Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

dokumen-dokumen yang mirip
Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik dengan tabung pitot

Tata cara pengukuran pola aliran pada model fisik

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit

Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper

Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji daktilitas aspal

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

Cara uji geser langsung batu

Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase

Cara uji kelarutan aspal

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji sifat tahan lekang batu

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji berat jenis aspal keras

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

Tata cara perhitungan tinggi muka air sungai dengan cara pias berdasarkan rumus Manning

Spesifikasi geometri teluk bus

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Spesifikasi agregat untuk lapis permukaan jalan tanpa penutup

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Tata cara pengukuran debit aliran sungai dan saluran terbuka menggunakan alat ukur arus dan pelampung

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Rambu evakuasi tsunami

Cara uji abrasi beton di laboratorium

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Spesifikasi bukaan pemisah jalur

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Tata cara penentuan posisi titik perum menggunakan alat sipat ruang

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

Spesifikasi pasir laut untuk campuran beraspal

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Tata cara pencatatan akuifer dengan metode logging geolistrik tahanan jenis short normal (SN) dan long normal (LN) dalam rangka eksplorasi air tanah

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

SNI 2435:2008 Standar Nasional Indonesia

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Metode uji koefisien kelulusan air pada tanah gambut dengan tinggi tekan tetap

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009. tentang

sasi Nasional Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Cara uji penyulingan aspal cair

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Tata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

PANDUAN PRAKTIKUM DEBIT AIR. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Bambu lamina penggunaan umum

Semen portland komposit

Kulit masohi SNI 7941:2013

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010. tentang

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Pengukuran debit pada saluran terbuka menggunakan bangunan ukur tipe pelimpah atas

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia SNI 3408:2015 Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling ICS 93.160 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Persyaratan pengukuran... 2 5 Pengukuran kecepatan aliran... 3 Lampiran A Contoh Formulir Isian... 6 Lampiran B Gambar-gambar... 7 Bibliografi... 10 Gambar B.1 Contoh seperangkat alat ukur kecepatan... 7 Gambar B.2 Contoh alat ukur arus tipe baling-baling... 8 Gambar B.3 Contoh pengukuran kecepatan... 9 Tabel A.1 Contoh hasil pengukuran kecepatan aliran... 6 BSN 2015 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling merupakan revisi dari SNI 03-3408-1994 Metode pengukuran kecepatan aliran pada model fisik dengan alat ukur arus tipe baling-baling. Pelaksanaan revisi standar lebih ke arah penyempurnaan substansi yang didasarkan pengalaman pelaksanaan pengukuran kecepatan aliran pada UMH di laboratorium yang dilakukan pada 10 tahun terakhir ini. Standar ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan panduan bagi pengelola laboratorium hidraulika dalam melaksanakan UMH-Fisik, sehingga hasil penyelidikan sesuai dengan kriteria atau spesifikasi yang ditetapkan. Standar ini dipersiapkan oleh Komite Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subkomite Teknis 91-01-S1 Sumber Daya Air melalui Gugus Kerja Balai Sungai, dan telah dibahas dalam forum rapat konsensus oleh Subkomite Teknis Sumber Daya Air pada tanggal 11 Nopember 2013 yang melibatkan para narasumber, pakar dan instansi terkait serta telah melalui proses jajak pendapat tanggal 18 Juli 2014 sampai 16 Oktober 2014. BSN 2015 ii

Pendahuluan Aliran air mempunyai gerakan yang sangat dinamis, sulit diramalkan sebelumnya, hal tersebut disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi. Banyak kegagalan bangunan air disebabkan oleh kesalahan dalam mengantisipasi pengaruh gaya hidraulik terhadap bangunan. Uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) adalah suatu usaha untuk dapat menirukan suatu kondisi hidraulik yang mungkin terjadi dalam skala kecil, dengan tujuan desain yang dilakukan dapat lebih tepat dan sesuai dengan perencanaan, sehingga kegagalan bangunan-bangunan air pasca konstruksi dapat dihindarkan. Salah satu faktor penting dalam UMH-Fisik adalah pengukuran kecepatan aliran, karena kecepatan aliran adalah faktor utama dalam menentukan besar gaya hidraulik yang mungkin akan mempengaruhi bangunan. Karena itu pengukuran kecepatan aliran perlu mendapat perhatian khusus dalam uji model hidraulik fisik, agar hasil UMH-Fisik dapat optimal Penyusunan tata cara ini dilandasi oleh ketiadaan metode pengukuran kecepatan aliran dalam penyelidikan model fisik, terutama dalam penggunaan alat ukur arus tipe balingbaling, dengan adanya standar ini diharapkan dapat digunakan oleh laboratorium hidraulika dalam UMH-Fisik. Tata cara ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan panduan bagi pengelola laboratorium hidraulika dalam melaksanakan UMH-Fisik, sehingga hasil penyelidikan sesuai dengan kriteria atau spesifikasi yang ditetapkan. Adapun keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari pemakaian Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe balingbaling adalah: a) Didapatnya keseragaman cara, sehingga memudahkan pelaksana lapangan; b) Didapatnya hasil pengukuran kecepatan aliran dengan tingkat kesalahan yang minimum. BSN 2015 iii

