REKOMENDASI DAN USULAN PUSAT BANTUAN HUKUM PERADI TERHADAP NASKAH AKADEMIK DAN RUU SISTEM PEMASYARAKATAN BAGIAN ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
Pandangan PBH PERADI terhadap RUU Bantuan Hukum versi Badan Legislasi DPR - RI

INFO SHEET PROLEGNAS DAN PROLEGNAS PRIORITAS 2010

Bahan Masukan Laporan Alternatif Kovenan Hak Sipil dan Hak Politik (Pasal 10) PRAKTEK-PRAKTEK PENANGANAN ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM KERANGKA

BAB III SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana Undang-

Harkristuti Harkrisnowo KepalaBPSDM Kementerian Hukum & HAM PUSANEV_BPHN

Kusnandir, A. Ks., M. Si Direktorat Jenderal HAM Kementerian Hukum dan HAM

PERADILAN PIDANA ANAK DI INDONESIA DAN INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN ANAK SERTA PENERAPANNYA

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akses kepada keadilan (access to justice) dan kesamaan di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

BAB I PENDAHULUAN. serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dalam Pasal 28

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan

Oleh Lily I. Rilantono (Ketua Umum YKAI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BAPAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

II. TINJAUAN PUSTAKA

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RRANCANGA GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

PENGARUSUTAMAAN HAK HAK ANAK: TINJAUAN HUKUM HAM

Komisi Nasional HAM kerangka hukum dan mekanisme penegakan hukum HAM. Dr. Herlambang P Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga 26 Mei 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGATURAN DIVERSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DALAM PERSPEKTIF KEPENTINGAN TERBAIK ANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Prinsip Dasar Peran Pengacara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kompetensi. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. hukum dengan HTSdP.

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Anak dalam Konsideran Undang-Undang Nomor 11 Tahun

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2015 TENTANG

BAB IV LANDASAN KJRI DAVAO CITY MENYELESAIKAN PERMASALAHAN MASYARAKAT KETURUNAN INDONESIA DI MINDANAO YANG BERESIKO STATELESS

2012, No Mengingat sebagaimana diwujudkan dalam Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the Involvement of Children in

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HAK AZASI MANUSIA DAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM C. KOMPETENSI KHUSUS

BAB III PENUTUP. 1. Asas persamaan perlakuan dan pelayanan bagi Narapidana belum. pelayanan bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

Bag.I. HUBUNGAN SISTEM PEMASYARAKATAN DENGAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM LAINNYA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak Asasi Manusia

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

KEDUDUKAN SBKRI (SURAT BUKTI KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA) TERHADAP HAK WNI KETURUNAN TIONGHOA DITINJAU DARI HUKUM HAM INTERNASIONAL

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tent

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DPR Rl TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan KPK Karena Ditetapkan Sebagai Tersangka

LAPORAN PENELITIAN KESIAPAN PEMERINTAH DAN APARAT PENEGAK HUKUM DALAM MELAKSANAKAN UU NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PERNYATAAN POLITIK RAPAT KERJA NASIONAL 2007 PERSATUAN TUNANETRA INDONESIA

I.PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,

HAK ASASI MANUSIA DAN KEHIDUPAN BERBANGSA MEMPERINGATI ULANG TAHUN ELSAM KE-20

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

Negara Hukum. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Alinea ke-4 Pembukaan (Preamble) Undang-Undang

Materi Kuliah HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. yang sama oleh hakim tersebut (audi et alterampartem). Persamaan dihadapan

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28D ayat (4) disebutkan bahwa salah satu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

RechtsVinding Online Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI APRIL

Pengantar Memahami Hak Ekosob. M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID

URGENSI PENGGANTIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan narapidana untuk dapat membina, merawat, dan memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Mengetahui hak manusia yang melekat sejak lahir RINA KURNIAWATI, SHI, MH

KEJAHATAN SEKSUAL Lindungi Hak Korban. Masruchah Komnas Perempuan 11 Januari 2012

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi. 1 Demokrasi sebagai dasar hidup

BAB V PENUTUP. dijabarkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. Bantuan Hukum bagi paralegal maka dapat disimpulkan :

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil.

