga, biaya, dan kemampuan penulis maka penelitian ini membatasi pembahasannya tentang proses dan analisisnya pada penghapusan Barang Milik Negara dengan membandingkan antara SOP yang berlaku sesuai undang-undang yang dikeluarkan Kementerian Keuangan dengan pelaksanaannya pada kantor KPKNL Yogyakarta. Selanjutnya penulis juga membatasi analisisnya pada Penghapusan BMN yang hanya menjadi wewenang Pengguna Barang (Satker), tidak mencakup yang wewenang nya oleh Pengelola Barang yaitu berupa BMN Idle.
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses penghapusan barang milik negara di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara Dan Lelang Yogayakarta telah sesuai dengan SOP atau belum. 1.5 Kerangka Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusunlah kerangka penulisan yang terdiri dari 4 (empat) bab, masing masing akan dipaparkan di bawah ini : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengapa penelitian ini menarik untuk diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka penulisan. BAB II : GAMBARAN UMUM PENULISAN Bab ini menjelaskan tentang deskripsi topic penulisan, tinjauan pustaka/kajian sebelumnya, metodologi penulisan, dan jenis/sumber data BAB III : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan di bahas mengenai analisis terhadap penelitian yang telah dilakukan dan interprestasi maupun pembahasannya untuk penelitian tersebut. BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data. Selain itu juga disampaikan saran-saran yang relevan dengan hasil penelitian. Dalam bab ini juga disampaikan keterbatasn dalam pelaksanaan penelitian ini.