Tata Cara Pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan cara mengukur kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH- Fisik) di laboratorium yang meliputi persyaratan dan pelaksanaan pengukuran dengan menggunakan alat ukur arus tipe baling-baling. 2 Acuan normatif Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk melaksanakan standar ini. SNI 8066:2015, Tata cara pengukuran debit aliran sungai dan saluran terbuka menggunakan alat ukur arus dan pelampung. 3 Istilah dan definisi Istilah dan definisi yang digunakan dalam standar ini sebagai berikut: 3.1 alat duga tinggi alat untuk mengukur ketinggian di model. 3.2 aliran sub kritis aliran yang kecepatan alirannya lebih kecil dari kecepatan rambat gelombang, sehingga jika terjadi genangan perubahan di hilir akan mempengaruhi keadaan di hulu atau aliran yang nilai bilangan froude < 1 3.3 counter recorder alat untuk mencatat putaran baling-baling. 3.4 debit model jumlah atau volume air yang mengalir di model persatuan waktu. 3.5 kecepatan aliran laju aliran air untuk menempuh lintasan air pada waktu tertentu 3.6 model fisik suatu bentuk tiruan dari keadaan sebenarnya berdasarkan skala yang ditentukan. 3.7 titik pengamatan kecepatan suatu titik yang mempunyai jarak terhadap permukaan air pada suatu jalur tegak. BSN 2015 1 dari 10

3.8 tipe baling-baling suatu alat untuk mengukur kecepatan aliran berdasarkan jumlah putaran baling-baling tiap satuan waktu. 3.9 uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) pengujian hidraulik pada bangunan air dengan skala yang ditentukan. 4 Persyaratan pengukuran Agar didapat hasil pengukuran yang baik kondisi saat pengukuran harus memenuhi persyaratan berikut. 4.1 Data Data yang tersedia harus memenuhi persyaratan sebagai berikut. a) pada saat pengukuran, debit dan tinggi muka air tetap tidak berubah-ubah; b) gambar situasi dan penampang melintang; c) aliran sub kritis. 4.2 lokasi penyelidikan Kondisi lokasi penyelidikan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut. a) Air harus cukup jernih, bebas dari bahan-bahan yang mengambang, dasar model terlihat jelas, dengan temperatur antara 20 0 C sampai dengan 35 0 C. b) Kecepatan angin yang menerpa muka air tidak boleh melebihi 0,50 m/s (lokasi terbuka). c) Kedalaman air yang diukur minimal 4 kali diameter baling-baling, sehingga baling-baling tidak terpengaruh pusaran arus dari dasar saluran. Penempatan baling-baling arah vertikal sesuai dengan kedalaman air (sub pasal 5.2.2). 4.3 Peralatan pengukuran 4.3.1 Kelengkapan peralatan Peralatan yang digunakan harus memenuhi kelengkapan sebagai berikut: a) Alat ukur kecepatan aliran tipe baling-baling dilengkapi dengan: 1) alat pencatat putaran baling-baling (counter) untuk mengetahui jumlah putaran tiap satuan waktu; 2) perlengkapan seperti: alat penerangan, saklar/stop kontak, baterai/aki; 3) alat micro, dengan diameter baling-baling ± 2,50 cm. b) Alat duga tinggi muka air dilengkapi dengan: 1) batang duga yang dilengkapi nonius dalam skala milimeter dengan jarum yang mudah dipasang atau dilepas untuk mengukur elevasi muka air ; 2) dua buah nivo tabung yang dilengkapi dengan sekrup-sekrup pengatur kedudukan alat agar horizontal; 3) pemberat untuk mengatur keseimbangan batang duga. c) Meteran yang dipergunakan mempunyai skala milimeter laik pakai. 4.3.2 Kondisi peralatan Peralatan pengukuran yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: BSN 2015 2 dari 10