Transkripsi:

Puri Imperium Office Plaza UG 21 Jl. Kuningan Madya Kav 5 6 Jakarta Selatan 12980 Phone/Fax (62-21) 83703156-57 REKOMENDASI DAN USULAN PUSAT BANTUAN HUKUM PERADI TERHADAP NASKAH AKADEMIK DAN RUU SISTEM PEMASYARAKATAN BAGIAN ANAK info@pbhperadi.org http://www.pbhperadi.org

Rekomendasi dan Usulan Pusat Bantuan Hukum PERADI Terhadap Naskah Akademik dan RUU Sistem Pemasyarakatan Bagian Anak Diterbitkan oleh Pusat Bantuan Hukum PERADI PBH PERADI, Juli 2010 Disusun dan dipersiapkan oleh: Ranyta Yusran Editor Anggara Kunjungi PBH PERADI di Situs http://www.pbhperadi.org Blog http://pbhperadi.wordpress.com Follow us http://twitter.com/pbhperadi

Menindaklanjuti kegiatan Focus Group Discussion yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan mengenai Naskah Akademik dan RUU Sistem Pemasyarakatan Bagian Anak pada 14 Juli 2010 yang lalu maka, bersama ini Pusat Bantuan Hukum Perhimpunan Advokat Indonesia hendak menyampaikan masukan mengenai Naskah Akademik tersebut sebagai berikut: I. Peran Advokat dalam Penanganan Perkara Anak yang Berhadapan dengan Hukum dan Pemasyarakatan Anak. Dalam Rancangan Naskah Akademik dan Rancangan Undang Undang Sistem Pemasyarakatan yang disosialisasikan dalam FGD belum ditemukan peran advokat dalam penanganan perkara anak yang berhadapan dengan hukum dan pemasyarakatan anak. PBH PERADI merekomendasikan agar peran advokat dimasukan ke dalam pertimbangan Naskah Akademik tersebut karena sesungguhnya hak anak yang berhadapan dengan hukum, terutama mereka yang berasal dari kalangan miskin, untuk mendapatkan pendampingan penasehat hukum dalam semua tingkatan proses hukum dijamin dalam UUD 1945 (pasal 28D, 28I, dan 34), KUHAP (pasal 56), pasal 51 52 UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, pasal 18 ayat 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pasal 17 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan pasal 22 ayat 1 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Hak untuk mendapatkan pendampingan hukum bagi anak yang berhadapan dengan hukum juga dijamin dalam berbagai perjanjian dan deklarasi internasional antara lain; Pasal 40(2)(i) Convention on the Rights of the Child (yang diratifikasi melalui Keputusan Presiden No 36/1990); Prinsip ke-2 dari Deklarasi Hak Anak 1959; Pasal 7, 8, dan 10 Universal Declaration of Human Rights 1948; Pasal 14 International Covenant on Civil and Political Rights (telah diratifikasi melalui UU No. 12 tahun 2005 tentang Hak Sipil dan Politik); Poin 15 Bagian 3 dari United Nations Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice ("The Beijing Rules"); dan Rule 18 dan 78 dari United Nations Rules for the Protection of Juveniles Deprived of their Liberty (Havana Rules). Pemberian bantuan dan pendampingan hukum bagi anak yang berhadapan dengan hukum, terutama yang berasal dari keluarga miskin, juga merupakan kewajiban Negara dan advokat yang dijamin berdasarkan UUD 1945, pasal 22 UU no. 18 Tahun 2003 tentang Advokat; dan pasal 2 PP No. 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma. Berdasarkan berbagai ketentuan nasional dan internasional maka, cukup jelas bahwa kebutuhan akan pendampingan hukum dari advokat adalah sangat signifikan dalam