a) Alat ukur kecepatan aliran harus dalam keadaan baik, angka dalam counter display harus sesuai dengan putaran baling-baling. b) Baling-baling dalam keadaan bersih dari kotoran yang akan menghambat putaran. c) Untuk menjaga ketelitian pengukuran, baling-baling setiap 3 kali penggunaan untuk UMH-Fisik, atau minimum 1 tahun sesudah digunakan pengukuran yang terakhir, harus dilakukan kalibrasi oleh institusi yang berwenang. 4.4 Petugas dan penanggung jawab Petugas dan penanggung jawab pengukuran harus mencantumkan nama, tanda tangan hari dan tanggal pengukuran pada formulir kerja dengan jelas. Petugas pengukuran dan penanggung jawab pengukuran harus mempunyai kompetensi di bidang UMH-Fisik. 5 Pengukuran kecepatan aliran 5.1 Tahapan pengukuran Tahapan pengukuran kecepatan aliran, adalah sebagai berikut. a) Persiapan pengukuran: 1) Siapkan dan rangkaikan alat penghitung putaran baling-baling, beserta perlengkapannya (lihat Gambar B.1 dan B.2,Lampiran B). 2) Pasang alat ukur kecepatan aliran pada batang duga dan kunci dengan sekrup yang telah tersedia. 3) Ikatkan benang halus pada ujung alat ukur kecepatan aliran untuk mengetahui arah aliran. 4) Hubungkan dengan kabel, alat ukur kecepatan dengan alat pencatat putaran baling-baling. 5) Apabila dipergunakan alat ukur kecepatan lebih dari satu, gunakan kotak pemindah arus listrik. 6) Siapkan jembatan bantu untuk melakukan pengukuran. 7) Siapkan formulir pengamatan, alat-alat tulis dan perlengkapan lain yang diperlukan. 8) tentukan penampang melintang yang akan diukur kecepatannya. 9) Rentangkan meteran pada penampang melintang yang akan diukur dan titik nol pada patok kiri. 10) Tentukan jarak-jarak pengukuran ke arah melintang (lihat Gambar B.3, Lampiran B). b) Pelaksanaan pengukuran kecepatan aliran: 1) Ukur kedalaman air dan tentukan titik-titik kedalaman yang akan diukur kecepatannya. 2) Masukkan baling-baling pada lokasi dan kedalaman yang diinginkan, ukur dan catat pada formulir, kedalaman baling-baling terhadap muka air. 3) Arahkan baling-baling melawan aliran dengan melihat benang yang dipasang, ukur dan catat pada formulir, sudut yang dibentuk oleh aliran terhadap penampang melintang pada formulir yang tersedia. 4) Amati dan catat jumlah putaran baling-baling yang tertera pada alat pencatat, jika putaran baling-baling sudah stabil. 5) Ulangi pengamatan dan pencatatan putaran baling-baling minimum tiga kali pengamatan sehingga diperoleh jumlah putaran yang mendekati. 6) Ulangi butir 2) sampai dengan butir 5) dengan kedalaman sesuai metode pengukuran. 7) Hitung besarnya kecepatan aliran dengan rumus 1 dan rumus 2 sampai denganrumus 4 sesuai dengan kedalaman air. 8) Lakukan pengukuran kecepatan aliran dengan cara yang sama dari butir 1) sampai dengan butir 7) sesuai yang diperlukan. BSN 2015 3 dari 10

c) Didapat data hasil pengukuran kecepatan aliran. 5.2 Rumus yang dipergunakan 5.2.1 Perhitungan kecepatan aliran. Kecepatan aliran didapat dari banyaknya putaran baling-baling dalam waktu tertentu. Rumus yang dipergunakan dalam pengukuran kecepatan aliran ini v = a.n + b (1) Keterangan: v adalah kecepatan aliran (m/s) N adalah jumlah putaran baling-baling per detik a adalah koefisien b adalah tetapan kecepatan awal catatan: nilai a dan b adalah sesuai dengan spesifikasi/kalibrasi alat yang digunakan 5.2.2 Perhitungan kecepatan aliran rata-rata bidang vertikal Perhitungan kecepatan aliran rata-rata bidang vertikal, tergantung dari kedalaman air dan penempatan baling-baling terhadap muka air. Untuk menentukan kecepatan rata-rata aliran, dapat memakai metode-metode seperti di bawah ini: a) metode satu titik Dipakai jika kedalaman air (H) kurang dari 4 kali diameter baling-baling. Baling-baling current meter diletakkan pada 0,4H dari dasar (0,6H dari muka air). Vrata rata V0,6H (2) b) Metode dua titik H Gambar 1 Pengukuran kecepatan air metode satu titik Dipakai jika kedalaman air lebih besar dari 5 kali diameter baling-baling. Baling-baling current meter diletakkan pada 0,2 H dan 0,8 H dari muka air. V0,2H V0,8H Vrata rata (3) 2 H 0,6 H 0,4 H 0,2 H 0,8 H V 0,6 H = V rata-rata V 0,2 H V 0,8 H Gambar 2 Pengukuran kecepatan air metode dua titik BSN 2015 4 dari 10