penanganan perkara anak yang berhadapan dengan hukum diseluruh tingkatan proses hukum. Dalam menangani perkara anak, tentunya pendampingan advokat di segala tingkat proses hukum dapat membantu terjaminnya hak-hak anak yang tengah berhadapan dengan hukum serta mecegah terjadinya pelanggaran. Di sisi lain peran advokat juga dapat menciptakan suatu sinergi serta mekanisme check and balances diantara para penegak hukum untuk memastikan pemenuhan hak sang anak serta mengawal ketertiban prosedur dalam penanganan perkara anak yang berhadapan dengan hukum termasuk dalam tingkatan post adjudication. II. Pentingnya Penekanan dalam Pendekatan Kewajiban dari para Pihak yang Terkait dalam Penanganan Perkara Anak yang Berhadapan dengan Hukum Baik Rancangan Naskah Akademik dan Rancangan UU Sistem Pemasyarakatan yang disosialisasikan masih menggunakan perspektif hak, dalam artian apa saja yang menjadi hak dari anak yang berhadapan dengan hukum. Jikapun ada penekanan terhadap kewajiban pihak lain maka, penekanan tersebut lebih diberikan kepada Balai Pemasyarakatan (Bapas), Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), dan Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS). Bertolak dari temuan ini maka penting kiranya penyusunan rancangan naskah Akademik dan UU tentang Sistem Pemasyarakatan, terutama yang terkait dengan penanganan perkara anak, memberikan penekanan pula kepada kewajiban dari para pihak lainnya yang terlibat. Penekanan kewajiban kepada institusi-institusi penegak hukum lainnya, termasuk advokat, juga diperlukan dalam pemenuhan hak-hak dari anak yang berhadapan dengan hukum di segala tingkatan proses hukum. Sebagai contoh, dalam rancangan yang telah disosialisasikan belum terlihat adanya penekanan akan kewajiban para penegak hukum untuk menginformasikan hak-hak sang anak serta kewajiban untuk mencarikan bantuan hukum khususnya pendampingan hukum bagi anak yang berhadapan dengan hukum yang berasal dari keluarga yang tidak mampu. Hal ini perlu diperhatikan sebagai bentuk pembelajaran dan penyadaran bagi institusi-institusi penegak hukum, termasuk advokat, akan kewajiban mereka terhadap generasi penerus bangsa.

III. Perumusan Secara Jelas Mekanisme dan Prosedur Tata Cara Pemenuhan Hak-Hak Anak dalam Rancangan Naskah Akademik dan RUU Sistem Pemasyarakatan Berdasarkan pengalaman, baik pencari keadilan maupun penegak hukum akan kesulitan dengan ketiadaan tata cara pemenuhan hak-hak dalam system pemasyarakatan di Indonesia dalam UU Pemasyarakatan yang saat ini berlaku. Jikapun terdapat amanat UU yang menyatakan persyaratan dan mekanisme pemenuhan hak akan diatur dalam PP, maka biasanya PP tersebut juga tidak akan menerangkan mengenai mekanisme tersebut secara detail dan mengamanatkan agar diterangkan lebih lanjut dalam bentuk peraturan perundang-undangan lainnya dan seterusnya. Tak jarang pula ditemukan keadaan di mana terdapat kekosongan hukum karena peraturan pelaksana yang diamanatkan belum disusun atau belum disahkan. Hal ini tentunya berdampak buruk bagi penegakkan hukum di Indonesia, kepastian hukum sulit untuk dicapai dan pada akhirnya menyebabkan pelanggaran hak bagi warga negara. Permasalahan semacam ini tentunya perlu untuk ditanggulangi, salah satunya dengan turut menyertakan tata cara pemenuhan hak-hak di dalam Rancangan Naskah Akademik dan RUU Sistem Pemasyarakatan. Dengan begini maka kepastian hukum akan lebih terjamin, proses hukum akan lebih lancar, serta dapat memperkecil kemungkinan pelanggaran hak.