c) Metode tiga titik Metode ini biasa dipakai karena mudah, cepat dan cukup teliti. Dipakai jika kedalaman air lebih besar dari 6 kali diameter baling-baling. V rata V0,2H 2V0,6H V0,8H rata (4) 4 H 0,8 H 0,2 H 0,6H Gambar 3 Pengukuran kecepatan air metode tiga titik 6 Laporan Hasil pengukuran kecepatan aliran dengan alat ukur arus tipe baling-baling dilaporkan dalam bentuk gambar dan formulir seperti contoh dalam Lampiran A, memuat: a) nama model, skala model, seri percobaan, debit prototipe, debit model, hari dan tanggal, serta cuaca; b) nomor penampang, pembacaan dari tepi air kiri atau kanan, besarnya kecepatan, pembagian kecepatan, sudut aliran; c) nama petugas dan penanggung jawab disertai tanda tangan yang jelas. V 0,8 H V 0,2 H V 0,6 H BSN 2015 5 dari 10

Lampiran A (informatif) Contoh formulir isian Nama Model : Bengawan Solo Bojonegoro Skala Model : H = 1 : 100 V = 1 : 50 Seri : 1 (satu) Debit Prototipe : 1450 m 3 /s Debit Model : 29,40 lt/s Keadaan Cuaca : Cerah Nomor Baling-baling : 134 Rumus baling-baling : V = 1,472 N + 1,7 cm/s Tabel A.1 Contoh hasil pengukuran kecepatan aliran No. h/h Pembacaan 10 detik N/s Kec. di Jarak Sudut Tepi air Profil I II III model Kanan Kiri cm/s P.4 0,6 139 140 141 14,0 22,31 2,80 90 0 1,00 4,75 0,2 116 115 117 11,6 18,77 4,40 90 0 0,6 140 139 141 14,0 22,31 90 0 0,8 139 138 140 13,9 22,16 90 0 0,2 169 170 168 16,9 26,58 4,00 95 0 0,6 210 209 211 21,0 32,61 95 0 0,8 205 205 205 20,5 31,88 95 0 0,2 220 220 223 22,1 34,23 3,95 100 0 0,6 270 270 270 27,0 41,44 100 0 0,8 260 261 256 25,9 39,82 100 0 0,2 250 251 249 25,0 38,50 4,50 95 0 0,8 195 198 195 19,6 30,55 95 0 0,2 237 237 237 23,7 36,58 4,75 100 0 0,6 248 247 249 24,8 38,21 100 0 0,8 264 264 268 26,5 40,71 100 0 0,2 265 268 268 26,7 41,00 4,00 95 0 0,8 115 117 116 11,6 18,78 95 0 Catatan: h adalah kedalaman as current meter. H adalah kedalaman perairan. Penanggung Jawab Juru Ukur ars M. Umar Santoso, ST Larsono BSN 2015 6 dari 10

Batang duga Alat duga tinggi Alat ukur arus tipe baling-baling Lampiran B (informatif) Gambar-gambar Gambar B.1 Contoh seperangkat alat ukur kecepatan Alat penghitung putaran Amplifier Kabel transmisi Alat pemindah arus listrik BSN 2015 7 dari 10

2 4 6 1 3 8 Keterangan gambar : 1. Batang baling-baling 2. As roda 3. Baling-baling 4. Lampu 5. Baut 6. Mur 7. Jack ke alat pencacah 8. Kabel 7 3 Gambar B.2 Contoh alat ukur arus tipe baling-baling BSN 2015 8 dari 10

P.9 P.3 P.7 P.1 Tanggul kiri P.5 P.8 P.2 P.6 P.4 Tanggul kanan P.4 K Tanggul kiri Titik pengamatan Alat ukur arus 1 2 3 4 5 6 P.4 Ka 0,2 H 0,6 H 0,8 H Gambar B.3 Contoh pengukuran kecepatan Lajur tegak Tanggul kanan BSN 2015 9 dari 10

Bibliografi SNI 03-3408-1994, Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada model fisik dengan alat ukur arus tipe baling-baling. BSN 2015 10 dari 10